Korea Selatan Masih Jadi Kiblat Kecantikan Asia, K-Beauty Kian Populer di Indonesia
20 February 2024 |
17:00 WIB
Gemerlap Korea Selatan dengan segala kekayaan budaya populernya tetap tak surut. Boleh dikatakan, Korea Selatan hampir menyabet segala tren budaya populer, mulai dari musik, film, kuliner, merchandise, hingga kecantikan. Pengaruh K-wave di penjuru dunia turut mendompleng bisnis kecantikan seperti kosmetik dan perawatan kian maju.
Salah satu klinik kecantikan yang cukup banyak mengadopsi tren estetika ala Korea adalah ZAP Clinic. Melalui ZAP Premiere, mereka menghadirkan banyak treatment yang terinspirasi dari tren kecantikan di Korea Selatan.
Misalnya, perawatan rejuran healer yang berkembang di Negeri Ginseng untuk memperbaiki hidrasi pada kulit wajah, hingga perawatan ultralifting menggunakan teknologi langsung dari Korea Selatan untuk mengangkat kulit kendur dan membuat wajah lebih tirus.
Baca juga: Mengenal Molecular Skincare, Produk Perawatan Kulit dengan Efektivitas Tinggi
CEO ZAP Clinic Fadly Sahab mengatakan, kebutuhan akan perawatan meningkat seiring dengan lepasnya masa pandemi Covid-19. Menurutnya, industri kecantikan dan perawatan saat ini ditopang dengan kemajuan teknologi dalam bidang estetika.
Namun sayangnya, penemuan teknologi dalam industri estetika cenderung lambat. Bahkan, Korea Selatan sebagai salah satu negara yang cukup maju dengan industri kecantikannya pun membutuhkan waktu yang panjang untuk menemukan teknologi yang dapat membantu masalah kulit.
“Enggak bisa dimungkiri bahwa teknologi kecantikan mereka (Korea Selatan) itu advanced. Bahkan ada beberapa skincare yang kita coba produksi sendiri di Indonesia enggak bisa, karena mereka secara teknologi skincare-nya juga canggih. Korea Selatan juga salah satu yang terdepan dan concern dengan estetika,” ujarnya.
Menurut Fadly, saat ini kiblat kecantikan Indonesia pun masih banyak dipengaruhi dengan tren K-Pop dan K-Drama, utamanya untuk skincare. Meski dipengaruhi oleh tren dari Korea Selatan, Fadly berpendapat jika standar kecantikan antara Indonesia dan Korea Selatan terasa cukup kentara.
“Saya rasa kedepannya, kita akan menemukan standar kecantikan kita sendiri, jati diri kecantikan ala Indonesia. Tidak terbatas pada warna kulit tertentu misalnya,” katanya.
Merebaknya tren kecantikan ala Korea Selatan ini tak lepas dari keunikan Korea Selatan dalam memasarkan nilai-nilai estetika mereka.
Dokter Spesialis Kulit, Kelamin, dan Estetika ZAP Premiere Arini Astasari Widodo mengatakan, estetika ala Korea menekankan pada kulit yang sehat, berkilau, dan terlihat alami. Oleh karena itu, tren penggunaan skincare berlapis, seperti konsep 10-Step Korean Skincare sempat viral dan menarik perhatian banyak wanita di dunia.
Menurut Arini, langkah penggunaan skincare ini cukup digandrungi karena berkonsentrasi pada perawatan kulit yang alami dan lembab. Bahkan untuk tren makeup, wanita Korsel cenderung menyukai jenis makeup dewy dengan hasil yang lebih natural, berkilau, segar, dengan bibir yang tampak cerah dan lembut.
Inovasi produk kecantikan Korea Selatan yang banyak menggunakan kandungan berbahan alami juga mendorong brand-brand skincare di dunia ikut merilis produk sejenis.
“Secara keseluruhan, tren K-beauty telah berdampak signifikan pada industri kecantikan di Indonesia dari segi meningkatkan keragaman produk, bahan-bahan yang digunakan, hingga praktik perawatan kulit,” kata Arini.
Faktor keinginan wanita Indonesia untuk menggunakan makeup dan skincare yang ringan, kata Arini, akan terus mendorong konsumen memburu produk-produk kosmetik dan perawatan ala Korea Selatan.
Baca juga: Tren Kecantikan dari Haute Couture SS2024, Glazed Skin hingga Bowcore
Menurut Arini, segmentasi konsumen penikmat K-beauty memang berbeda dengan penyuka makeup ala Barat, yang cenderung terasa berat di kulit. Selama tren ini belum bergeser, maka potensi kosmetik ala Korsel di Indonesia juga akan tetap besar. Laporan Inkwood Research pun memproyeksikan penikmat pasar K-beauty di dunia akan bertumbuh 9,71% (CAGR 2023-2032).
Apalagi, saat ini banyak brand skincare dan kosmetik serta klinik kecantikan lokal yang mengadopsi kandungan-kandungan berbahan alami hingga teknik perawatan mirip seperti yang dilakukan brand Korea.
“Dermatologi estetika dan klinik kecantikan di Indonesia juga telah mengadopsi beberapa teknik dan perawatan yang terinspirasi oleh K-beauty. Contohnya perawatan laser, peeling kimia, dan perawatan untuk mengatasi masalah kulit seperti jerawat, hiperpigmentasi, sampai penuaan dini,” kata Arini.
Dorongan teknologi kecantikan Korea Selatan yang masif juga membuat klinik-klinik kecantikan ala Negeri Ginseng mengadopsi alat canggih untuk perawatan seperti mesin radiofrekuensi dan mesin laser. Selain itu, Arini berpendapat jika inventor dalam berbagai produk injeksi di klinik ala Korea, seperti treatment salmon DNA juga terbukti digandrungi pasar.
Meski tren estetika Korea Selatan sukses diburu oleh wanita Indonesia, Arini berpendapat bahwa dalam praktik penerapannya mungkin perlu mempertimbangkan berbagai faktor. Misalnya, perbedaan suhu dan kualitas udara antara Korea Selatan dan Indonesia yang sangat kentara.
“Rutinitas perawatan kulit Korea mungkin perlu diadaptasi agar sesuai dengan kondisi iklim kita, misal formulasinya dibuat lebih ringan lagi, tidak menyebabkan kelembapan berlebih, mungkin lebih sesuai untuk kondisi cuaca kita yang panas,” katanya.
Selain formulasi kandungan, Arini menyoroti karakteristik masyarakat Indonesia dalam memandang kebutuhan produk mereka. Misalnya, warna kulit yang cenderung kuning langsat mungkin berpengaruh besar terhadap preferensi produk. “Produk-produk yang menawarkan efek pencerahan dan perawatan noda hitam mungkin lebih diminati,” katanya.
Baca juga: Laporan ZAP Beauty Index: 4 Jenis Treatment Kecantikan yang Diminati Sepanjang 2023
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Salah satu klinik kecantikan yang cukup banyak mengadopsi tren estetika ala Korea adalah ZAP Clinic. Melalui ZAP Premiere, mereka menghadirkan banyak treatment yang terinspirasi dari tren kecantikan di Korea Selatan.
Misalnya, perawatan rejuran healer yang berkembang di Negeri Ginseng untuk memperbaiki hidrasi pada kulit wajah, hingga perawatan ultralifting menggunakan teknologi langsung dari Korea Selatan untuk mengangkat kulit kendur dan membuat wajah lebih tirus.
Baca juga: Mengenal Molecular Skincare, Produk Perawatan Kulit dengan Efektivitas Tinggi
CEO ZAP Clinic Fadly Sahab mengatakan, kebutuhan akan perawatan meningkat seiring dengan lepasnya masa pandemi Covid-19. Menurutnya, industri kecantikan dan perawatan saat ini ditopang dengan kemajuan teknologi dalam bidang estetika.
Namun sayangnya, penemuan teknologi dalam industri estetika cenderung lambat. Bahkan, Korea Selatan sebagai salah satu negara yang cukup maju dengan industri kecantikannya pun membutuhkan waktu yang panjang untuk menemukan teknologi yang dapat membantu masalah kulit.
“Enggak bisa dimungkiri bahwa teknologi kecantikan mereka (Korea Selatan) itu advanced. Bahkan ada beberapa skincare yang kita coba produksi sendiri di Indonesia enggak bisa, karena mereka secara teknologi skincare-nya juga canggih. Korea Selatan juga salah satu yang terdepan dan concern dengan estetika,” ujarnya.
Menurut Fadly, saat ini kiblat kecantikan Indonesia pun masih banyak dipengaruhi dengan tren K-Pop dan K-Drama, utamanya untuk skincare. Meski dipengaruhi oleh tren dari Korea Selatan, Fadly berpendapat jika standar kecantikan antara Indonesia dan Korea Selatan terasa cukup kentara.
“Saya rasa kedepannya, kita akan menemukan standar kecantikan kita sendiri, jati diri kecantikan ala Indonesia. Tidak terbatas pada warna kulit tertentu misalnya,” katanya.
Merebaknya tren kecantikan ala Korea Selatan ini tak lepas dari keunikan Korea Selatan dalam memasarkan nilai-nilai estetika mereka.
Dokter Spesialis Kulit, Kelamin, dan Estetika ZAP Premiere Arini Astasari Widodo mengatakan, estetika ala Korea menekankan pada kulit yang sehat, berkilau, dan terlihat alami. Oleh karena itu, tren penggunaan skincare berlapis, seperti konsep 10-Step Korean Skincare sempat viral dan menarik perhatian banyak wanita di dunia.
Menurut Arini, langkah penggunaan skincare ini cukup digandrungi karena berkonsentrasi pada perawatan kulit yang alami dan lembab. Bahkan untuk tren makeup, wanita Korsel cenderung menyukai jenis makeup dewy dengan hasil yang lebih natural, berkilau, segar, dengan bibir yang tampak cerah dan lembut.
Inovasi produk kecantikan Korea Selatan yang banyak menggunakan kandungan berbahan alami juga mendorong brand-brand skincare di dunia ikut merilis produk sejenis.
“Secara keseluruhan, tren K-beauty telah berdampak signifikan pada industri kecantikan di Indonesia dari segi meningkatkan keragaman produk, bahan-bahan yang digunakan, hingga praktik perawatan kulit,” kata Arini.
Faktor keinginan wanita Indonesia untuk menggunakan makeup dan skincare yang ringan, kata Arini, akan terus mendorong konsumen memburu produk-produk kosmetik dan perawatan ala Korea Selatan.
Baca juga: Tren Kecantikan dari Haute Couture SS2024, Glazed Skin hingga Bowcore
K-Beauty Kian Prospektif
Ilustrasi kecantikan (Sumber gambar: Aiony Haust/Unsplash)
Apalagi, saat ini banyak brand skincare dan kosmetik serta klinik kecantikan lokal yang mengadopsi kandungan-kandungan berbahan alami hingga teknik perawatan mirip seperti yang dilakukan brand Korea.
“Dermatologi estetika dan klinik kecantikan di Indonesia juga telah mengadopsi beberapa teknik dan perawatan yang terinspirasi oleh K-beauty. Contohnya perawatan laser, peeling kimia, dan perawatan untuk mengatasi masalah kulit seperti jerawat, hiperpigmentasi, sampai penuaan dini,” kata Arini.
Dorongan teknologi kecantikan Korea Selatan yang masif juga membuat klinik-klinik kecantikan ala Negeri Ginseng mengadopsi alat canggih untuk perawatan seperti mesin radiofrekuensi dan mesin laser. Selain itu, Arini berpendapat jika inventor dalam berbagai produk injeksi di klinik ala Korea, seperti treatment salmon DNA juga terbukti digandrungi pasar.
Meski tren estetika Korea Selatan sukses diburu oleh wanita Indonesia, Arini berpendapat bahwa dalam praktik penerapannya mungkin perlu mempertimbangkan berbagai faktor. Misalnya, perbedaan suhu dan kualitas udara antara Korea Selatan dan Indonesia yang sangat kentara.
“Rutinitas perawatan kulit Korea mungkin perlu diadaptasi agar sesuai dengan kondisi iklim kita, misal formulasinya dibuat lebih ringan lagi, tidak menyebabkan kelembapan berlebih, mungkin lebih sesuai untuk kondisi cuaca kita yang panas,” katanya.
Selain formulasi kandungan, Arini menyoroti karakteristik masyarakat Indonesia dalam memandang kebutuhan produk mereka. Misalnya, warna kulit yang cenderung kuning langsat mungkin berpengaruh besar terhadap preferensi produk. “Produk-produk yang menawarkan efek pencerahan dan perawatan noda hitam mungkin lebih diminati,” katanya.
Baca juga: Laporan ZAP Beauty Index: 4 Jenis Treatment Kecantikan yang Diminati Sepanjang 2023
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.