Promotor Musik Ungkap Cara Negosiasi Artis dan Endus Pasar Menguntungkan
16 March 2024 |
11:00 WIB
Konser musik semakin meriah di Indonesia. Masyarakat seakan haus hiburan setelah 3 tahun ditimpa kesunyian akibat pagebluk Covid-19 secara tiba-tiba. Tak ayal, mereka mencari keramaian dari aksi panggung para musisi lokal hingga internasional ketika situasi mulai kembali normal.
Kasat mata, animo masyarakat terhadap konser musik terbilang tinggi. Terlihat dari laris manisnya tiket Blackpink hingga Coldplay yang harganya bahkan ada yang di luar nalar. Uniknya, mereka yang membeli tiket untuk menonton konser musisi internasional di Tanah Air ini didominasi kaum Milenial dan Gen Z.
Baca juga: Daftar Harga dan Cara Beli Tiket Konser TVXQ dI ICE BSD City 20 April 2024
Seperti yang terungkap dari survei bertajuk Beyond Borders: A Study of Indonesian Concert-Goers’ Behavior yang dirilis Populix pada awal tahun ini. Disebutkan bahwa 77 persen dari 1.058 responden tertarik untuk menonton konser musik di dalam maupun luar negeri.
Co-Founder & COO Populix, Eileen Kamtawijoyo, menyebut Generasi Z dan Milenial bahkan menempatkan konser musik sebagai kegiatan tertinggi kedua yang ingin dilakukan pada tahun ini, selain jalan-jalan ke mall.
CEO Rajawali Indonesia Tovic Raharja tak memungkiri generasi Z menjadi pasar potensial yang digarap para promotor dalam mengadakan konser maupun festival musik. Kelompok ini terbilang konsumtif atau daya beli mereka tinggi. Akhirnya, konser yang dibuat para promotor menyesuaikan dengan minat mereka.
“Salah satu tolak ukur selain kesuksesan dari sebuah festival atau konser musik kan pasti juga minat. Itu jadi salah satu pertimbangan,” ujarnya.
Untuk melihat minat ini, biasanya para promotor memantau jaringan streaming musik online. Uniknya, saat ini minat musik masyarakat sangat beragam, tidak terbatas hanya Korean Pop (K-Pop) atau musisi barat saja.
Sebagai promotor, Rajawali pun memanfaatkan peluang dengan menggarap pasar yang belum banyak terjamah ini. Menurut Tovic, market musisi Jepang hingga India cukup banyak peminatnya di Indonesia. “Kami harus bisa mencoba melihat market yang lain,” sebutnya.
Bicara soal market, Indonesia cukup dilirik musisi dunia. Selain karena basis massa yang cukup besar, situasi politik dan ekonomi di Tanah Air juga cukup menentukan. Namun, tetap peran promotor sangat penting terutama dalam memberi kepercayaan dan menjalin relasi.
Portofolio promotor tentu sangat menentukan. Para musisi internasional yang belum pernah bertandang ke Tanah Air pasti akan melihat berapa banyak dan seberapa terkenal artis yang pernah dibawa maupun menjalin relasi dengan mereka, selain suksesnya acara yang dibuat. “Pada akhirnya dari promotor musik Indonesia juga harus bekerja sama dengan promotor atau agensi-agensi yang memang pegang secara wilayah di Asia,” tambah Tovic.
Baca juga: Grup Band Rock Lany Bakal Konser di Jakarta, Tiket Presale Dibuka 11 Maret 2024
Sejauh ini, promotor di Indonesia pun terbilang upgrade dari sisi kualitas dan kreativitas dalam mengadakan konser. Kendati demikian, mengadakan event besar pastinya penuh dengan tantangan. Tidak terkecuali Rajawali sebagai penyelenggara acara tahunan, Prambanan Jazz Festival.
Konser di luar kota, terlebih di ruang terbuka situs warisan budaya butuh lebih banyak biaya dari segi akomodasi, transportasi, hingga aksi. Ruang terbuka kerap menjadi pertimbangan para musisi jazz dunia yang biasanya menggelar konser di dalam gedung. Promotor harus bisa meyakinkan acara terselenggara sukses meskipun di luar ruang dan memberi nilai tambah untuk penampilan mereka karena berlatar sejarah Indonesia yang mempesona.
“Justru menjadi tantangan kita untuk bernegosiasi dengan mereka karena goals kami untuk bisa mendatangkan artis internasional, setidaknya yang nominasi Grammy untuk hadir di Prambanan Jazz. Supaya menjadi bagian dari branding Candi Prambanan ke dunia internasional,” jelas Tovic.
Awalnya memang banyak musisi internasional tidak terbiasa tampil di ruang terbuka, tetapi sering waktu, mereka justru sangat antusias mengingat venue yang memiliki nilai sejarah tinggi. Belum lagi kearifan lokal yang dihadirkan hingga membuat para musisi ini secara tidak langsung melakukan promosi Indonesia dengan memposting penampilannya di media sosial.
Soal Prambanan Jazz Festival, Rajawali katanya terus berupaya untuk berinovasi menghadirkan panggung yang semakin artistik, menarik, hingga imersif. Dengan demikian, animo masyarakat lokal hingga internasional menyaksikan pertunjukan dengan latar situs warisan budaya ini semakin tinggi.
Lantas berapa pendapatan ketika mengadakan event skala internasional? Tovic enggan menyebutkan secara terperinci, tetapi dia mengatakan biaya produksinya justru lebih besar. Sementara itu, promotor harus bisa menyesuaikan harga tiket dengan market. “Jadi harus punya value yang lain, konsep apa nih yang bisa ditawarkan kepada penonton,” imbuhnya.
Ketua Umum Asosiasi Promotor Musik Indonesia Dino Hamid menyampaikan konser musik memberi pendapatan yang cukup besar bagi daerah. Dari catatan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta saja, realisasi sementara penerimaan pajak hiburan mencapai Rp687 miliar sepanjang 2023, konser musik termasuk di dalamnya. “Kalau dilihat dari laporan Kemenparekraf, growthnya sangat tinggi, sumbangan dari event,” tambahnya.
Pendapatan ini juga tidak lepas dari infrastruktur pendukung dalam konser. Dino menegaskan industri konser saat ini terbilang menjadi ekosistem karena banyak sektor yang diuntungkan. Penyelenggaraan konser di masa sekarang memang memberi benefit bagi sektor lain seperti food & beverage, perbankan, maupun jasa lainnya.
Baca juga: Konser The Eras Tour Taylor Swift Enam Hari di Singapura Jadi Sorotan, Berapa Perputaran Uangnya?
Sementara itu, para promotor pun terus meningkatkan kualitas dan inovasi mereka, termasuk dalam mengusung keberlanjutan serta kesadaran lingkungan. Hanya saja, Dino berpesan agar para promotor bisa mengatur acara lebih baik lagi. Jangan sampai over supply dan harus menyesuaikan kapasitas venue demi menjaga keamanan dan kenyamanan penonton.
Editor: Fajar Sidik
Kasat mata, animo masyarakat terhadap konser musik terbilang tinggi. Terlihat dari laris manisnya tiket Blackpink hingga Coldplay yang harganya bahkan ada yang di luar nalar. Uniknya, mereka yang membeli tiket untuk menonton konser musisi internasional di Tanah Air ini didominasi kaum Milenial dan Gen Z.
Baca juga: Daftar Harga dan Cara Beli Tiket Konser TVXQ dI ICE BSD City 20 April 2024
Seperti yang terungkap dari survei bertajuk Beyond Borders: A Study of Indonesian Concert-Goers’ Behavior yang dirilis Populix pada awal tahun ini. Disebutkan bahwa 77 persen dari 1.058 responden tertarik untuk menonton konser musik di dalam maupun luar negeri.
Co-Founder & COO Populix, Eileen Kamtawijoyo, menyebut Generasi Z dan Milenial bahkan menempatkan konser musik sebagai kegiatan tertinggi kedua yang ingin dilakukan pada tahun ini, selain jalan-jalan ke mall.
CEO Rajawali Indonesia Tovic Raharja tak memungkiri generasi Z menjadi pasar potensial yang digarap para promotor dalam mengadakan konser maupun festival musik. Kelompok ini terbilang konsumtif atau daya beli mereka tinggi. Akhirnya, konser yang dibuat para promotor menyesuaikan dengan minat mereka.
“Salah satu tolak ukur selain kesuksesan dari sebuah festival atau konser musik kan pasti juga minat. Itu jadi salah satu pertimbangan,” ujarnya.
Untuk melihat minat ini, biasanya para promotor memantau jaringan streaming musik online. Uniknya, saat ini minat musik masyarakat sangat beragam, tidak terbatas hanya Korean Pop (K-Pop) atau musisi barat saja.
Sebagai promotor, Rajawali pun memanfaatkan peluang dengan menggarap pasar yang belum banyak terjamah ini. Menurut Tovic, market musisi Jepang hingga India cukup banyak peminatnya di Indonesia. “Kami harus bisa mencoba melihat market yang lain,” sebutnya.
Bicara soal market, Indonesia cukup dilirik musisi dunia. Selain karena basis massa yang cukup besar, situasi politik dan ekonomi di Tanah Air juga cukup menentukan. Namun, tetap peran promotor sangat penting terutama dalam memberi kepercayaan dan menjalin relasi.
Portofolio promotor tentu sangat menentukan. Para musisi internasional yang belum pernah bertandang ke Tanah Air pasti akan melihat berapa banyak dan seberapa terkenal artis yang pernah dibawa maupun menjalin relasi dengan mereka, selain suksesnya acara yang dibuat. “Pada akhirnya dari promotor musik Indonesia juga harus bekerja sama dengan promotor atau agensi-agensi yang memang pegang secara wilayah di Asia,” tambah Tovic.
Baca juga: Grup Band Rock Lany Bakal Konser di Jakarta, Tiket Presale Dibuka 11 Maret 2024
Sejauh ini, promotor di Indonesia pun terbilang upgrade dari sisi kualitas dan kreativitas dalam mengadakan konser. Kendati demikian, mengadakan event besar pastinya penuh dengan tantangan. Tidak terkecuali Rajawali sebagai penyelenggara acara tahunan, Prambanan Jazz Festival.
Konser di luar kota, terlebih di ruang terbuka situs warisan budaya butuh lebih banyak biaya dari segi akomodasi, transportasi, hingga aksi. Ruang terbuka kerap menjadi pertimbangan para musisi jazz dunia yang biasanya menggelar konser di dalam gedung. Promotor harus bisa meyakinkan acara terselenggara sukses meskipun di luar ruang dan memberi nilai tambah untuk penampilan mereka karena berlatar sejarah Indonesia yang mempesona.
“Justru menjadi tantangan kita untuk bernegosiasi dengan mereka karena goals kami untuk bisa mendatangkan artis internasional, setidaknya yang nominasi Grammy untuk hadir di Prambanan Jazz. Supaya menjadi bagian dari branding Candi Prambanan ke dunia internasional,” jelas Tovic.
Awalnya memang banyak musisi internasional tidak terbiasa tampil di ruang terbuka, tetapi sering waktu, mereka justru sangat antusias mengingat venue yang memiliki nilai sejarah tinggi. Belum lagi kearifan lokal yang dihadirkan hingga membuat para musisi ini secara tidak langsung melakukan promosi Indonesia dengan memposting penampilannya di media sosial.
Soal Prambanan Jazz Festival, Rajawali katanya terus berupaya untuk berinovasi menghadirkan panggung yang semakin artistik, menarik, hingga imersif. Dengan demikian, animo masyarakat lokal hingga internasional menyaksikan pertunjukan dengan latar situs warisan budaya ini semakin tinggi.
Pendapatan Konser
Lantas berapa pendapatan ketika mengadakan event skala internasional? Tovic enggan menyebutkan secara terperinci, tetapi dia mengatakan biaya produksinya justru lebih besar. Sementara itu, promotor harus bisa menyesuaikan harga tiket dengan market. “Jadi harus punya value yang lain, konsep apa nih yang bisa ditawarkan kepada penonton,” imbuhnya.Ketua Umum Asosiasi Promotor Musik Indonesia Dino Hamid menyampaikan konser musik memberi pendapatan yang cukup besar bagi daerah. Dari catatan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta saja, realisasi sementara penerimaan pajak hiburan mencapai Rp687 miliar sepanjang 2023, konser musik termasuk di dalamnya. “Kalau dilihat dari laporan Kemenparekraf, growthnya sangat tinggi, sumbangan dari event,” tambahnya.
Pendapatan ini juga tidak lepas dari infrastruktur pendukung dalam konser. Dino menegaskan industri konser saat ini terbilang menjadi ekosistem karena banyak sektor yang diuntungkan. Penyelenggaraan konser di masa sekarang memang memberi benefit bagi sektor lain seperti food & beverage, perbankan, maupun jasa lainnya.
Baca juga: Konser The Eras Tour Taylor Swift Enam Hari di Singapura Jadi Sorotan, Berapa Perputaran Uangnya?
Sementara itu, para promotor pun terus meningkatkan kualitas dan inovasi mereka, termasuk dalam mengusung keberlanjutan serta kesadaran lingkungan. Hanya saja, Dino berpesan agar para promotor bisa mengatur acara lebih baik lagi. Jangan sampai over supply dan harus menyesuaikan kapasitas venue demi menjaga keamanan dan kenyamanan penonton.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.