Menyetok makanan jadi salah satu rutinitas dalam menyambut Ramadan. (Sumber gambar:Thirdman/Pexels)

Riset: Menyetok Makanan Jadi Kebiasaan Utama Masyarakat Sambut Ramadan

10 March 2024   |   16:18 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Bulan Ramadan sebentar lagi tiba. Ramadan merupakan salah satu bulan yang paling dinantikan oleh umat Muslim di seluruh dunia karena keistimewaannya. Berbagai aktivitas dan rutinitas pun dilakukan untuk menyambut bulan yang penuh berkah, agar kegiatan ibadah selama Ramadan bisa berjalan dengan lancar.

Lembaga riset Populix mengungkapkan kebiasaan masyarakat Indonesia dalam menyambut Ramadan. Ada empat aktivitas utama yang dilakukan masyarakat dalam menyambut bulan puasa yakni membersihkan rumah (66 persen), membeli stok makanan (64 persen), membeli baju baru (50 persen), dan membeli kue Lebaran (45 persen).

Selain itu, sejumlah hal lainnya yang tak luput disiapkan yakni membeli stok minuman (44 persen), membeli makanan siap makan (43 persen), membeli hampers Ramadan (34 persen), membeli perlengkapan salat (34 persen), merenovasi rumah (17 persen), hingga servis kendaraan (14 persen).

Baca Juga: Sidang Isbat & Konferensi Pers Digelar Kementerian Agama Hari Ini, Cek Jam Berapa

Riset itu juga mengungkap masyarakat Indonesia mulai membeli kebutuhan pokok lebih awal dibandingkan bulan-bulan lainnya, dengan puncak musim belanja terjadi seminggu sebelum Ramadan. Menariknya, masyarakat rupanya lebih memilih belanja langsung di toko ketimbang melalui ecommerce.

Minimarket menjadi tempat belanja yang paling banyak dipilih oleh responden untuk belanja jelang Ramadan sebagaimana diakui oleh 60 persen responden. Disusul oleh supermarket (53 persen), pasar tradisional (50 persen), toko dekat rumah (48 persen), marketplace (37 persen), dan mal/pusat perbelanjaan (34 persen).
 

Sumber gambar: Populix

Sumber gambar: Populix

Stok Makanan Ramadan

Riset yang melibatkan 1.165 responden itu juga menemukan tren baru di kalangan masyarakat dalam hal pembelian stok makanan untuk bulan Ramadan. Laporan itu mengungkap masyarakat kini mulai tertarik terhadap produk-produk siap masak, siap saji, dan siap makan, sebagai alternatif menu makanan sahur dan berbuka puasa selain masakan homemade.

Kendati timbul preferensi terhadap opsi makanan yang membutuhkan persiapan sederhana dan cepat, masih banyak masyarakat Muslim yang mengaku tetap merasa nyaman untuk memasak sendiri bagi keluarga mereka selama bulan Ramadan. Hal itu tercermin dari mayoritas masyarakat memilih untuk belanja bahan makanan mentah sebagaimana diakui oleh 75 persen responden. 

Disusul dengan mereka yang memilih untuk mempersiapkan makanan siap masak (42 persen), makanan siap saji (39 persen), dan makanan siap makan (33 persen). 

Bagi responden yang memilih untuk mempersiapkan bahan makanan mentah dan memasak sendiri untuk menu selama Ramadan, hampir seluruhnya menyatakan akan memasak makanan khas Indonesia untuk keluarga mereka sebagaimana diakui oleh 98 persen responden.

Di sisi lain, 42 persen responden yang lebih memilih untuk mempersiapkan makanan siap masak (ready-to-cook), mengatakan bahwa kenyamanan dan efisiensi di waktu sahur menjadi alasan utama mereka memilih tipe makanan tersebut, terutama bagi responden yang memiliki waktu terbatas. Adapun, rata-rata bujet yang dikeluarkan oleh mereka yakni Rp50.000-Rp150.000.

Sementara itu, 39 persen responden memilih makanan siap saji (ready-to-serve) dari restoran, minimarket maupun aplikasi layanan pesan antar makanan karena kepraktisannya dan sebagai alternatif saat mereka sedang tidak ingin memasak. 

Sedangkan produk siap makan (ready-to-eat) menjadi pilihan 33 persen responden sebagai cadangan makanan yang praktis, yang dapat dibeli melalui aplikasi belanja dan pasar modern dengan anggaran rata-rata sebesar Rp25.000-Rp 100.000.

Adapun, beberapa faktor yang menjadi pertimbangan responden dalam membeli produk makanan ialah harga yang terjangkau (66 persen), rekomendasi dari teman atau keluarga (50 persen), varian dan inovasi produk makanan (50 persen), rekomendasi dari media sosial (39 persen), dan kepopuleran makanan (32 persen).

"Antisipasi yang tinggi dan perencanaan matang ini memperlihatkan semangat menyambut Ramadan di kalangan umat Muslim Indonesia, dan menjadi momentum penting bagi bisnis untuk menjawab beragam ekspektasi dari para konsumen Muslim Tanah Air," kata Timothy Astandu, CEO & Co-Founder Populix.

Baca Juga: Awal Puasa NU & Muhammadiyah Berbeda, Begini Metode Penentuannya!

Editor: M. Taufikul Basari

SEBELUMNYA

Ajang MPL ID Musim 13, Dewa United Jadi yang Teratas Untuk Sementara

BERIKUTNYA

Hypereport: 10 Musisi Indie Indonesia yang Berbakat & Populer

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: