5 Film Dokumenter Karya Sutradara Dandhy Laksono Selain Dirty Vote
13 February 2024 |
17:46 WIB
Nama Dandhy Laksono kini menjadi perbincangan setelah karya film dokumenternya berjudul Dirty Vote menjadi perbincangan banyak orang di dalam negeri. Sang sutradara dinilai tepat menyuguhkan film yang mampu menarik masyarakat pada momen tahun politik ini.
Dirty Vote merupakan film dokumenter terbaru Dandhy Laksono. Karya ini menghadirkan pandangan kritis dari tiga ahli hukum tata negara, yakni Zainal Arifin Mochtar, Bivitri Susanti, dan Feri Amsari. Ketiganya mengungkap berbagai instrumen kekuasaan telah digunakan untuk tujuan memenangkan pemilu dan merusak tatanan demokrasi.
“Penggunaan infrastruktur kekuasaan yang kuat, tanpa malu-malu dipertontonkan secara telanjang demi mempertahankan status quo. Bentuk-bentuk kecurangannya diurai dengan analisa hukum tata negara,” demikian tertulis dalam deskripsi di akun YouTube PSHK Indonesia yang menayangkan Dirty Vote.
Baca juga: 5 Fakta Film Dokumenter Dirty Vote, Ungkap Kecurangan dalam Proses Pemilu
Pada akun PSHK Indonesia, film Dirty Vote telah mendapatkan lebih dari 7,3 juta penayangan sampai dengan Selasa, 13 Februari 2024 sore. Sementara di akun Youtube Dirty Vote, jumlah penontonnya tidak dapat diketahui lantaran tidak muncul dalam pencarian YouTube.
Meskipun begitu, film itu sempat menyentuh 3,8 juta penayangan dalam kurang dari 24 jam sejak unggahannya di platform digital video streaming YouTube. Dirty Vote adalah karya terbaru dari sutradara Dandhy Laksono. Sang sineas tercatat telah menghasilkan beberapa film dokumenter yang juga sukses mencuri perhatian publik.
Dirangkum dari berbagai sumber, berikut sejumlah film dokumenter karya sutradara Dandhy Laksono.
Film dokumenter Samin vs Semen adalah salah satu karya dari sutradara Dandhy Laksono. Karya ini bagian dari Ekspedisi Indonesia Biru yang diproduksi selama perjalanan di Pulau Jawa pada Januari-Februari 2015.
Samin vs Semen bercerita tentang masyarakat yang menolak pembangunan perusahaan semen di daerahnya karena dapat mengancam pertanian dan mata air.
Pada 2006, salah satu perusahaan semen di dalam negeri berencana membangun pabrik di Pati, Jawa Tengah. Warga menolak karena dianggap mengancam pertanian dan mata air. Pada 2009, orang Samin memenangi gugatan di PTUN sampai Mahkamah Agung.
Perusahaan semen itu pun mundur dan pindah ke Rembang, Jawa Tengah. Kemudian, perusahaan semen lainnya masuk ke Pati. Mereka berencana membangun pabrik semen di Kayen dan Tambakromo yang merupakan tetangga desa orang-orang Samin.
Film dokumenter lain dari sutradara Dandhy Laksono adalah Sexy Killers. Film yang telah mendapatkan penayangan lebih dari 37 juta sejak 2019 itu bercerita tentang kondisi masyarakat sekitar penambangan batu bara.
Mereka kesulitan air lantaran gunung yang sebelumnya memberikan sumber air berubah menjadi tambang batu bara. Para petani yang berada di sekitar tambang juga terkena dampaknya karena tanaman mereka tidak dapat tumbuh maksimal.
Penambangan batu bara itu telah membuat masyarakat setempat mengalami kesulitan itu. Di sisi lain, masyarakat di perkotaan justru menikmati batu bara itu dalam bentuk listrik.
Pulau Plastik yang rilis pada 2021 juga merupakan film dokumenter yang mendapatkan pengarahan dari sutradara Dandhy Laksono dan Rahung Nasution. Film dokumenter ini mengisahkan seorang musisi, seorang ahli biologi, dan seorang pengacara yang bekerja sama untuk memerangi polusi plastik di Indonesia.
Ketiga sosok itu adalah Gede Robi, Tiza Mafira, dan Prigi Arisandi. Mereka mengeksplorasi sejauh mana polusi plastik di Indonesia. Kemudian, bagaimana sampah plastik telah masuk dalam rantai makanan, dan mengungkap dampaknya terhadap kesehatan manusia.
