3 Profil Singkat Perempuan Perupa dalam Pameran Tiga Sisi: Jelajah & Media
13 June 2024 |
20:30 WIB
Pameran Tiga Sisi: Jelajah & Media di Galeri Nasional Indonesia pada 14 Juni-14 Juli 2024 menampilkan puluhan karya tiga wanita perupa Indonesia. Ketiganya memiliki sisi dan latar belakang yang berbeda satu sama lain. Namun, mereka memiliki satu kesamaan, yaki memiliki tradisi menjelajahi media dalam berkarya.
Kurator Asikin Hasan mengatakan bahwa 3 seniman dalam pameran Tiga Sisi: Jelajah & Media, yakni Ayu Arista Murti, Endang Lestari, dan Theresia Agustina S. selalu mecoba berbagai macam media dalam berkarya.
“Pameran ini, ada tiga perempuan perupa. Jadi, mereka bertiga berasal dari institut yang sama, yakni ISI di yogyakarta dan tingkatan sedikit berbeda. Ada yang berbeda sama mereka, tetapi ada yang sama,” katanya di Jakarta, Kamis, 13 Juni 2024.
Baca Juga: Ini Alasan Genhype Harus Mengunjungi Pameran Tiga Sisi: Jelajah & Media
Dia mengungkapkan bahwa Ayu Arista Murti yang berasal dari seni lukis tidak berhenti dengan medium akrilik, cat air, dan sebagainya. Sang seniman menggunakan media lainnya.
Sementara itu, Endang Lestari terlihat memiliki unsur grafis yang kuat meskipun memiliki latar belakang seni keramik. Sementara itu, Theresia dengan latar belakang seni grafis membuat berbagai macam percobaan, dan terakhir adalah menggunakan kertas karbon.
Sebelumnya, penggunaan kertas karbon tidak pernah dilakukan oleh seniman grafis. Theresia menggunakan karbon lantaran medium yang kerap dipakai dalam seni grafis mengandung kimia yang cukup berbahaya.
Theresia yang merupakan seorang ibu dengan anak yang selalu ikut ke studio pada akhirnya bertemu dengan medium karbon, dan berkarya dengannya setelah melalui berbagai macam percobaan. Sementara dari sisi tema, setiap seniman bertolak dari pengalaman personal dan pandangan terhadap lingkungan.
Berikut profil tiga seniman tersebut:
Seniman Ayu Arista Murti lahir di Surabaya pada 14 Desember 1979. Minat sang seniman terhadap seni rupa sudah terlihat sejak muda dengan mengikuti beberapa event seni. Perjalanannya dalam berkesenian kian intens kala menempuh pendidikan di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta.
Pada awalnya, dia memiliki pendidikan desain interior. Namun, di tengah jalan banting setir pindah untuk belajar seni lukis. Masuk pada sekitar 1997, sang seniman menjadi alumni pada 2004 dan menjadi seniman full time.
Karya-karya seniman dengan basis seni lukis itu mengalami perkembangan ke ranah drawing, patung, instalasi, dan seni visual lain. Dengan begitu, teknik dan media yang digunakan olehnya sangat variatif.
Selain berkarya, dia jug peduli terhadap kondisi dan permasalahan tentang lingkungan. Pada 2017, kolektif bernama Tactic Plastic pun diinisiasi olehnya. Dia juga kerap berkarya dengan bahan recyle plastik sebagai bentuk kepeduliannya terhadap permasalahan lingkungan.
Sang seniman kerap membuat karya yang menjadi representasi hubungan seseorang dengan alam dan lingkungan. Selain itu, dia juga kerap membuat karya dari pengalaman seseorang dalam alam pikir, spiritual, dan kebutuhan.
Dalam perjalanan kariernya, dia juga tercatat telah menjalani pameran di dalam dan luar negeri. Salah satu contohnya adalah Iceland Biennale. Selain itu, sang seniman juga telah membawa pulang berbagai penghargaan, seperti Total Indonesie Art Award dari Total pada 2001.
Wanita yang kerap disapa Tari itu menjalani pendidikan di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta dan juga menyelesaikan program magister di kampus yang sama. Selain menjadi perupa, sang seniman juga menjalankan proyek bernama ArsKala.
Kemudian, sebagian besar karya sang seniman mengacu kepada objek dan tokoh dalam beragam konteks naratif lewat media beragam, dari 2 dimensi sampai instalasi media baru. Dia juga memiliki ketertarikan terhadap pengalaman bawah sadar dan hubungannya dengan konteks alam, sejarah, serta memori yang membawa bentuk tertekstual terhadap karyanya.
Sang seniman tercatat telah melakukan berbagai pameran dan residensi di dalam dan luar negeri. Tidak hanya itu, dia juga telah berpameran tunggal beberapa kali.
Sama dengan Tari dan Ayu, Theresia juga lulusan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Di tempat ini, dia menempuh pendidikan dari sarjana sampai magister. Wanita yang sedang menempuh pendidikan S3 itu juga menjadi dosen di ISI Surakarta.
Theresia yang merupakan pendiri Studio Grafis Mingiran membuat karya dalam media gambar dan cetak grafis pada awal-awal. Lalu, dia melibatkan berbagai media lain dalam bentuk patung dan instalasi.
Karya-karya sang seniman memiliki muatan utama tentang kegembiraan, kecemasan, dan juga harapan yang ada dalam hubungan erat antara ibu dan anak.
