Winter aespa. (Sumber gambar: aespa/X)

Mengenal Gejala & Penyebab Pneumotoraks, Penyakit yang Diidap Winter aespa

13 April 2024   |   08:56 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Winter aespa dikabarkan sedang dalam masa pemulihan dari operasi pneumotoraks. Kabar tersebut diumumkan oleh agensi SM Entertainment pada Jumat (12/4/2024). Kondisi ini membuat Winter aespa harus menjalani istirahat yang intens, dan tidak bisa melakoni aktivitas dengan grupnya untuk sementara waktu.

SM Entertainment mengumumkan bahwa artis mereka, Winter aespa, telah menjalani operasi pneumotoraks, suatu kondisi yang umumnya dikenal sebagai penyakit paru-paru kolaps sebagaimana yang diberitakan oleh Soompi. "Winter baru-baru ini menjalani operasi pneumotoraks dan saat ini sedang dalam masa pemulihan," demikian pernyataan agensi.

Agensi juga menjelaskan operasi dilakukan terhadap Winter aespa sebagai tindakan preventif atau pencegahan sesuai dengan anjuran dokter, lantaran pneumotoraks adalah masalah kesehatan yang rentan kambuh. Keputusan tersebut diambil setelah melakukan diskusi dengan banyak pihak. 

Terkait dengan masa pemulihan pascaoperasi, Winter pun diperkirakan bakal absen dalam sejumlah jadwal aktivitas aespa. "Mengenai jadwalnya di masa depan, kami akan mempertimbangkan status pemulihan Winter sebagai prioritas utama kami di masa mendatang," tulis SM Entertainment. 

Baca juga: Kenali Penyebab & Gejala Kanker Sarkoma, Penyakit yang Diidap Alice Norin

Melansir Cleveland Clinic, pneumotoraks (pneumothorax) atau paru-paru kolaps adalah masalah kesehatan yang terjadi ketika adanya udara di ruang antara dinding dada dan paru-paru (ruang pleura). Udara di rongga pleura dapat menumpuk dan menekan paru-paru, sehingga menyebabkan paru-paru kolaps sebagian atau seluruhnya.

Paru-paru kolaps terjadi ketika udara keluar dari paru-paru. Udara kemudian mengisi ruang di luar paru-paru antara paru-paru dan dinding dada. Penumpukan udara ini memberikan tekanan pada paru-paru, sehingga tidak dapat mengembang seperti biasanya saat penderitanya menarik napas.

Penyakit pneumotoraks bisa parah diidap oleh seseorang, bergantung pada seberapa banyak udara yang terperangkap di rongga pleura. Udara dalam jumlah yang kecil yang terperangkap biasanya dapat hilang dengan sendirinya, selama tidak ada komplikasi penyakit lain. Sebaliknya, udara yang terperangkap dalam jumlah besar dapat berakibat serius dan menyebabkan kematian jika penderitanya tidak segera mendapatkan perawatan medis. 
 

Gejala Pneumotoraks

Menukil situs VeryWell Health, gejala pneumotoraks umumnya dapat timbul saat penderitanya sedang dalam kondisi istirahat, tidur ataupun saat terjaga, termasuk akibat trauma mendadak seperti luka di dada. Pneumotoraks kecil bahkan mungkin luput dari perhatian karena tidak selalu disertai dengan gejala.

Tingkat keparahan gejala pneumotoraks mungkin bergantung pada seberapa besar paru-paru yang rusak. Gejala utama pneumotoraks adalah nyeri dada mendadak dan sesak napas atau pernapasan dangkal (dispnea). Nyeri dada biasanya terjadi di satu sisi saat mengambil napas, dan bertambah parah  saat batuk atau menarik napas dalam dan mungkin menjalar ke bahu, lengan, atau punggung.

Beberapa gejala lainnya meliputi dada sesak, batuk, napas cepat, detak jantung cepat (takikardia), mudah lelah, keringat dingin, kesulitan mengatur napas, serta kulit, bibir atau kuku kebiruan (sianosis) akibat kekurangan oksigen. Gejala lain mungkin termasuk pembengkakan pembuluh darah leher, hidung melebar, kecemasan, atau tekanan darah rendah (hipotensi). 

"Karena gejalanya dapat berkisar dari ringan hingga parah, tidak jarang diperlukan waktu beberapa hari untuk menyadari ada sesuatu yang tidak beres dan mencari pengobatan. Jika Anda mengalami gejala pneumotoraks, segera dapatkan pertolongan medis. Dalam beberapa kasus, ini bisa menjadi keadaan darurat yang mengancam jiwa," demikian tulis situs tersebut. 

Baca juga: Fakta Penyakit ALS yang Diderita Bryan Randall Kekasih Sandra Bullock, Ini Penyebab dan Gejalanya
 

Penyebab Pneumotoraks

Pneumotoraks terjadi akibat tiga penyebab utama yakni kondisi medis, cedera, dan faktor gaya hidup. Dilansir dari WebMD, penyebab pertama pneumotoraks adalah sakit paru-paru. Jaringan yang rusak kemungkinan besar akan robek sehingga memungkinkan udara keluar. Hal ini terutama berlaku pada penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).

Penyebab kedua yakni cedera. Tulang rusuk yang patah, luka pisau, atau luka tembak dapat menusuk paru-paru. Dalam kasus yang parah, udara yang keluar dapat meningkatkan tekanan pada paru-paru dan jantung, yang dapat menyebabkan masalah yang mengancam jiwa seperti hilangnya tekanan darah.

Penyebab lain juga karena ventilasi mekanis atau alat bantu pernapasan mekanis. Pneumotoraks yang parah dapat terjadi pada orang yang memerlukan bantuan mekanis untuk bernapas. Ventilator dapat menyebabkan ketidakseimbangan tekanan udara di dalam dada, sehingga paru-paru bisa kolaps.

Faktor berikutnya yakni lepuh udara pecah. Lepuh udara kecil atau yang dikenal dengan istilah blebs dapat timbul di bagian atas paru-paru. Lepuh udara ini terkadang pecah sehingga memungkinkan udara bocor ke ruang yang mengelilingi paru-paru. Hal ini paling sering terjadi pada pria yang berusia kurang dari 40 tahun dan memiliki kebiasaan merokok.

"Seringkali, seseorang yang paru-parunya kolaps akan mengalami kerusakan paru-paru lagi dalam waktu 1 atau 2 tahun. Merokok juga dapat membuat kondisi ini lebih mungkin terjadi. Adapun, beberapa jenis pneumotoraks diturunkan dalam satu keluarga," demikian tulis WebMD. 
 

Faktor Risiko Pneumotoraks

Dikutip dari Mayo Clinic, secara umum pria jauh lebih mungkin terkena pneumotoraks dibandingkan wanita. Jenis pneumotoraks yang disebabkan oleh pecahnya lepuh udara paling mungkin terjadi pada orang berusia antara 20 dan 40 tahun, terutama jika orang tersebut sangat tinggi dan kurus.

Selain itu, penyakit paru-paru atau ventilasi mekanis yang mendasari dapat menjadi penyebab atau faktor risiko pneumotoraks. Faktor risiko lainnya meliputi kebiasaan merokok, genetika, dan riwayat pneumotoraks.

Orang-orang yang memiliki kebiasaan merokok berisiko terkena pneumotoraks. Risikonya meningkat seiring dengan lamanya waktu dan jumlah rokok yang dihisap, bahkan tanpa emfisema.

Selain itu, pneumotoraks juga bisa diturunkan secara genetika yang diturunkan dalam satu keluarga. Termasuk, penyakit ini juga bisa dialami oleh seseorang yang pernah menderita pneumotoraks. Siapa pun yang pernah menderita satu pneumotoraks mempunyai risiko lebih tinggi terkena pneumotoraks lainnya.

Baca juga: Waspada, Ini Ciri-ciri Sesak Napas yang Jadi Gejala Pneumonia

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

6 Link & Aplikasi CCTV Online untuk Pantau Arus Balik Lebaran 2024

BERIKUTNYA

Aturan Seragam Sekolah Baru Tahun 2024: Jenis, Model, Warna, hingga Jadwal Pemakaiannya

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: