Konser The Eras Tour Taylor Swift Enam Hari di Singapura Jadi Sorotan, Berapa Perputaran Uangnya?
07 March 2024 |
19:56 WIB
Singapura saat ini tengah menjadi sorotan karena berhasil menggelar konser The Eras Tour dari bintang pop Taylor Swift yang fenomenal. Tak tanggung-tanggung, konser tersebut digelar selama enam hari di National Stadium Singapura, tepatnya pada 2, 3, 4, 7, 8, dan 9 Maret 2024.
Negara yang dijuluki Negeri Singa itu menyedot perhatian publik lantaran menjadi satu-satunya negara yang berhasil menggelar konser The Eras Tour di Asia Tenggara. Banyak orang dari berbagai negara pun berbondong-bondong ke Singapura untuk menonton aksi Taylor Swift. Tak ayal, jika publik bertanya bagaimana Singapura bisa mendatangkan sang bintang ke negaranya.
Baca juga: Potret Lisa BLACKPINK di Konser Taylor Swift, Blink dan Swifties Auto Heboh
Seolah menjawab pertanyaan tersebut, pemerintah Singapura baru-baru ini mengungkap bahwa keberhasilan pihaknya menghadirkan konser The Eras Tour selama enam hari lantaran adanya kesepakatan bisnis yang bersifat eksklusif. Berbagai spekulasi pun muncul tentang berapa besar dana yang dikeluarkan negara itu untuk gelaran tersebut.
Seperti dikutip dari situs Bloomberg, dalam forum KTT ASEAN-Australia ke-50 di Melbourne, Australia, pada 5 Maret 2024, Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Long menyatakan bahwa pihaknya telah membayar sejumlah biaya kepada Taylor Swift untuk menjadikan Singapura sebagai satu-satunya tempat konser The Eras Tour di Asia Tenggara.
Pernyataan itu rupanya menimbulkan polemik di antara para pemimpin negara-negara di Asia Tenggara. Beberapa perwakilan negara menilai bahwa kesepakatan bisnis eksklusif yang dilakukan Singapura semacam itu tidak ramah untuk negara-negara tetangga lain di kawasan Asia Tenggara.
Namun, anggapan itu langsung ditepis oleh Lee Hsien Long. Dia menyatakan bahwa keputusan yang diambil Singapura tersebut tidak bermaksud untuk bersikap tidak bersahabat dengan negara-negara tetangga. "Insentif tertentu diberikan kepadanya [Swift], dan kesepakatan tercapai. Ternyata ini merupakan pengaturan yang sangat sukses. Saya tidak melihat itu sebagai tindakan yang tidak ramah," tegasnya.
Spekulasi tentang besaran dana kesepakatan Singapura dengan pihak Swift pun bermunculan. Perdana Menteri Thailand Srettha Thavisin mengklaim dalam sebuah forum bisnis di Bangkok bahwa Singapura membayar Swift hingga US$3 juta atau sekitar Rp47 miliar per pertunjukan, untuk syarat eksklusivitas tampil di negara itu.
Merespons kabar tersebut, Menteri Kebudayaan Singapura Edward Tong menyatakan bahwa besaran dana itu tidak akurat, serta tidak setinggi yang diperkirakan. Tong juga tidak membeberkan besaran dana kesepakatan gelaran konser tersebut dengan alasan kerahasiaan bisnis.
Baca juga: Taylor Swift Siap Rilis Album Terbaru April 2024, Terungkap di Panggung Grammy Awards
Sebagian dari Genhype mungkin bertanya-tanya, sebenarnya sejauh mana potensi perputaran uang konser The Eras Tour di Singapura?
Konser The Eras Tour selama enam hari di Singapura disebut akan menghasilkan manfaat yang signifikan bagi perekonomian Singapura, terutama bagi industri pariwisata seperti akomodasi, retail, transportasi dan kuliner, seperti yang terjadi di negara-negara lain yang pernah disinggahi konser Swift yang dikenal dengan sebutan Swiftonomics.
Menukil dari situs Business Insider, para ekonom memperkirakan bahwa konser Swift di Singapura dapat menyumbang hingga US$372 juta atau sekitar Rp5,8 triliun untuk negara tersebut. Pendapatan itu termasuk penjualan tiket yang diperkirakan bakal menjual sekitar 300.000 tiket.
David Mann, Kepala Ekonom Asia Pasifik di Mastercard menilai lantaran Singapura merupakan salah satu kota dengan biaya termahal di dunia dan memiliki mata uang yang kuat, kecil kemungkinannya wisatawan dari negara-negara dengan mata uang lemah akan menghabiskan banyak uang untuk ritel di negara tersebut.
Namun, anggapan itu justru tidak berlaku dengan gelaran konser The Eras Tour yang hanya berlangsung di Singapura di kawasan Asia Tenggara. Banyak orang dari berbagai negara akan mengeluarkan uang untuk membayar tiket pesawat, hotel, hingga berbelanja di tempat wisata lainnya.
Semua potensi ekonomi itu semakin diperkuat dengan aturan pemerintah pemerintah Singapura yang memungut pajak sebesar 9 persen untuk semua barang dan jasa, sehingga pengeluaran wisatawan juga masuk ke kas negara. “Ini berdampak pada seluruh ekosistem," katanya.
Prediksi tampaknya tidak berlebihan jika melihat kesuksesan konser The Eras Tour di berbagai negara dan mendongkrak perekonomian di wilayah sekitar konser. Misalnya di Amerika Serikat. Menurut laporan Common Sense Institure, tur konser Taylor Swift bertajuk The Eras Tour meraup total pendapatan sebesar US$4,6 miliar atau sekitar Rp69 triliun.
Konser yang digelar di 27 negara di seluruh dunia itu dilaporkan menyumbang kontribusi PDB AS lebih dari 35 persen. Pencapaian ini membuat The Eras Tour didapuk sebagai tur konser dengan pendapatan tertinggi di Amerika dan global. Dalam setiap gelaran konsernya, Taylor Swift dilaporkan mampu meraup pendapatan hingga US$12 juta atau sekitar Rp182 miliar.
Dari angka tersebut, sang diva hanya mengeluarkan sebesar US$1.300 untuk biaya keperluan tur di satu tempat yang termasuk biaya perjalanan, akomodasi, dan pakaian.
Sementara itu, Firma riset QuestionPro melaporkan bahwa gelaran konser The Eras Tour juga telah memberikan dampak perekonomian yang besar di wilayah yang menjadi venue konser. Di Chicago misalnya, konser ini mendongrak tingkat okupansi atau rata-rata keterisian kamar hotel hingga 96,8 persen selama Swift menggelar konser di sana selama tiga hari.
Baca juga: 7 Gaya Rambut Taylor Swift, Inspirasi Buat Nonton The Eras Tour
Begitu pula pada beberapa wilayah lain seperti Atlant, Philadelhia, dan Boston yang dilaporkan mengalami lonjakan pemesanan hotel dan pendapatkan terkait pariwisata lainnya. Dari seluruh pencapaian ini, Swift dikabarkan mampu mengantongi pendapatan sebesar US$10 juta atau sekitar Rp152 miliar per konser.
Kesuksesan Singapura dalam menggelar konser The Eras Tour pun mendorong negara-negara lain untuk mengupayakan hal serupa, salah satunya Indonesia. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno menyatakan pemerintah siap menggelontorkan dana sebesar Rp2 triliun untuk menjamu konser dunia.
Lewat unggahan di akun Instagram pribadinya, Sandiaga mengatakan dana tersebut bisa digunakan untuk memfasilitasi berbagai konser dan event internasional melalui Indonesia Tourism Fund. "Akan digelontorkan sebanyak Rp2 triliun tahun ini," ujarnya.
Selain pendanaan, papar Sandiaga, Kemenparekraf juga akan memberikan kemudahan perizinan dan peningkatan SDM. Langkah ini dirancang dari suksesnya penyelenggaraan konser Taylor Swift di Singapura.
"Ada pihak yang mengkritisi karena hanya Singapura yang bisa menjadi tuan rumah konser Taylor Swift,tapi bagi saya ini menjadi sebuah koreksi. Mungkin ke depan kita bisa kerja sama, karena jumlah penonton dari indonesia pasti banyak sekali," ujarnya.
Kerja sama itu, katanya, bisa berupa pembagian lokasi konser. Semisal empat hari di Singapura dan dua hari di Indonesia, dengan menyediakan venue berkelas dunia seperti Gelora Bung Karno (GBK) atau venue lainnya dengan menampilkan sesuatu yang lain. Dia juga menambahkan akan mengadakan pertemuan dengan pihak Singapura untuk membahas potensi kerja sama ke depan dalam lingkup kerja sama ASEAN selain berkompetisi juga berkolaborasi.
"Kemenparekraf RI akan gerak cepat untuk berkolaborasi dan membangun kerjasama sehingga harapannya dapat ciptakan lapangan kerja, dan memberikan dampak pergerakan ekonomi untuk Indonesia," imbuhnya.
Baca juga: 7 Film & Serial Tayang Maret 2024 di Disney+ Hotstar, Ada Taylor Swift: The Eras Tour
Editor: Puput Ady Sukarno
Negara yang dijuluki Negeri Singa itu menyedot perhatian publik lantaran menjadi satu-satunya negara yang berhasil menggelar konser The Eras Tour di Asia Tenggara. Banyak orang dari berbagai negara pun berbondong-bondong ke Singapura untuk menonton aksi Taylor Swift. Tak ayal, jika publik bertanya bagaimana Singapura bisa mendatangkan sang bintang ke negaranya.
Baca juga: Potret Lisa BLACKPINK di Konser Taylor Swift, Blink dan Swifties Auto Heboh
Seolah menjawab pertanyaan tersebut, pemerintah Singapura baru-baru ini mengungkap bahwa keberhasilan pihaknya menghadirkan konser The Eras Tour selama enam hari lantaran adanya kesepakatan bisnis yang bersifat eksklusif. Berbagai spekulasi pun muncul tentang berapa besar dana yang dikeluarkan negara itu untuk gelaran tersebut.
Seperti dikutip dari situs Bloomberg, dalam forum KTT ASEAN-Australia ke-50 di Melbourne, Australia, pada 5 Maret 2024, Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Long menyatakan bahwa pihaknya telah membayar sejumlah biaya kepada Taylor Swift untuk menjadikan Singapura sebagai satu-satunya tempat konser The Eras Tour di Asia Tenggara.
Pernyataan itu rupanya menimbulkan polemik di antara para pemimpin negara-negara di Asia Tenggara. Beberapa perwakilan negara menilai bahwa kesepakatan bisnis eksklusif yang dilakukan Singapura semacam itu tidak ramah untuk negara-negara tetangga lain di kawasan Asia Tenggara.
Namun, anggapan itu langsung ditepis oleh Lee Hsien Long. Dia menyatakan bahwa keputusan yang diambil Singapura tersebut tidak bermaksud untuk bersikap tidak bersahabat dengan negara-negara tetangga. "Insentif tertentu diberikan kepadanya [Swift], dan kesepakatan tercapai. Ternyata ini merupakan pengaturan yang sangat sukses. Saya tidak melihat itu sebagai tindakan yang tidak ramah," tegasnya.
Spekulasi tentang besaran dana kesepakatan Singapura dengan pihak Swift pun bermunculan. Perdana Menteri Thailand Srettha Thavisin mengklaim dalam sebuah forum bisnis di Bangkok bahwa Singapura membayar Swift hingga US$3 juta atau sekitar Rp47 miliar per pertunjukan, untuk syarat eksklusivitas tampil di negara itu.
Merespons kabar tersebut, Menteri Kebudayaan Singapura Edward Tong menyatakan bahwa besaran dana itu tidak akurat, serta tidak setinggi yang diperkirakan. Tong juga tidak membeberkan besaran dana kesepakatan gelaran konser tersebut dengan alasan kerahasiaan bisnis.
Baca juga: Taylor Swift Siap Rilis Album Terbaru April 2024, Terungkap di Panggung Grammy Awards
Sebagian dari Genhype mungkin bertanya-tanya, sebenarnya sejauh mana potensi perputaran uang konser The Eras Tour di Singapura?
Konser The Eras Tour selama enam hari di Singapura disebut akan menghasilkan manfaat yang signifikan bagi perekonomian Singapura, terutama bagi industri pariwisata seperti akomodasi, retail, transportasi dan kuliner, seperti yang terjadi di negara-negara lain yang pernah disinggahi konser Swift yang dikenal dengan sebutan Swiftonomics.
Menukil dari situs Business Insider, para ekonom memperkirakan bahwa konser Swift di Singapura dapat menyumbang hingga US$372 juta atau sekitar Rp5,8 triliun untuk negara tersebut. Pendapatan itu termasuk penjualan tiket yang diperkirakan bakal menjual sekitar 300.000 tiket.
David Mann, Kepala Ekonom Asia Pasifik di Mastercard menilai lantaran Singapura merupakan salah satu kota dengan biaya termahal di dunia dan memiliki mata uang yang kuat, kecil kemungkinannya wisatawan dari negara-negara dengan mata uang lemah akan menghabiskan banyak uang untuk ritel di negara tersebut.
