Menyusuri Jejak Usia Emas & Retrospeksi Grup Band God Bless di Galeri Nasional
26 February 2024 |
22:57 WIB
Sebuah sepatu bot tinggi berbahan kulit dengan warna kuning kemerahan berpendar terkena cahaya lampu. Dikombinasikan celana denim, sabuk kecoklatan, dengan kemeja bercorak dekoratif, manekin itu tampak megah dengan aksentuasi 'generasi bunga' yang populer pada dekade 1970-an.
Sementara, di sebelah kanan manekin yang berderet, tampak foto Achmad Albar dengan gaya busana yang hampir mirip. Iyek, sebutan akrabnya, tampil sangat eklektik, dengan perpaduan gaya rok (rock) dan etnik yang unik. Mengenakan atasan terbuka di bagian dada, dengan rambut kribonya yang khas.
Baca juga: Penikmat Musik Rock Merapat, God Bless Gelar Pameran Retrospektif di Galeri Nasional
Semua kostum pentas itu, seolah dipamerkan di atas panggung. Manekin tangan dan kaki tanpa kepala itu juga hadir dengan warna yang bertabrakan, yang kelak memberi nuansa visual pada beberapa musisi di Tanah Air, misalnya Andi Rif, atau Jimi Multhazam, penggawa dari band Upstairs.
Tak hanya busana, Pameran Retrospektif ke-50 God Bless yang berlangsung di Galeri Nasional Indonesia hingga 1 Maret 2024 ini juga menghadirkan memorabilia lain. Khususnya, artefak bersejarah yang sedari awal menemani perjalanan grup legendaris asal Jakarta itu.
Beberapa di antaranya termasuk memorabilia dalam format kaset, compact disc, hingga piringan hitam dari album terbaik God Bless. Ada pula deretan piala anugerah yang pernah dihasilkan band rock ini dari ajang penghargaan Anugerah Musik Indonesia.
Bahkan, kita bisa melihat piano yang biasa dimainkan Jockie Suryo Prayogo, gitar akustik yang digunakan Ian Antono untuk menulis nada lagu "Syair Kehidupan", atau bas Donny Fattah. Hingga jajaran drum megah milik Fajar Satritama dengan tulisan God Bless berpendulum, di bagian depan kick drum.
Secara umum, pameran ini juga menampilkan berbagai koleksi bersejarah yang menjadi bagian tak terpisahkan dari perjalanan God Bless. Termasuk peralatan rekaman, perlengkapan panggung, hingga album diskografi, baik dalam format kaset, compact disk, atau piringan hitam (vinil).
Achmad Albar mewakili keluarga God Bless menyampaikan antusiasmenya atas ekshibisi tersebut. Menurutnya, pameran ini dapat memberi kesempatan berharga bagi God Bless untuk memamerkan artefak berharga mereka kepada publik, khususnya bagi para penggemar setia mereka.
"Buat saya sendiri ini sebuah surprise. Sebab ada barang-barang dalam pameran ini yang sudah lama sekali enggak pernah kami lihat. Di sini apa yang kita punya, yang menarik dari God Bless semacam kostum, alat, itu juga turut dipamerkan," katanya.
Selaras, Plt. Kepala Museum dan Cagar Budaya, Ahmad Mahendra mengatakan, ekshibisi ini memang berupaya menampilkan karya-karya dan pencapaian God Bless yang berkelindan di seputar musik, desain, dan seni rupa, untuk kemudian dirangkai dalam berbagai bentuk cerapan visual yang khas.
Keunikan dari pameran ini selain merepresentasikan objek dan informasi yang dirangkai dari beragam sudut pandang, juga menawarkan pengalaman interaktif agar publik dapat menyelami lebih dalam dunia rock yang dibangun oleh God Bless di Tanah Air.
Selain itu, God Bless menurutnya adalah simbol keberanian dan keteguhan dalam dunia musik. Sebagai sebuah grup band, mereka juga telah menginspirasi jutaan penggemar dengan musiknya yang kuat dan penuh semangat dalam membangun iklim industri musik yang terus bergema hingga hari ini.
"Galeri Nasional Indonesia memang kerap menghadirkan pameran seni rupa dari para maestro. Namun, God Bless ini juga sosok maestro dari dunia musik. Jadi sudah layak sekali mereka untuk berpameran di sini," katanya.
Kurator Pameran, Sir Dandy Harrington mengatakan, apa yang ditampilkan dalam Pameran Retrospektif 50 tahun God Bless merupakan gambaran perkembangan sejarah musikalitas dari grup musik tersebut. Lewat pameran ini dia berharap dapat menginspirasi publik dalam berkarya, terutama di dunia musik.
Berbagai artefak hingga memorabilia yang dipacak, menurutnya, juga dihadirkan menggunakan pendekatan yang lebih cair dengan pengunjung. Bahkan, dalam proses tata letaknya juga diberikan narasi yang lengkap dan sederhana sehingga publik bisa mudah memahami apa yang ingin mereka sajikan.
"Kelahiran God Bless yang dimunculkan di Taman Ismail Marzuki (TIM) pada 1973, turut mendorong seni musik khususnya musik rock berkembang pesat. Kecenderungan itulah yang muncul setelah penampilan God Bless pada tahun-tahun berikutnya," katanya.
God Bless merupakan grup beranggotakan lima orang, yakni Achmad Albar (vokal), Ian Antono (gitar), Donny Fattah (bas), Abadi Soesman (kibor), dan Fajar Satritama (drum). Dibentuk pada 5 Mei 1973, band ini memuncaki masa kejayaannya pada era 70-80an dengan lagu-lagu hit, seperti "Panggung Sandiwara", "Semut Hitam", "Rumah Kita", dan "Huma Diatas Bukit".
Namun selama 50 tahun, tidak kurang dari 23 nama musisi besar pernah menjadi bagian dari God Bless, antara lain: alm. Yockie Suryo Prayogo; alm. Deddy Dores; alm. Dodo Zakaria; alm. Fuad Hassan; alm. Teddy Sujaya; Eet Sjahranie; Gilang Ramadhan; serta banyak lagi musisi Indonesia lain yang turut berjasa mewarnai sejarah God Bless di belantika musik Indonesia.
Baca juga: Menapaki Perjalanan Emas Legenda Band Rok Indonesia God Bless
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Sementara, di sebelah kanan manekin yang berderet, tampak foto Achmad Albar dengan gaya busana yang hampir mirip. Iyek, sebutan akrabnya, tampil sangat eklektik, dengan perpaduan gaya rok (rock) dan etnik yang unik. Mengenakan atasan terbuka di bagian dada, dengan rambut kribonya yang khas.
Baca juga: Penikmat Musik Rock Merapat, God Bless Gelar Pameran Retrospektif di Galeri Nasional
Semua kostum pentas itu, seolah dipamerkan di atas panggung. Manekin tangan dan kaki tanpa kepala itu juga hadir dengan warna yang bertabrakan, yang kelak memberi nuansa visual pada beberapa musisi di Tanah Air, misalnya Andi Rif, atau Jimi Multhazam, penggawa dari band Upstairs.
Tak hanya busana, Pameran Retrospektif ke-50 God Bless yang berlangsung di Galeri Nasional Indonesia hingga 1 Maret 2024 ini juga menghadirkan memorabilia lain. Khususnya, artefak bersejarah yang sedari awal menemani perjalanan grup legendaris asal Jakarta itu.
Beberapa di antaranya termasuk memorabilia dalam format kaset, compact disc, hingga piringan hitam dari album terbaik God Bless. Ada pula deretan piala anugerah yang pernah dihasilkan band rock ini dari ajang penghargaan Anugerah Musik Indonesia.
Seorang pengunjung mengambil foto dalam pameran Retrospektif God Bless 50th di Galeri Nasional, Jakarta, Jumat (16/2/2024). (Sumber gambar Hypeabis.id/Fanny Kusumawardhani)
Secara umum, pameran ini juga menampilkan berbagai koleksi bersejarah yang menjadi bagian tak terpisahkan dari perjalanan God Bless. Termasuk peralatan rekaman, perlengkapan panggung, hingga album diskografi, baik dalam format kaset, compact disk, atau piringan hitam (vinil).
Achmad Albar mewakili keluarga God Bless menyampaikan antusiasmenya atas ekshibisi tersebut. Menurutnya, pameran ini dapat memberi kesempatan berharga bagi God Bless untuk memamerkan artefak berharga mereka kepada publik, khususnya bagi para penggemar setia mereka.
"Buat saya sendiri ini sebuah surprise. Sebab ada barang-barang dalam pameran ini yang sudah lama sekali enggak pernah kami lihat. Di sini apa yang kita punya, yang menarik dari God Bless semacam kostum, alat, itu juga turut dipamerkan," katanya.
Berbagai alat musik milik personil God Bless dalam pameran Retrospektif God Bless 50th di Galeri Nasional, Jakarta, Jumat (16/2/2024). (Sumber gambar Hypeabis.id/Prasetyo Agung Ginanjar)
Keunikan dari pameran ini selain merepresentasikan objek dan informasi yang dirangkai dari beragam sudut pandang, juga menawarkan pengalaman interaktif agar publik dapat menyelami lebih dalam dunia rock yang dibangun oleh God Bless di Tanah Air.
Selain itu, God Bless menurutnya adalah simbol keberanian dan keteguhan dalam dunia musik. Sebagai sebuah grup band, mereka juga telah menginspirasi jutaan penggemar dengan musiknya yang kuat dan penuh semangat dalam membangun iklim industri musik yang terus bergema hingga hari ini.
"Galeri Nasional Indonesia memang kerap menghadirkan pameran seni rupa dari para maestro. Namun, God Bless ini juga sosok maestro dari dunia musik. Jadi sudah layak sekali mereka untuk berpameran di sini," katanya.
Tonggak Sejarah
Kurator Pameran, Sir Dandy Harrington mengatakan, apa yang ditampilkan dalam Pameran Retrospektif 50 tahun God Bless merupakan gambaran perkembangan sejarah musikalitas dari grup musik tersebut. Lewat pameran ini dia berharap dapat menginspirasi publik dalam berkarya, terutama di dunia musik. Berbagai artefak hingga memorabilia yang dipacak, menurutnya, juga dihadirkan menggunakan pendekatan yang lebih cair dengan pengunjung. Bahkan, dalam proses tata letaknya juga diberikan narasi yang lengkap dan sederhana sehingga publik bisa mudah memahami apa yang ingin mereka sajikan.
"Kelahiran God Bless yang dimunculkan di Taman Ismail Marzuki (TIM) pada 1973, turut mendorong seni musik khususnya musik rock berkembang pesat. Kecenderungan itulah yang muncul setelah penampilan God Bless pada tahun-tahun berikutnya," katanya.
Achmad Albar berpose di depan kostumnya dalam pameran Retrospektif God Bless 50th di Galeri Nasional, Jakarta, Jumat (16/2/2024). (Sumber gambar Hypeabis.id/Fanny Kusumawardhani)
Namun selama 50 tahun, tidak kurang dari 23 nama musisi besar pernah menjadi bagian dari God Bless, antara lain: alm. Yockie Suryo Prayogo; alm. Deddy Dores; alm. Dodo Zakaria; alm. Fuad Hassan; alm. Teddy Sujaya; Eet Sjahranie; Gilang Ramadhan; serta banyak lagi musisi Indonesia lain yang turut berjasa mewarnai sejarah God Bless di belantika musik Indonesia.
Baca juga: Menapaki Perjalanan Emas Legenda Band Rok Indonesia God Bless
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.