Sederet Tantangan Konservasi Menjaga Eksistensi Satwa Liar
06 March 2024 |
07:00 WIB
Merawat jalannya konservasi sembari mengerek wisata satwa berbasis komersial merupakan salah satu bagian dari perhatian Balai Konservasi Sumber Daya Alam, di bawah Ditjen Konservasi Sumber Daya Alam Ekosistem (KSDAE) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Setiap wilayah konservasi memiliki penjagaan ketat di bawah BKSDA setempat. Misalnya, BBKSDA Jawa Timur yang mencakup wilayah Kediri, Bojonegoro, Surabaya, Pamekasan, Banyuwangi, Probolinggo, dan Taman Wisata Alam (TWA) Kawah Ijen.
Kepala Bidang Teknis BBKSDA Jawa Timur Pranowo Meruanto (Antok) mengatakan, tahun ini pihaknya terus mendorong tiga fungsi utama dalam aspek konservasi yaitu perlindungan, pemanfaatan, dan pengawetan baik dalam kegiatan bersifat insitu maupun eksitu.
Baca juga: Hypereport: Satwa Liar dalam Jerat Konten Medsos & Dilema Konservasi
Pada kawasan konservasi di bawah naungan BBKSDA Jawa Timur, Antok mengatakan fokus dalam upaya perlindungan keanekaragaman hayati melalui jenis tumbuhan dan satwa liar gencar dilakukan dengan program pemantauan, seperti kegiatan patrol.
Selain kegiatan penjagaan, tantangan yang tak kalah penting adalah memastikan keselarasan antara sisi konservasi dan komersial berjalan dalam aspek objek wisata. Menurutnya, fungsi komersial harus tetap memperhatikan potensi daya tampung maksimal wisatawan, sehingga objek wisata tetap dalam keadaan nyaman, baik bagi pengunjung dan satwa.
“Masing-masing objek wisata kan ada daya dukung dan daya tampungnya, ada potensi seberapa maksimal pengunjung bisa masuk. Itu bisa dimaksimalkan,” katanya.
Dia melanjutkan, BBKSDA Jawa Timur juga rutin berkoordinasi dengan lembaga konservasi yang menggerakan objek wisata. Salah satunya Kebun Binatang Surabaya (KBS) yang disebut Antok sudah puluhan tahun menjadi ikon kebun binatang di wilayah Jawa Timur. Menurutnya, KBS cukup rutin meminta permohonan terkait penjagaan satwa liar dan upaya pengawetan.
“Karena salah satu kewajiban konservasi juga kegiatan breeding (pengembangbiakan). Harus ada upaya segera melakukan upaya pemurnian genetik satwa dan sebagainya,” katanya.
BBKSDA Jawa Timur juga menerima beberapa permintaan pelepasliaran bagi beberapa jenis satwa yang sudah kelebihan populasi di objek wisata, misalnya Rusa Bawean.
“Jadi selain pengembangbiakan, kami juga ada tantangan terbesar soal pintu masuk bagi peredaran satwa ilegal di Jawa Timur ini,” katanya.
Untuk menanggulanginya, Antok mengatakan perlu upaya kolaborasi dengan multi-stakeholder di seluruh wilayah Jawa Timur. BBKSDA Jawa Timur merealisasikannya melalui program Mata Wali yang berfokus dalam penyelamatan satwa liar.
“Kami koordinasi setiap saat dengan aparat penegak hukum, hingga bea cukai di pintu-pintu masuk Jawa Timur baik dari jalur laut dan udara. Jadi penekanannya kerja kolaboratif,” ujarnya.
Antok meyakini, mendorong kesadaran tentang pentingnya merawat dan melestarikan satwa masih merupakan pekerjaan rumah (PR) bersama yang memerlukan kerjasama dari lintas sektor di pemerintahan bersama masyarakat.
Baca juga: 4 Destinasi Keren untuk Hunting Foto Satwa Liar
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Setiap wilayah konservasi memiliki penjagaan ketat di bawah BKSDA setempat. Misalnya, BBKSDA Jawa Timur yang mencakup wilayah Kediri, Bojonegoro, Surabaya, Pamekasan, Banyuwangi, Probolinggo, dan Taman Wisata Alam (TWA) Kawah Ijen.
Kepala Bidang Teknis BBKSDA Jawa Timur Pranowo Meruanto (Antok) mengatakan, tahun ini pihaknya terus mendorong tiga fungsi utama dalam aspek konservasi yaitu perlindungan, pemanfaatan, dan pengawetan baik dalam kegiatan bersifat insitu maupun eksitu.
Baca juga: Hypereport: Satwa Liar dalam Jerat Konten Medsos & Dilema Konservasi
Pada kawasan konservasi di bawah naungan BBKSDA Jawa Timur, Antok mengatakan fokus dalam upaya perlindungan keanekaragaman hayati melalui jenis tumbuhan dan satwa liar gencar dilakukan dengan program pemantauan, seperti kegiatan patrol.
Selain kegiatan penjagaan, tantangan yang tak kalah penting adalah memastikan keselarasan antara sisi konservasi dan komersial berjalan dalam aspek objek wisata. Menurutnya, fungsi komersial harus tetap memperhatikan potensi daya tampung maksimal wisatawan, sehingga objek wisata tetap dalam keadaan nyaman, baik bagi pengunjung dan satwa.
“Masing-masing objek wisata kan ada daya dukung dan daya tampungnya, ada potensi seberapa maksimal pengunjung bisa masuk. Itu bisa dimaksimalkan,” katanya.
Satwa liar di Kebun Binatang Surabaya (Sumber gambar: X/SurabayaZoo)
“Karena salah satu kewajiban konservasi juga kegiatan breeding (pengembangbiakan). Harus ada upaya segera melakukan upaya pemurnian genetik satwa dan sebagainya,” katanya.
BBKSDA Jawa Timur juga menerima beberapa permintaan pelepasliaran bagi beberapa jenis satwa yang sudah kelebihan populasi di objek wisata, misalnya Rusa Bawean.
Kesadaran Masyarakat
Di luar konteks kawasan konservasi, Antok menyebut BBKSDA Jawa Timur saat ini sedang fokus memupuk kesadaran masyarakat soal kepemilikan satwa liar. Menurutnya, Jawa Timur merupakan salah satu pintu utama peredaran satwa ilegal di Pulau Jawa. Wilayah lain seperti Maluku, Makassar, hingga beberapa wilayah Papua juga dinilainya menghadapi tantangan serupa.“Jadi selain pengembangbiakan, kami juga ada tantangan terbesar soal pintu masuk bagi peredaran satwa ilegal di Jawa Timur ini,” katanya.
Untuk menanggulanginya, Antok mengatakan perlu upaya kolaborasi dengan multi-stakeholder di seluruh wilayah Jawa Timur. BBKSDA Jawa Timur merealisasikannya melalui program Mata Wali yang berfokus dalam penyelamatan satwa liar.
“Kami koordinasi setiap saat dengan aparat penegak hukum, hingga bea cukai di pintu-pintu masuk Jawa Timur baik dari jalur laut dan udara. Jadi penekanannya kerja kolaboratif,” ujarnya.
Antok meyakini, mendorong kesadaran tentang pentingnya merawat dan melestarikan satwa masih merupakan pekerjaan rumah (PR) bersama yang memerlukan kerjasama dari lintas sektor di pemerintahan bersama masyarakat.
Baca juga: 4 Destinasi Keren untuk Hunting Foto Satwa Liar
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.