Portable Echo Chamber (2024), 180 cm x 60 cm x 60 cm, Bandu Darmawan. (Sumber gambar: Hypeabis.id/Luke Andaresta)

Mengenal Lebih Dekat Instalasi Unik Bandu Darmawan di Art Jakarta Gardens 2024

28 April 2024   |   21:38 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Ada satu karya yang cukup mencuri perhatian di Art Jakarta Gardens 2024 yang berlangsung di Hutan Kota by Plataran Senayan. Dipajang di ruang terbuka hijau, karya instalasi yang diberi judul Portable Echo Chamber ini menyita perhatian publik lantaran visualnya yang terbilang cukup aneh jika dibandingkan dengan karya-karya lainnya.
 
Karya instalasi ini terdiri dari sebuah kotak kayu berwarna coklat. Di dalam kotak tersebut, tergeletak sebuah maneken (mannequin) kaki yang tampak menjulur panjang. Patung peraga tersebut mengenakan celana jeans dilengkapi dengan sepatu boots kulit berwarna coklat.
Sesekali, maneken kaki tersebut bergerak dengan gerakan kaki menekuk ke atas lalu selonjor lagi. Di samping itu, terdengar juga seperti suara seorang narator berbahasa Inggris yang membuat karya instalasi ini semakin aneh dan justru menarik untuk dicari tahu lebih lanjut. Tak heran, jika Portable Echo Chamber menjadi salah satu karya yang mencuri perhatian banyak pengunjung Art Jakarta Gardens.
 

Portable Echo Chamber (2024), 180 cm x 60 cm x 60 cm, Bandu Darmawan. (Sumber gambar: Hypeabis.id/Luke Andaresta)

Portable Echo Chamber (2024), 180 cm x 60 cm x 60 cm, Bandu Darmawan. (Sumber gambar: Hypeabis.id/Luke Andaresta)

Menukil dari laman Artsy, Portable Echo Chamber merupakan instalasi kinetik dan suara karya seniman Bandu Darmawan. Instalasi berdimensi 180 x 60 x 60 cm ini merupakan ungkapan kritik sang seniman terhadap kondisi sosial dewasa ini, di mana individu secara konsisten dihadapkan pada informasi, ide, dan konsep yang homogen.
 
Visual maneken kaki yang tampak terjebak dalam sebuah kotak merupakan simbolisasi orang-orang pada dewasa ini yang terkurung dalam ruang, di mana mereka hanya menemukan konten yang mencerminkan dan memperkuat pendapat mereka sendiri. Situasi ini diperburuk oleh internet dan media sosial, di mana algoritma mengarahkan mereka ke konten yang mereka sukai.
 
Melalui instalasi ini, Bandu hendak mengungkapkan hasil pengamatannya bahwa individu dapat membawa ruang terbatas tersebut. Dengan mudah disimpan di saku setiap hari, ke mana pun mereka pergi, hingga menjadi fenomena yang sangat mengkhawatirkan.
"Bandu menyimulasikan fenomena tersebut dalam karya seninya melalui sebuah instalasi yang menyerupai sosok manusia yang sedang bercakap-cakap sendirian, tampak nyaman di dalam kotak kecil yang terbatas," demikian tulis keterangan instalasi tersebut.
 

Portable Echo Chamber (2024), 180 cm x 60 cm x 60 cm, Bandu Darmawan. (Sumber gambar: Hypeabis.id/Luke Andaresta)

Portable Echo Chamber (2024), 180 cm x 60 cm x 60 cm, Bandu Darmawan. (Sumber gambar: Hypeabis.id/Luke Andaresta)

Bandu Barmawan adalah seniman multimedia yang tinggal dan berkarya di Bandung. Mengutip dari situs Art Sociates, seniman asal Cilacap, Jawa Tengah ini menempuh pendidikan dan lulus dari studi Intermedia Art, Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 2007-2012. Lulus dari ITB, dia mendapatkan residensi seni lantaran menjadi seniman terbaik dari BaCAA (BaCAA Keenam) tahun 2019.
 
Sebagai seniman, Bandu banyak melakukan eksperimen terhadap karya-karyanya. Hal itu dilakukannya atas dasar keinginannya untuk terus mencari tahu dan mengeksplorasi media baru, sekaligus menciptakan hubungan antara kehidupan sehari-hari dengan teknologi.
 
Menukil dari situs ISA Art Gallery, fleksibilitas Bandu dalam mengeksplorasi berbagai media untuk karya-karya seninya berasal dari keyakinannya bahwa setiap pesan yang berbeda memerlukan media yang sama berbedanya agar penyampaiannya efektif.
 
Bandu yang sering menggunakan alat-alat teknologi—baik yang kontemporer maupun yang tradisional atau bahkan ditinggalkan oleh masyarakat—menantang perspektif konvensional. Pendekatannya dalam menciptakan karya yang tidak konvensional mencakup "penghancuran" perangkat yang disengaja, mempertanyakan esensi teknologi itu sendiri.
 
Pemanfaatan teknologi yang dilakukan Bandu sebagai media kreatif memungkinkan adanya penyimpangan sementara dari peran pasif konsumen teknologi, sehingga mendorong refleksi terhadap kemajuan yang seringkali dianggap remeh dalam kemajuan teknologi.
 
Sementara itu, Art Jakarta Gardens merupakan pameran seni yang diselenggarakan di ruang terbuka Hutan Kota by Plataran Jakarta. Pameran ini mengajak masyarakat untuk menikmati sekaligus mengapresiasi karya seni dengan suasana berbeda di luar dan dalam ruangan.
 
Tahun ini, gelaran Art Jakarta Gardens memasuki edisi ketiga yang berlangsung pada 23-28 April 2024. Terdapat 23 galeri baik dari dalam maupun luar negeri yang berpartisipasi dalam Art Jakarta Gardens 2024 diantaranya A+ Works of Art, ISA Art Gallery, Galeri Zen1, Kendys Sankhara, Linda Gallery, Semarang Gallery, RUCI Art Space, Nadi Gallery, dan Srisasanti Gallery. 

Baca juga ;Galeri Seni Panen Cuan di Art Jakarta Gardens 2024, Karya Iwan Suastika sampai J.A Pramuhendra Ludes

Editor : Puput Ady Sukarno

SEBELUMNYA

Feby Putri Ciptakan Sore Syahdu di Titik Kumpul Festival Hari Terakhir

BERIKUTNYA

Mahalini Bikin Galau Hingga Emosional Penonton Titik Kumpul Festival 2024

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: