Waspada, Ini Ciri-ciri Sesak Napas yang Jadi Gejala Pneumonia
09 December 2023 |
07:07 WIB
Pneumonia menjadi penyakit yang paling sering dialami anak-anak. The United Nations Children's Fund (UNICEF) mencatat setiap jam terjadi kematian 2-3 balita di Indonesia pada 2018. Pneumonia pada anak biasanya berasal dari infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) atas. Oleh karena itu, penting untuk mengenal gejalanya.
Spesialis Ilmu Kesehatan Anak Sub Spesialis Kesehatan Anak Respirologis RS Pondok Indah, dr. Wahyuni Indawati, menerangkan bahwa umumnya gejala pneumonia diawali dengan demam, batuk atau pilek, kemudian diikuti oleh gejala sesak napas yang biasanya terjadi dalam 14 hari dan bersifat akut.
Gejala sesak napas ditandai adanya usaha bernapas yang berat seperti tarikan dinding dada saat bernapas maupun adanya napas cuping hidung. Wahyuni menerangkan, cara mengenali si kecil yang mengalami sesak napas bisa dilakukan dengan menghitung frekuensi napas anak dalam 1 menit.
Baca juga: Simak Imbauan Kemenkes Buat Mengantisipasi Pneumonia China
Untuk mengetahuinya, letakkan tangan di dada anak. Sesak napas ditandai dengan frekuensi napas cepat yaitu lebih dari 60 kali/menit untuk usia kurang dari 2 bulan, lebih dari 50 kali/menit untuk usia 2 bulan-1 tahun. Kemudian, lebih dari 40 kali/menit untuk usia 1 tahun-5 tahun dan lebih dari 30 kali/menit untuk usia lebih dari 5 tahun.
Sesak napas menjadi indikasi anak kekurangan oksigen. “Jika hal ini terjadi pada anak, segera bawa dia ke fasilitas kesehatan untuk diperiksa lebih lanjut,” imbau Wahyuni.
Jika si kecil sudah terdiagnosis terkena pneumonia, tatalaksana perawatannya harus dilakukan di rumah sakit karena penderita kerap mengalami sesak napas dan memerlukan oksigen. Oksigen dapat diberikan sesuai kebutuhan. Pada kasus yang berat, dapat digunakan alat bantu napas (ventilator) di ruang rawat intensif.
Selama perawatan, si kecil juga dapat diberikan antibiotik, cairan sesuai kebutuhan, dan nutrisi yang cukup, sedangkan tindakan inhalasi dan fisioterapi tidak perlu rutin diberikan pada penderita pneumonia.
Pencegahan penyebaran infeksi juga dapat dilakukan dengan rajin mencuci tangan menggunakan air mengalir dan sabun setiap habis batuk dan bersin, setelah memegang permukaan benda terutama di tempat umum, dan sebelum makan.
Selain itu, pneumonia bisa dicegah dengan pemberian ASI eksklusif, memastikan status gizi yang baik, menghindari asap rokok, dan polusi udara, serta melindungi anak dengan pemberian imunisasi yang dapat mencegah pneumonia.
Wahyuni menyebut saat ini terdapat beberapa vaksin yang dapat melindungi anak dari penyakit ini, yaitu vaksin Difteri Pertusis Tetanus Haemophilus Influenza B (DPT HiB) yang merupakan vaksin kombinasi, vaksin pneumokokus (PCV), vaksin influenza, dan vaksin MR (measles rubella).
Baca juga: WHO Ungkap Fakta-fakta Tentang Merebaknya Pneumonia China
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Spesialis Ilmu Kesehatan Anak Sub Spesialis Kesehatan Anak Respirologis RS Pondok Indah, dr. Wahyuni Indawati, menerangkan bahwa umumnya gejala pneumonia diawali dengan demam, batuk atau pilek, kemudian diikuti oleh gejala sesak napas yang biasanya terjadi dalam 14 hari dan bersifat akut.
Gejala sesak napas ditandai adanya usaha bernapas yang berat seperti tarikan dinding dada saat bernapas maupun adanya napas cuping hidung. Wahyuni menerangkan, cara mengenali si kecil yang mengalami sesak napas bisa dilakukan dengan menghitung frekuensi napas anak dalam 1 menit.
Baca juga: Simak Imbauan Kemenkes Buat Mengantisipasi Pneumonia China
Untuk mengetahuinya, letakkan tangan di dada anak. Sesak napas ditandai dengan frekuensi napas cepat yaitu lebih dari 60 kali/menit untuk usia kurang dari 2 bulan, lebih dari 50 kali/menit untuk usia 2 bulan-1 tahun. Kemudian, lebih dari 40 kali/menit untuk usia 1 tahun-5 tahun dan lebih dari 30 kali/menit untuk usia lebih dari 5 tahun.
Sesak napas menjadi indikasi anak kekurangan oksigen. “Jika hal ini terjadi pada anak, segera bawa dia ke fasilitas kesehatan untuk diperiksa lebih lanjut,” imbau Wahyuni.
Jika si kecil sudah terdiagnosis terkena pneumonia, tatalaksana perawatannya harus dilakukan di rumah sakit karena penderita kerap mengalami sesak napas dan memerlukan oksigen. Oksigen dapat diberikan sesuai kebutuhan. Pada kasus yang berat, dapat digunakan alat bantu napas (ventilator) di ruang rawat intensif.
Selama perawatan, si kecil juga dapat diberikan antibiotik, cairan sesuai kebutuhan, dan nutrisi yang cukup, sedangkan tindakan inhalasi dan fisioterapi tidak perlu rutin diberikan pada penderita pneumonia.
Langkah Pencegahan
Wahyuni menuturkan pneumonia dapat disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, ataupun jamur. Penyebab yang paling sering adalah virus dan bakteri. Langkah pencegahan yang dapat dilakukan bisa dimulai dengan menjaga agar infeksi tersebut tidak menyebar ke lingkungan sekitar seperti menggunakan masker baik dalam kondisi sakit maupun di luar ruangan yang ramai.Pencegahan penyebaran infeksi juga dapat dilakukan dengan rajin mencuci tangan menggunakan air mengalir dan sabun setiap habis batuk dan bersin, setelah memegang permukaan benda terutama di tempat umum, dan sebelum makan.
Selain itu, pneumonia bisa dicegah dengan pemberian ASI eksklusif, memastikan status gizi yang baik, menghindari asap rokok, dan polusi udara, serta melindungi anak dengan pemberian imunisasi yang dapat mencegah pneumonia.
Wahyuni menyebut saat ini terdapat beberapa vaksin yang dapat melindungi anak dari penyakit ini, yaitu vaksin Difteri Pertusis Tetanus Haemophilus Influenza B (DPT HiB) yang merupakan vaksin kombinasi, vaksin pneumokokus (PCV), vaksin influenza, dan vaksin MR (measles rubella).
Baca juga: WHO Ungkap Fakta-fakta Tentang Merebaknya Pneumonia China
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.