Namun, anggapan itu justru tidak berlaku dengan gelaran konser The Eras Tour yang hanya berlangsung di Singapura di kawasan Asia Tenggara. Banyak orang dari berbagai negara akan mengeluarkan uang untuk membayar tiket pesawat, hotel, hingga berbelanja di tempat wisata lainnya.
Semua potensi ekonomi itu semakin diperkuat dengan aturan pemerintah pemerintah Singapura yang memungut pajak sebesar 9 persen untuk semua barang dan jasa, sehingga pengeluaran wisatawan juga masuk ke kas negara. “Ini berdampak pada seluruh ekosistem," katanya.
Prediksi tampaknya tidak berlebihan jika melihat kesuksesan konser The Eras Tour di berbagai negara dan mendongkrak perekonomian di wilayah sekitar konser. Misalnya di Amerika Serikat. Menurut laporan Common Sense Institure, tur konser Taylor Swift bertajuk The Eras Tour meraup total pendapatan sebesar US$4,6 miliar atau sekitar Rp69 triliun.
Konser yang digelar di 27 negara di seluruh dunia itu dilaporkan menyumbang kontribusi PDB AS lebih dari 35 persen. Pencapaian ini membuat The Eras Tour didapuk sebagai tur konser dengan pendapatan tertinggi di Amerika dan global. Dalam setiap gelaran konsernya, Taylor Swift dilaporkan mampu meraup pendapatan hingga US$12 juta atau sekitar Rp182 miliar.
Dari angka tersebut, sang diva hanya mengeluarkan sebesar US$1.300 untuk biaya keperluan tur di satu tempat yang termasuk biaya perjalanan, akomodasi, dan pakaian.
Sementara itu, Firma riset QuestionPro melaporkan bahwa gelaran konser The Eras Tour juga telah memberikan dampak perekonomian yang besar di wilayah yang menjadi venue konser. Di Chicago misalnya, konser ini mendongrak tingkat okupansi atau rata-rata keterisian kamar hotel hingga 96,8 persen selama Swift menggelar konser di sana selama tiga hari.
Baca juga: 7 Gaya Rambut Taylor Swift, Inspirasi Buat Nonton The Eras Tour
Begitu pula pada beberapa wilayah lain seperti Atlant, Philadelhia, dan Boston yang dilaporkan mengalami lonjakan pemesanan hotel dan pendapatkan terkait pariwisata lainnya. Dari seluruh pencapaian ini, Swift dikabarkan mampu mengantongi pendapatan sebesar US$10 juta atau sekitar Rp152 miliar per konser.
Kesuksesan Singapura dalam menggelar konser The Eras Tour pun mendorong negara-negara lain untuk mengupayakan hal serupa, salah satunya Indonesia. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno menyatakan pemerintah siap menggelontorkan dana sebesar Rp2 triliun untuk menjamu konser dunia.
Lewat unggahan di akun Instagram pribadinya, Sandiaga mengatakan dana tersebut bisa digunakan untuk memfasilitasi berbagai konser dan event internasional melalui Indonesia Tourism Fund. "Akan digelontorkan sebanyak Rp2 triliun tahun ini," ujarnya.
Selain pendanaan, papar Sandiaga, Kemenparekraf juga akan memberikan kemudahan perizinan dan peningkatan SDM. Langkah ini dirancang dari suksesnya penyelenggaraan konser Taylor Swift di Singapura.
"Ada pihak yang mengkritisi karena hanya Singapura yang bisa menjadi tuan rumah konser Taylor Swift,tapi bagi saya ini menjadi sebuah koreksi. Mungkin ke depan kita bisa kerja sama, karena jumlah penonton dari indonesia pasti banyak sekali," ujarnya.
Kerja sama itu, katanya, bisa berupa pembagian lokasi konser. Semisal empat hari di Singapura dan dua hari di Indonesia, dengan menyediakan venue berkelas dunia seperti Gelora Bung Karno (GBK) atau venue lainnya dengan menampilkan sesuatu yang lain. Dia juga menambahkan akan mengadakan pertemuan dengan pihak Singapura untuk membahas potensi kerja sama ke depan dalam lingkup kerja sama ASEAN selain berkompetisi juga berkolaborasi.
"Kemenparekraf RI akan gerak cepat untuk berkolaborasi dan membangun kerjasama sehingga harapannya dapat ciptakan lapangan kerja, dan memberikan dampak pergerakan ekonomi untuk Indonesia," imbuhnya.
Baca juga: 7 Film & Serial Tayang Maret 2024 di Disney+ Hotstar, Ada Taylor Swift: The Eras Tour
Editor: Puput Ady Sukarno
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.