Baca juga: Film Dokumenter Dirty Vote Tembus 3 Juta Penayangan Kurang Dari 24 Jam
Mereka juga memperlihatkan apa yang dapat dilakukan oleh semua orang guna mengatasi krisis polusi plastik di dalam negeri.
Dirty Vote merupakan film dokumenter terbaru Dandhy Laksono. Karya ini menghadirkan pandangan kritis dari tiga ahli hukum tata negara, yakni Zainal Arifin Mochtar, Bivitri Susanti, dan Feri Amsari. Ketiganya mengungkap berbagai instrumen kekuasaan telah digunakan untuk tujuan memenangkan pemilu dan merusak tatanan demokrasi.
“Penggunaan infrastruktur kekuasaan yang kuat, tanpa malu-malu dipertontonkan secara telanjang demi mempertahankan status quo. Bentuk-bentuk kecurangannya diurai dengan analisa hukum tata negara,” demikian tertulis dalam deskripsi di akun YouTube PSHK Indonesia yang menayangkan Dirty Vote.
Baca juga: 5 Fakta Film Dokumenter Dirty Vote, Ungkap Kecurangan dalam Proses Pemilu
Pada akun PSHK Indonesia, film Dirty Vote telah mendapatkan lebih dari 7,3 juta penayangan sampai dengan Selasa, 13 Februari 2024 sore. Sementara di akun Youtube Dirty Vote, jumlah penontonnya tidak dapat diketahui lantaran tidak muncul dalam pencarian YouTube.
Meskipun begitu, film itu sempat menyentuh 3,8 juta penayangan dalam kurang dari 24 jam sejak unggahannya di platform digital video streaming YouTube. Dirty Vote adalah karya terbaru dari sutradara Dandhy Laksono. Sang sineas tercatat telah menghasilkan beberapa film dokumenter yang juga sukses mencuri perhatian publik.
Dirangkum dari berbagai sumber, berikut sejumlah film dokumenter karya sutradara Dandhy Laksono.
1. Samin vs Semen
Film dokumenter Samin vs Semen adalah salah satu karya dari sutradara Dandhy Laksono. Karya ini bagian dari Ekspedisi Indonesia Biru yang diproduksi selama perjalanan di Pulau Jawa pada Januari-Februari 2015.
Samin vs Semen bercerita tentang masyarakat yang menolak pembangunan perusahaan semen di daerahnya karena dapat mengancam pertanian dan mata air.
Pada 2006, salah satu perusahaan semen di dalam negeri berencana membangun pabrik di Pati, Jawa Tengah. Warga menolak karena dianggap mengancam pertanian dan mata air. Pada 2009, orang Samin memenangi gugatan di PTUN sampai Mahkamah Agung.
Perusahaan semen itu pun mundur dan pindah ke Rembang, Jawa Tengah. Kemudian, perusahaan semen lainnya masuk ke Pati. Mereka berencana membangun pabrik semen di Kayen dan Tambakromo yang merupakan tetangga desa orang-orang Samin.
2. Sexy Killers
Film dokumenter lain dari sutradara Dandhy Laksono adalah Sexy Killers. Film yang telah mendapatkan penayangan lebih dari 37 juta sejak 2019 itu bercerita tentang kondisi masyarakat sekitar penambangan batu bara.
Mereka kesulitan air lantaran gunung yang sebelumnya memberikan sumber air berubah menjadi tambang batu bara. Para petani yang berada di sekitar tambang juga terkena dampaknya karena tanaman mereka tidak dapat tumbuh maksimal.
Penambangan batu bara itu telah membuat masyarakat setempat mengalami kesulitan itu. Di sisi lain, masyarakat di perkotaan justru menikmati batu bara itu dalam bentuk listrik.
3. Pulau Plastik
Pulau Plastik yang rilis pada 2021 juga merupakan film dokumenter yang mendapatkan pengarahan dari sutradara Dandhy Laksono dan Rahung Nasution. Film dokumenter ini mengisahkan seorang musisi, seorang ahli biologi, dan seorang pengacara yang bekerja sama untuk memerangi polusi plastik di Indonesia.
Ketiga sosok itu adalah Gede Robi, Tiza Mafira, dan Prigi Arisandi. Mereka mengeksplorasi sejauh mana polusi plastik di Indonesia. Kemudian, bagaimana sampah plastik telah masuk dalam rantai makanan, dan mengungkap dampaknya terhadap kesehatan manusia.
Baca juga: Film Dokumenter Dirty Vote Tembus 3 Juta Penayangan Kurang Dari 24 Jam
Mereka juga memperlihatkan apa yang dapat dilakukan oleh semua orang guna mengatasi krisis polusi plastik di dalam negeri.
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.