Baca Juga: Pameran Tiga Sisi Siap Dihelat di Galeri Nasional, Tampilkan Karya 3 Perempuan Perupa Indonesia
Editor: M. Taufikul Basari
Kurator Asikin Hasan mengatakan bahwa 3 seniman dalam pameran Tiga Sisi: Jelajah & Media, yakni Ayu Arista Murti, Endang Lestari, dan Theresia Agustina S. selalu mecoba berbagai macam media dalam berkarya.
“Pameran ini, ada tiga perempuan perupa. Jadi, mereka bertiga berasal dari institut yang sama, yakni ISI di yogyakarta dan tingkatan sedikit berbeda. Ada yang berbeda sama mereka, tetapi ada yang sama,” katanya di Jakarta, Kamis, 13 Juni 2024.
Baca Juga: Ini Alasan Genhype Harus Mengunjungi Pameran Tiga Sisi: Jelajah & Media
Dia mengungkapkan bahwa Ayu Arista Murti yang berasal dari seni lukis tidak berhenti dengan medium akrilik, cat air, dan sebagainya. Sang seniman menggunakan media lainnya.
Sementara itu, Endang Lestari terlihat memiliki unsur grafis yang kuat meskipun memiliki latar belakang seni keramik. Sementara itu, Theresia dengan latar belakang seni grafis membuat berbagai macam percobaan, dan terakhir adalah menggunakan kertas karbon.
Sebelumnya, penggunaan kertas karbon tidak pernah dilakukan oleh seniman grafis. Theresia menggunakan karbon lantaran medium yang kerap dipakai dalam seni grafis mengandung kimia yang cukup berbahaya.
Theresia yang merupakan seorang ibu dengan anak yang selalu ikut ke studio pada akhirnya bertemu dengan medium karbon, dan berkarya dengannya setelah melalui berbagai macam percobaan. Sementara dari sisi tema, setiap seniman bertolak dari pengalaman personal dan pandangan terhadap lingkungan.
Berikut profil tiga seniman tersebut:
Ayu Arista Murti
Seniman Ayu Arista Murti lahir di Surabaya pada 14 Desember 1979. Minat sang seniman terhadap seni rupa sudah terlihat sejak muda dengan mengikuti beberapa event seni. Perjalanannya dalam berkesenian kian intens kala menempuh pendidikan di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta.
Pada awalnya, dia memiliki pendidikan desain interior. Namun, di tengah jalan banting setir pindah untuk belajar seni lukis. Masuk pada sekitar 1997, sang seniman menjadi alumni pada 2004 dan menjadi seniman full time.
Karya-karya seniman dengan basis seni lukis itu mengalami perkembangan ke ranah drawing, patung, instalasi, dan seni visual lain. Dengan begitu, teknik dan media yang digunakan olehnya sangat variatif.
Selain berkarya, dia jug peduli terhadap kondisi dan permasalahan tentang lingkungan. Pada 2017, kolektif bernama Tactic Plastic pun diinisiasi olehnya. Dia juga kerap berkarya dengan bahan recyle plastik sebagai bentuk kepeduliannya terhadap permasalahan lingkungan.
Sang seniman kerap membuat karya yang menjadi representasi hubungan seseorang dengan alam dan lingkungan. Selain itu, dia juga kerap membuat karya dari pengalaman seseorang dalam alam pikir, spiritual, dan kebutuhan.
Dalam perjalanan kariernya, dia juga tercatat telah menjalani pameran di dalam dan luar negeri. Salah satu contohnya adalah Iceland Biennale. Selain itu, sang seniman juga telah membawa pulang berbagai penghargaan, seperti Total Indonesie Art Award dari Total pada 2001.
E. Lestari
Wanita yang kerap disapa Tari itu menjalani pendidikan di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta dan juga menyelesaikan program magister di kampus yang sama. Selain menjadi perupa, sang seniman juga menjalankan proyek bernama ArsKala.
Kemudian, sebagian besar karya sang seniman mengacu kepada objek dan tokoh dalam beragam konteks naratif lewat media beragam, dari 2 dimensi sampai instalasi media baru. Dia juga memiliki ketertarikan terhadap pengalaman bawah sadar dan hubungannya dengan konteks alam, sejarah, serta memori yang membawa bentuk tertekstual terhadap karyanya.
Sang seniman tercatat telah melakukan berbagai pameran dan residensi di dalam dan luar negeri. Tidak hanya itu, dia juga telah berpameran tunggal beberapa kali.
Theresia Agustina S.
Sama dengan Tari dan Ayu, Theresia juga lulusan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Di tempat ini, dia menempuh pendidikan dari sarjana sampai magister. Wanita yang sedang menempuh pendidikan S3 itu juga menjadi dosen di ISI Surakarta.
Theresia yang merupakan pendiri Studio Grafis Mingiran membuat karya dalam media gambar dan cetak grafis pada awal-awal. Lalu, dia melibatkan berbagai media lain dalam bentuk patung dan instalasi.
Karya-karya sang seniman memiliki muatan utama tentang kegembiraan, kecemasan, dan juga harapan yang ada dalam hubungan erat antara ibu dan anak.
Baca Juga: Pameran Tiga Sisi Siap Dihelat di Galeri Nasional, Tampilkan Karya 3 Perempuan Perupa Indonesia
Editor: M. Taufikul Basari
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.