Wisata Halal (Sumber Foto: Freepik)

Hypereport: Sejarah Wisata Halal Dunia & Indonesia, Pariwisata Ramah Pelancong Muslim

08 April 2024   |   13:19 WIB
Image
Kintan Nabila Jurnalis Hypeabis.id

Umat muslim penjuru dunia mulai tertarik dengan wisata halal. Menurut data Anwar Muhammad Foundation (AMF), populasi muslim global diperkirakan bakal mencapai 2,3 miliar pada 2030, mewakili 27 persen total populasi dunia. Pelaku bisnis di industri pariwisata perlu mengenali dan memanfaatkan potensi pasar ini.

Adapun, wisata halal atau halal tourism didefinisikan sebagai kegiatan pariwisata yang memberikan pelayanan dan fasilitas dengan mengedepankan nilai-nilai Islami. Ini mencakup layanan-layanan seperti makanan dan minuman yang halal, artinya bebas dari alkohol dan daging hewan yang diharamkan.

Selain itu, juga memberikan kemudahan untuk beribadah dan akomodasi yang mematuhi syariat, ditandai dengan terpisahnya fasilitas untuk laki-laki dan perempuan. Aktivitas-aktivitas yang disediakan sesuai dengan nilai-nilai Islam, serta terjaga dari kemaksiatan dan kemungkaran.

Tujuannya adalah untuk memberikan pengalaman liburan yang nyaman dan sesuai dengan keyakinan agama islam bagi wisatawan Muslim. 

Baca juga laporan terkait:  Potensi wisata halal di kancah global memiliki prospek menjanjikan. Berdasarkan laporan Travel Market Index (GMTI), diprediksi akan ada sekitar 230 juta wisatawan muslim pada 2028.

Selaras dengan prediksi tersebut, Global Islamic Economy Report menyebutkan perputaran uang dari wisata halal dunia diprediksi meningkat, dari US$177 miliar pada 2017 menjadi US$274 miliar pada 2023. Melihat angka pertumbuhan yang menggiurkan tersebut membuat banyak negara mulai serius mengembangkan wisata halal.

Kota-kota besar di negara dengan populasi mayoritas Islam masih menjadi tujuan utama para wisatawan muslim yang mencari halal tourism, contohnya seperti Arab Saudi, Mesir, Malaysia, Maladewa, hingga Indonesia. Bahkan potensi wisata halal berkembang di negara-negara non-anggota Organisasi Kerja Islam (OKI) seperti Jepang, Taiwan, dan Korea Selatan. 

Kini negara-negara dengan jumlah penduduk muslim minoritas pun bisa tetap dikunjungi tanpa khawatir jika makanan, penginapan, dan fasilitas lainnya tidak sesuai dengan syariat islam. Sekarang sudah banyak agen travel yang merancang paket khusus wisata halal yang sesuai dengan kebutuhan umat Islam. 
 

Berdasarkan sejarahnya, gagasan tentang pariwisata halal diawali dengan ayat-ayat Al-Qur'an yang menggunakan istilah ziarah atau perjalanan. Ada tiga jenis kata dalam bahasa Arab yang berhubungan dengan pariwisata yaitu hijjazejara, dan rihla. Ketiga istilah itu dimaknai, bahwa perjalanan dilakukan untuk kunjungan yang memiliki tujuan tertentu.

Pada dasarnya perjalanan diadakan karena beberapa hal, yaitu adanya kewajiban berkunjung misalnya pergi haji bagi yang mampu, kunjungan ke tempat-tempat suci agama Islam, dan kunjungan untuk tujuan pendidikan dan perdagangan.

Kesamaan makna dari ketiga istilah tersebut adalah perjalanan untuk menaati perintah Allah. Saat melaksanakannya, umat muslim mengikuti syariat Islam sehingga perjalanan harus diadakan secara halal.

Gagasan pariwisata halal kemudian mengalami pengembangan di dalam pemikiran Islam maupun ekonomi Islam. Bentuk nyatanya, yakni dengan diadakannya Konferensi Wisata Syariah oleh negara-negara anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI) di Jakarta. Konferensi berlangsung selama dua hari pada 2-3 Juni 2014. Terdapat 13 rekomendasi yang dihasilkan guna ditindaklanjuti dalam pengembangan pariwisata halal.

Istilah wisata halal baru mulai dikenal oleh masyarakat luas sejak 2015 ketika sebuah event World Halal Tourism Summit (WHTS) digelar di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab.

Sebelumnya dunia pariwisata hanya mengenalnya sebagai muslim tour atau istilah serupa lainnya seperti syariah tourism, halal travel, Islamic tourism, dan halal lifestyle. Melalui event tersebut, WHTS berusaha meyakinkan bahwa pangsa pasar dari wisata halal amatlah besar dan perlu terus dikembangkan dengan serius. 
 

