Seniman Australia Patricia Piccinini Akan Gelar Pameran Tunggal di Museum MACAN
20 March 2024 |
16:30 WIB
Penikmat seni di Tanah Air sepertinya siap semringah tahun ini. Pasalnya puluhan karya dari perupa Australia, Patricia Piccinini akan dipamerkan di Museum MACAN, Jakarta. Ekshibisi tunggal perdana di Indonesia itu akan dihelat pada 24 Mei hingga 6 Oktober 2024.
Dibalut dalam tajuk CARE, pameran ini akan memacak karya-karya terbaru Patricia Piccinini . Beberapa di antaranya seperti puluhan patung berukuran hidup, tiga instalasi video berukuran besar, serta Celestial Field (2021), sebuah instalasi spektakuler yang terdiri dari ribuan bunga.
Baca juga: Puluhan Seniman Galang Donasi untuk Palestina di Pameran Kemanusiaan Tanpa Batas
Direktur Museum MACAN, Venus Lau mengatakan, pameran CARE akan membahas mengenai hubungan dan keintiman sebagai perasaan yang universal yang dapat dialami siapapun. Lewat ekshibisi ini sang seniman juga akan mengangkat isu-isu global terkini mengenai ekologi dan hubungannya dengan keanekaragaman hayati serta bioteknologi.
Venus lau menjelaskan, pameran ini juga akan mengajak pengunjung untuk melihat persilangan dari bentuk-bentuk kehidupan imajiner manusia. Termasuk menyentuh isu-isu berkelanjutan mengenai spesies yang terancam punah di Indonesia, yang nantinya diperkaya dengan konteks lokal lain di Tanah Air.
"Sebagai seorang perupa yang diakui secara global, Piccinini dikenal dengan visinya yang dapat menjelajahi isu-isu kritis dalam masyarakat kontemporer kita. Kami juga sangat senang dapat bekerja dengan Tobias Berger sebagai kurator untuk proyek ini," katanya.
Senada, perupa Patricia Piccinini menyebut pameran CARE sebagai kesempatan untuk terhubung dengan pengunjung pameran. Yakni melalui isu-isu yang memengaruhi semua orang, mulai dari lingkungan hingga kehidupan urban kontemporer. Dia pun mengaku sudah lama ingin menggelar pameran tunggal di Indonesia.
Tak hanya itu, dalam ekshibisi ini sang perupa juga akan menghadirkan pengalaman seni visual yang imersif dalam berbagai aspek. Salah satunya lewat sebuah perjalanan melalui ruang-ruang imajinatif, alam, dan ide-ide yang dihidupkan dalam bentuk visual yang khas.
"Saya rasa, akan sangat menarik melihat bagaimana intensitas dari kota Jakarta bertaut dengan intensitas dari karya-karya yang akan ditampilkan nanti [di Museum MACAN]," katanya.
Patricia Piccinini lahir di Sierra Leone pada 1965, dan memulai karirnya dengan mempelajari anatomi, spesimen kuno, dan patologi di museum medis, yang kelak menjadi dasar pengembangan karya seninya. Dia dikenal dengan karya patung makhluk khayali alami dan mekanis yang bergaya hiperealistis.
Pada 1972, Piccinini pindah ke Canberra, Australia. Dia meraih gelar Bachelor of Arts (Economic History) dari Australian National University pada 1988 dan Bachelor of Arts (Painting) dari Victorian College of the Arts pada tahun 1991. Tiga tahun kemudian, bersama Peter Hennessy dan sejumlah perupa lainnya, dia menginisiasi The Basement Project Gallery di Melbourne, yang dikelola hingga 1996.
Dalam berkarya, Piccinini memadukan material sintetis, seperti silikon dan serat kaca (fiberglass), serta plastik ABS, dengan bahan organik. Termasuk rambut serta hewan taksidermi ke dalam patung-patungnya, untuk menghasilkan makhluk imajiner yang tampak surealis.
Dari segi karakteristik, praktik artistik Patricia Piccinini banyak mengeksplorasi bentuk-bentuk baru mengenai tubuh, seksualitas, dan rasa welas asih. Karya-karyanya merefleksikan batas-batas yang semakin samar antara yang artifisial dan yang alami, antara yang konkrit dan yang abstrak.
Selain itu, lewat karya-karyanya Piccinini juga kerap mempertanyakan pemahaman kita mengenai hubungan dengan dunia sekitar. Yaitu dengan memperlihatkan masa depan di mana manusia dan makhluk lain dapat hidup berdampingan, bukan hanya di ruang yang sama, tetapi juga dalam bentuk tubuh yang sama.
Sang seniman juga kerap mengangkat isu mengenai modifikasi genetik, bioetika, dan potensi dampak sosial dari kemajuan ilmu pengetahuan, karya-karyanya menggugah introspeksi atas kerapuhan manusia dan lingkungan yang terus berkembang sepanjang sejarah dan mitos, serta mempertanyakan esensi kita di dunia pasca-alam ini.
Baca juga: Penikmat Seni Merapat, Ekshibisi Ireland's Eye Kembali Dihelat di WTC Jakarta
Dibalut dalam tajuk CARE, pameran ini akan memacak karya-karya terbaru Patricia Piccinini . Beberapa di antaranya seperti puluhan patung berukuran hidup, tiga instalasi video berukuran besar, serta Celestial Field (2021), sebuah instalasi spektakuler yang terdiri dari ribuan bunga.
Baca juga: Puluhan Seniman Galang Donasi untuk Palestina di Pameran Kemanusiaan Tanpa Batas
Direktur Museum MACAN, Venus Lau mengatakan, pameran CARE akan membahas mengenai hubungan dan keintiman sebagai perasaan yang universal yang dapat dialami siapapun. Lewat ekshibisi ini sang seniman juga akan mengangkat isu-isu global terkini mengenai ekologi dan hubungannya dengan keanekaragaman hayati serta bioteknologi.
Venus lau menjelaskan, pameran ini juga akan mengajak pengunjung untuk melihat persilangan dari bentuk-bentuk kehidupan imajiner manusia. Termasuk menyentuh isu-isu berkelanjutan mengenai spesies yang terancam punah di Indonesia, yang nantinya diperkaya dengan konteks lokal lain di Tanah Air.
"Sebagai seorang perupa yang diakui secara global, Piccinini dikenal dengan visinya yang dapat menjelajahi isu-isu kritis dalam masyarakat kontemporer kita. Kami juga sangat senang dapat bekerja dengan Tobias Berger sebagai kurator untuk proyek ini," katanya.
Senada, perupa Patricia Piccinini menyebut pameran CARE sebagai kesempatan untuk terhubung dengan pengunjung pameran. Yakni melalui isu-isu yang memengaruhi semua orang, mulai dari lingkungan hingga kehidupan urban kontemporer. Dia pun mengaku sudah lama ingin menggelar pameran tunggal di Indonesia.
Tak hanya itu, dalam ekshibisi ini sang perupa juga akan menghadirkan pengalaman seni visual yang imersif dalam berbagai aspek. Salah satunya lewat sebuah perjalanan melalui ruang-ruang imajinatif, alam, dan ide-ide yang dihidupkan dalam bentuk visual yang khas.
"Saya rasa, akan sangat menarik melihat bagaimana intensitas dari kota Jakarta bertaut dengan intensitas dari karya-karya yang akan ditampilkan nanti [di Museum MACAN]," katanya.
Salah satu karya Patricia Piccinini berjudul Kindred (silicone, fibreglass, hair,103x95x128 cm, 2018). (sumber gambar Patricia Piccinini)
Patricia Piccinini lahir di Sierra Leone pada 1965, dan memulai karirnya dengan mempelajari anatomi, spesimen kuno, dan patologi di museum medis, yang kelak menjadi dasar pengembangan karya seninya. Dia dikenal dengan karya patung makhluk khayali alami dan mekanis yang bergaya hiperealistis.
Pada 1972, Piccinini pindah ke Canberra, Australia. Dia meraih gelar Bachelor of Arts (Economic History) dari Australian National University pada 1988 dan Bachelor of Arts (Painting) dari Victorian College of the Arts pada tahun 1991. Tiga tahun kemudian, bersama Peter Hennessy dan sejumlah perupa lainnya, dia menginisiasi The Basement Project Gallery di Melbourne, yang dikelola hingga 1996.
Dalam berkarya, Piccinini memadukan material sintetis, seperti silikon dan serat kaca (fiberglass), serta plastik ABS, dengan bahan organik. Termasuk rambut serta hewan taksidermi ke dalam patung-patungnya, untuk menghasilkan makhluk imajiner yang tampak surealis.
Dari segi karakteristik, praktik artistik Patricia Piccinini banyak mengeksplorasi bentuk-bentuk baru mengenai tubuh, seksualitas, dan rasa welas asih. Karya-karyanya merefleksikan batas-batas yang semakin samar antara yang artifisial dan yang alami, antara yang konkrit dan yang abstrak.
Selain itu, lewat karya-karyanya Piccinini juga kerap mempertanyakan pemahaman kita mengenai hubungan dengan dunia sekitar. Yaitu dengan memperlihatkan masa depan di mana manusia dan makhluk lain dapat hidup berdampingan, bukan hanya di ruang yang sama, tetapi juga dalam bentuk tubuh yang sama.
Sang seniman juga kerap mengangkat isu mengenai modifikasi genetik, bioetika, dan potensi dampak sosial dari kemajuan ilmu pengetahuan, karya-karyanya menggugah introspeksi atas kerapuhan manusia dan lingkungan yang terus berkembang sepanjang sejarah dan mitos, serta mempertanyakan esensi kita di dunia pasca-alam ini.
Baca juga: Penikmat Seni Merapat, Ekshibisi Ireland's Eye Kembali Dihelat di WTC Jakarta
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.