Tokoh Perfilman Indonesia Paling Berpengaruh: Usmar Ismail hingga Ratna Asmara

Gemerlap industri perfilman Indonesia dewasa ini tak bisa dilepaskan dari tokoh-tokoh masa lampau. Ada banyak tokoh yang berjasa besar dalam membangun fondasi penting bagi kemajuan perfilman nasional hingga bisa seperti sekarang.

Yang terdepan, tentu saja ada nama Usmar Ismail. Dikenal sebagai Bapak Perfilman, dia adalah orang pertama dari bidang kebudayaan yang diberi gelar Pahlawan Nasional oleh negara. Gelar ini menunjukkan betapa besar jasanya dalam perfilman Indonesia. 

Baca juga: Hari Film Nasional 2024, Simak Sejarah Festival Film Indonesia

Namun, di luar itu, masih ada banyak tokoh lain yang juga berjasa dalam merintis perkembangan film Indonesia kala era-era setelah kemerdekaan. Jasa-jasa tersebut turut merajut peta sinema Indonesia menjadi lebih hidup dan berwarna.

Dalam rangka Hari Film Nasional yang selalu diperingati setiap 30 Maret 2024, mari sejenak kita menilik lebih dalam tentang tokoh-tokoh penting perfilman Indonesia. Berikut ulasannya:

1. Usmar Ismail

Usmar Ismail adalah pelopor drama modern di Indonesia dan Bapak Film Indonesia. Debutnya semula di panggung teater, tetapi belakangan lebih banyak di dunia film. Dia adalah sutradara yang namanya tak akan pernah bisa dipisahkan dari sejarah sinema nasional.

Pada hari pertama pengambilan filmnya berjudul Darah dan Doa, yakni 30 Maret 1950, bahkan dianggap jadi satu momentum penting. Tanggal tersebut lalu ditetapkan sebagai Hari Film Nasional.

Film ini mencoba menggambarkan ketegangan dan ancaman serangan Belanda di tengah proses kepulangan tersebut. Saat ini film tersebut telah berhasil direstorasi oleh Kemendikbud pada 2013

2. Teguh Karya

Teguh Karya adalah sutradara kenamaan Indonesia yang juga pemimpin Teater Populer yang berdiri sejak 1968. Dia sempat menjadi sutradara Terbaik dalam Festival Film Indonesia sebanyak enam kali.

Teguh Karya termasuk sutradara yang kontribusinya yang tinggi dalam dunia perfilman Indonesia. Beberapa judul film pentingnya seperti Cinta Pertama (1974), Badai Pasti Berlalu (1977), atau Pacar Ketinggalan Kereta (1988).

3. Asrul Sani

Sebagai sastrawan, Asrul Sani tidak hanya dikenal sebagai penulis puisi, tetapi juga penulis cerpen dan drama. Namun, sejak 1950-an Asrul lebih banyak berteater dan mulai mengarahkan langkahnya ke dunia film.

Salah satu filmnya berjudul Kawat Berduri yang diproduksi 1961 ini berhasil direstorasi pada 2017. Kini, masyarakat bisa menonton salah satu film penting dalam perkembangan sinema pada awal-awal kemerdekaan.

4. Djamaluddin Malik

Djamaluddin Malik adalah seorang pelopor industri perfilman nasional. Dalam dunia internasional, tepatnya 1954, Djamaluddin Malik berusaha mengikutsertakan film Indonesia dalam Festival Film Asia I (FFA) di Jepang meski kala itu masih gagal.

Namun, setahun setelahnya, dia berhasil mengikutsertakan film Indonesia pada FFA II di Singapura. Pada tahun yang sama, filmnya yang berjudul Tarmina dan Lewat Jam Malam terpilih menjadi film terbaik versi Festival Film Indonesia I (FFI). 

5. Ratna Asmara

Sutradara Ratna Asmara punya peran penting dalam menghidupkan sinema Indonesia era 1950-an. Ratna Asmara (1913-1968) dikenal sebagai seorang sutradara perempuan pertama di Indonesia. Perempuan berbakat ini kerap membawa nuansa eksploratif ke setiap adegan karya ciptaannya.

Dirinya juga cukup sering melibatkan alur cerita dengan visual yang indah serta narasi yang kaya. Setiap karya Ratna Asmara tidak hanya mencerminkan kepiawaian dalam hal teknis, tetapi juga menyajikan warisan budaya yang kaya dalam sejarah perfilman Indonesia. 

Baca juga: 10 Film Indonesia Paling Laris Sepanjang Masa, Cocok Ditonton saat Perayaan Hari Film Nasional

Salah satu filmnya berjudul Dr Samsi berhasil direstorasi pada 2023. Sebelum direstorasi, film yang dirilis pada 1952 ini tersimpan di Sinematek Indonesia dengan kondisi yang nyaris pundah dan lengkap. 

Editor: Fajar Sidik