Berkunjung ke masjid ikonik jadi salah satu aktivitas dalam konteks wisata halal (Sumber gambar: Unsplash/Haidan)

Berkunjung ke masjid ikonik jadi salah satu aktivitas dalam konteks wisata halal (Sumber gambar: Unsplash/Haidan)

Indonesia, sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, telah diakui sebagai salah satu tujuan pariwisata Muslim. Pada 2023, Indonesia meraih peringkat pertama dalam daftar GMTI yang disusun oleh Mastercard-Crescent Rating.

GMTI merupakan indeks perjalanan Muslim global yang mengklasifikasikan dan menilai negara-negara berdasarkan kinerjanya dalam memfasilitasi wisata halal. Capaian dalam GMTI 2023 menunjukkan bahwa Indonesia telah berhasil menciptakan lingkungan yang ramah dan sesuai dengan kebutuhan wisatawan Muslim. 

Kementerian Pariwisata dalam laporannya sempat mengungkapkan bahwa terdapat 13 provinsi yang siap untuk menjadi tempat destinasi halal yaitu Aceh, Sumatera Barat, Banten, Riau, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Bali.

Provinsi Aceh dijuluki sebagai serambi Mekah, lantaran masyarakatnya memiliki budaya islam yang sangat kental. Terlebih Aceh untuk kesekian kalinya berhasil meraih penghargaan sebagai destinasi pariwisata ramah muslim (Top Muslim – Friendly Tourism Destination) pada ajang Indonesia Muslim Travel Index (IMTI) Award 2023.

Bandara Sultan Iskandar Muda pernah menyandang predikat sebagai bandara ramah wisatawan muslim terbaik dan Masjid Raya Baiturrahman sebagai daya tarik wisata terbaik di tempat tersebut. 

Dinas Pariwisata (Dispar) Kota Banda Aceh menyebutkan Banda Aceh dikunjungi sebanyak 382.029 wisatawan sepanjang 2023. Berdasarkan jumlah tersebut ada 26.778 wisatawan mancanegara dan 355.251 wisatawan nusantara. Angka ini mengalami kenaikan sebesar 16,41 persen dibandingkan tahun sebelumnya. 
 

Selain Aceh ada Nusa Tenggara Barat (NTB) yang meraih peringkat dua sebagai destinasi pariwisata ramah muslim di ajang yang sama. NTB telah menerapkan praktik wisata halal sejak lama. Terhitung mulai 2016, mereka bekerjasama dengan MUI dan LPPOM serta dinas kebudayaan dan Pariwisata dan UMKM melakukan sertifikasi halal pada restoran hotel, restoran non hotel, rumah makan dan UMKM.

Selain makanan halal, ketersediaan fasilitas ibadah juga mudah sekali ditemukan di NTB. Terdapat 9996 masjid yang tersebar di daerah tersebut, sehingga membuat NTB dijuluki sebagai pulau seribu masjid. Jumlah masjid di NTB juga lebih banyak dibandingkan dengan di Jakarta.

Padahal jumlah penduduk muslim di Jakarta hampir dua kali lipat lebih besar ketimbang NTB. Diketahui, NTB memiliki jumlah penduduk sekitar lima juta jiwa lebih. Penduduk mayoritas muslim dengan persentase sekitar 90 persen atau 4,5 juta jiwa.

Sejumlah destinasi wisata halal di NTB yang banyak dikunjungi, mulai dari Masjid Raya Hubbul Wathan Islamic Center, salah satu masjid terindah dan terbesar di Lombok. Selanjutnya ada Masjid Kuno Bayan yang diyakini sebagai saksi bisu masuknya ajaran agama Islam di Pulau Lombok sejak ratusan tahun lalu.

Ada juga Makam Batu Layar yang disebut-sebut sebagai makam keturunan Nabi Muhammad SAW. Ada pula yang mengatakan bahwa makam ini merupakan tempat peristirahatan Sayid Duhri Al Haddad Al Hadrami, seorang tokoh Islam berkebangsaan Baghdad.

Nusa Tenggara Barat juga punya desa wisata Setanggor yang menawarkan para pelancongnya untuk menikmati wisata religi, yaitu membaca Al-Qur,an di balai-balai yang telah disediakan di tengah-tengah pemandangan sawah. 

Baca juga: Anak Muda Juga Tertarik dengan Tren Wisata Halal, Bagaimana Memaksimalkannya?

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

Hypereport: Negara-negara Populer Tujuan Wisatawan Muslim Dunia

BERIKUTNYA

Cara Menyaksikan Gerhana Matahari Total 8 April 2024

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: