Hypereport: Menengok Potensi Bisnis Hotel Syariah di Indonesia
08 April 2024 |
21:03 WIB
Halal tourism atau wisata halal menjadi sektor yang menjanjikan untuk memperkuat industri pariwisata nasional. Potensi Indonesia sebagai destinasi wisata halal dunia pun telah diakui di kancah global. Global Muslim Travel Index (GMTI) 2023 menempatkan Indonesia di peringkat pertama sebagai destinasi wisata halal terbaik di dunia.
"Hotel syariah yang bergabung dengan kemitraan RedDoorz akan dicek terlebih dahulu apakah telah memenuhi syarat syariah atau belum. Apabila sudah, kemudian akan kami lanjutkan kemitraan dengan nama syariah dan diberikan pada signage, serta aplikasi online," jelas Reky.
Prestasi ini meningkat dari tahun sebelumnya dimana Indonesia berada pada posisi ke-2 dan Malaysia menempati posisi teratas. Indonesia berhasil memperoleh skor 73 dari skor maksimal 100, disusul Arab Saudi dengan skor 72, UEA (71) dan Turki (70).
Sebelumnya, laporan Mastercard Crescentrating Global Travel Market Index (GMTI) 2019 memprediksi akan ada 230 juta wisatawan muslim secara global pada 2026. Hal ini meningkat dari 2018 yang tercatat hanya sekitar 140 juta wisatawan. Selaras dengan hal tersebut, Global Islamic Economy Report menyebutkan perputaran uang dari wisata halal dunia diprediksi meningkat, dari US$177 miliar pada 2017 menjadi US$274 miliar pada 2023.
Baca juga laporan terkait:
1. Hypereport: Sejarah Wisata Halal Dunia & Indonesia, Pariwisata Ramah Pelancong Muslim
2. Hypereport: Negara-negara Populer Tujuan Wisatawan Muslim Dunia
3. Hypereport: Potensi Indonesia Kembangkan Desa Wisata & Pariwisata Ramah Muslim
Sebelumnya, laporan Mastercard Crescentrating Global Travel Market Index (GMTI) 2019 memprediksi akan ada 230 juta wisatawan muslim secara global pada 2026. Hal ini meningkat dari 2018 yang tercatat hanya sekitar 140 juta wisatawan. Selaras dengan hal tersebut, Global Islamic Economy Report menyebutkan perputaran uang dari wisata halal dunia diprediksi meningkat, dari US$177 miliar pada 2017 menjadi US$274 miliar pada 2023.
Baca juga laporan terkait:
1. Hypereport: Sejarah Wisata Halal Dunia & Indonesia, Pariwisata Ramah Pelancong Muslim
2. Hypereport: Negara-negara Populer Tujuan Wisatawan Muslim Dunia
3. Hypereport: Potensi Indonesia Kembangkan Desa Wisata & Pariwisata Ramah Muslim
Prospek wisata halal di Indonesia juga tercermin dalam perkembangan bisnis hotel syariah yang menjadi salah satu pendukung industri ini. Jaringan penginapan RedDoorz mencatat terjadi pertumbuhan mitra properti syariah setiap tahunnya.
Pada awal dibentuk brand syariah pada tahun 2019, sudah ada lebih dari 200 mitra yang bergabung. Hingga akhir tahun 2023, jumlah terdaftar mitra syariah di RedDoorz tercatat hampir mencapai 2.000 mitra yang berkembang ke berbagai multi-brand, yakni RedDoorz Syariah, UrbanView Syariah dan KoolKost Syariah.
Jakarta, Yogyakarta, dan Malang menjadi 3 kota yang mencatatkan pertumbuhan bisnis mitra syariah di RedDoorz. Tak hanya mencatat jumlah mitra properti syariah yang paling banyak, ketiga kota tersebut juga menjadi destinasi wisata favorit bagi pelancong. Di sisi lain, Pekalongan dan Aceh menjadi dua kota yang hanya memiliki properti syariah bermitra dengan RedDoorz.
Reky Hartono selaku Head of Property Manager RedDoorz menjelaskan ada beberapa faktor pendorong pertumbuhan bisnis hotel syariah, diantaranya permintaan pasar dengan meningkatnya jumlah wisatawan Muslim, baik domestik maupun mancanegara, yang mencari akomodasi yang sesuai dengan prinsip syariah.
Di samping itu, menurutnya, pemerintah juga telah aktif mendukung pertumbuhan industri pariwisata syariah, termasuk insentif dan regulasi yang mendukung pengembangan hotel syariah. Dukungan itu juga mencakup promosi wisata halal yang menarik wisatawan Muslim dari berbagai negara untuk mengunjungi Indonesia sebagai destinasi wisata halal.
"Terbukti melalui promosi ini, Indonesia berhasil meraih peringkat pertama Global Muslim Travel Index tahun 2023," katanya kepada Hypeabis.id.
Prospek positif bisnis hotel syariah juga dialami oleh Sahid Azizah Syariah Hotel & Convention Kendari yang dikelola oleh jaringan hotel Sahid Hotels & Resort. Meski baru resmi beroperasi sejak awal tahun 2023, hotel yang berlokasi di pusat Jalan DI Panjaitan Kota Kendari ini mencatatkan pertumbuhan bisnis yang positif, bahkan bisa mengambil porsi yang cukup besar pangsa pasar perhotelan di kota tersebut.
"Rata-rata okupansinya di Sahid Azizah Syariah Hotel & Convention Kendari itu sebesar 70 persen per bulan. Alhamdulillah perkembangan bisnisnya sangat positif," papar President Director Sahid Hotels & Resorts Hariyadi B Sukamdani.
Meski demikian, diakui oleh Hariyadi, pertumbuhan bisnis hotel syariah belum berjalan secepat bisnis hotel konvensional, baik dari segi customer based-nya maupun jumlah pelaku usahanya.
"Yang bisnis [hotel] syariah ini kalau kata saya masih berproses. Tapi bukan artinya tidak tumbuh. Hanya tumbuhnya lambat kalau dibandingkan dengan yang konvensional," imbuhnya.
"Yang bisnis [hotel] syariah ini kalau kata saya masih berproses. Tapi bukan artinya tidak tumbuh. Hanya tumbuhnya lambat kalau dibandingkan dengan yang konvensional," imbuhnya.
Kriteria Hotel Syariah
Reky menjelaskan pada dasarnya, hotel syariah dan hotel konvensional menawarkan kenyamanan yang sama, namun ada beberapa perbedaan dari keduanya, seperti kebijakan prinsip syariah dengan kesediaan makanan dan minuman halal, fasilitas yang menyokong kebutuhan Muslim seperti musala, arah kiblat serta lingkungan hotel syariah yang lebih tenang dan terjaga dari segi moralitas, yang membuat wisatawan merasa lebih nyaman dan aman selama menginap.
Dia memaparkan ada sejumlah kriteria yang mesti dipenuhi olen hotel syariah diantaranya tidak boleh menyediakan fasilitas akses pornografi dan tindakan asusila, tidak boleh menyediakan fasilitas hiburan yang mengarah pada kemusyrikan, maksiat, pornografi, dan/atau tindak asusila, serta bila menyediakan makanan/minuman, wajib halal.
Selain itu, hotel syariah juga umumnya menyediakan fasilitas, peralatan, dan sarana yang memadai untuk pelaksanaan ibadah, termasuk fasilitas wudhu, termasuk memiliki pedoman/SOP pelayanan dengan prinsip syariah di antara lain mewajibkan tamu pasangan yang check in memiliki bukti nikah.
"Hotel syariah yang bergabung dengan kemitraan RedDoorz akan dicek terlebih dahulu apakah telah memenuhi syarat syariah atau belum. Apabila sudah, kemudian akan kami lanjutkan kemitraan dengan nama syariah dan diberikan pada signage, serta aplikasi online," jelas Reky.
Reky juga menerangkan hotel syariah tidak hanya ditujukkan untuk wisatawan Muslim, tetapi juga diminati oleh wisatawan non-muslim di Indonesia bahkan dari mancanegara. Preferensi wisatawan dalam memilih penginapan ini, papar dia, tidak hanya dari prinsip syariah, tetapi juga dari sisi kenyamanan dan keamanan selama menginap.
"Lingkungan hotel syariah ini cenderung lebih tenang karena berada di lingkungan yang terjaga dari segi moralitas, seperti jauh dari fasilitas hiburan seperti karaoke maupun diskotik," ujarnya.
Adapun, sejumlah fasilitas di properti syariah di RedDoorz yang tidak ada di properti konvensional diantaranya musala, alat untuk wudhu, dan pilihan makanan serta minuman halal, sehingga memudahkan bagi tamu Muslim untuk menjalankan ibadah.
Rebranding Halal Friendly
Hariyadi menilai prospek cerah bisnis hotel syariah tidak terlepas dari gaya hidup halal yang memang telah menjadi tren di kalangan masyarakat luas. Halal bukan lagi dipandang hanya berkaitan dengan agama tertentu, melainkan cara hidup yang telah terjamin keamanan dan kenyamanannya.
Oleh karena itu, katanya, alih-alih hanya terbatas pada penggunaan nama hotel syariah, penting untuk melakukan semacam re-branding tentang hotel yang halal friendly alias terjamin halal untuk menjangkau pengunjung yang lebih luas. Halal friendly ini mencakup tersedianya pelayanan, fasilitas, serta makanan yang halal dan berkualitas di hotel.
Konsep itu pula yang diterapkan oleh Sahid Azizah Syariah Hotel & Convention Kendari. Alih-alih hanya menerapkan prinsip-prinsip syariah, hotel tersebut justru berfokus untuk melakukan branding sebagai hotel dengan fasilitas Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE) terbesar dan terbaik di Kendari serta menyediakan makanan dan minuman halal yang berkualitas.
Hal itu direalisasikan dengan adanya fasilitas ballroom yakni Azizah Convention Hall yang mampu mengakomodasi kebutuhan MICE hingga 2.000 orang. Strategi ini dilakukan pihak hotel untuk menjangkau pasar utama mereka yakni keluarga dan korporasi yang ingin menginap ataupun menggelar acara dengan nyaman.
"Dengan adanya branding halal friendly, itu menciptakan jaminan keamanan dan kenyamanan untuk pengunjung terutama kalangan keluarga dan perempuan. Standar hospitality-nya juga harus tetap dijaga," terang pria yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Persatuan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) itu.
Menurut Hariyadi, untuk meningkatkan bisnis hotel syariah di dalam negeri, penting untuk mendekatkan konsep halal friendly kepada masyarakat luas sebagai tren gaya hidup yang aman dan nyaman namun dengan preferensi yang tidak sempit. Dengan kata lain, mempromosikan pelayanan halal friendly dengan cara yang menyenangkan kepada masyarakat luas.
Optimalisasi & Ekspansi Bisnis Hotel Syariah
Sementara itu, Reky menuturkan di tengah potensi wisata halal yang menjanjikan, pihaknya akan terus mengoptimalkan pertumbuhan bisnis semua mitra properti di RedDoorz termasuk RedDoorz Syariah. Guna meningkatkan pelayanan, mereka memberikan pelatihan kepada staf dalam melayani tamu sesuai dengan dengan nilai-nilai Islam.
Selain itu, salah satu persyaratan utama bagi tamu yang ingin menginap di properti RedDoorz Syariah adalah dengan menunjukkan surat nikah yang sah bagi pasangan suami istri. Sementara dari sisi fasilitas, mereka menganjurkan agar setiap mitra properti menyediakan berbagai macam pilihan makanan dan minuman halal, serta di setiap kamar menyediakan arah kiblat dan perlengkapan ibadah.
Di samping itu, RedDoorz juga senantiasa membantu mitra properti dalam meningkatkan okupansi melalui berbagai strategi marketing dan branding, diantaranya kerjasama dengan Kementerian Pariwisata Ekonomi dan Kreatif (Kemenparekraf), PHRI pusat dan daerah, serta berbagai promosi bundling hotel dengan objek wisata.
Diakui oleh Reky tantangan utama yang dihadapi oleh bisnis hotel syariah saat ini adalah persaingan dengan hotel konvensional. Namun, berkat dukungan pemerintah, konsistensi promosi wisata halal dan fasilitas serta pelayanan hotel syariah, menjadikan tantangan tersebut dapat terus diantisipasi oleh para pemilik bisnis syariah sehingga terbantu di tengah persaingan bisnis hotel.
"Kami menargetkan 10-15 syariah properti untuk bergabung dengan RedDoorz setiap bulannya terutama di kota-kota dengan tingkat wisatawan muslim yang tinggi. Team Business Development akan berfokus untuk mencari potensi wilayah yang sesuai dengan target hotel bisnis syariah," terang Reky.
Hampir senada, Hariyadi juga mengatakan pihaknya memiliki rencana untuk terus mengembangkan bisnis hotel syariah yang menurutnya memiliki potensi yang sangat besar dalam beberapa tahun mendatang. Dia mengungkapkan Sahid Hotels & Resort memiliki rencana untuk melebarkan sayap bisnis hotel syariah di beberapa wilayah seperti Aceh, Makassar, dan Padang.
Baca juga: Traveler Kudu Tahu, Ini Bedanya Hotel Syariah & Konvensional
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Baca juga: Traveler Kudu Tahu, Ini Bedanya Hotel Syariah & Konvensional
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.