Dokumenter Eksil & Dirty Vote Masuk 50 Film Global dengan Rating Tertinggi Versi Letterboxd
20 March 2024 |
13:25 WIB
Dua film Indonesia, Eksil dan Dirty Vote terus mendapatkan apresiasi yang positif dari penonton. Film karya sutradara Lola Amaria dan Dandhy Dwi Laksono tersebut kini bahkan masuk ke dalam 50 film global dengan rating tertinggi sepanjang 2024 versi Letterboxd.
Letterboxd adalah situs ulasan film dengan format seperti media sosial yang fokus utamanya pada pembahasan sinema secara global. Dibuat oleh Matthew Buchanan dan Karl von Randow, situs ini memungkinkan seseorang untuk berbagi penilaian serta pendapat soal film, dan saling berteman ke sesama penonton atau bahkan kritikus sekali pun.
Baca juga: Letterboxd, Tempatnya Pencinta Film Berjejaring & Ulasan Karya
Baru-baru ini, situs asal Selandia Baru tersebut merilis daftar 50 film dengan rating tertinggi sepanjang 2024. Judul-judul film ini dinilai berkualitas oleh para penontonnya karena berbagai faktor. Dari visual yang luar biasa, cerita yang menarik dan mengharukan, penampilan aktor dan aktris yang memukau, hingga aspek musik dan sinema lainnya.
“50 Teratas Letterboxd tahun 2024, termasuk film dokumenter dan festival. Ada ambang batas minimum 1.000 penayangan agar film mana pun memenuhi syarat untuk masuk daftar,” demikian pernyataan Letterboxd dalam laman resminya, dikutip Hypeabis.id, Rabu (20/3/2024).
Namun, mengingat 2024 masih berjalan, masih ada kemungkinan mengalami perubahan, dan daftar ini senantiasa akan diperbaharui tiap minggunya sebelum hasil final. Dalam melakukan penilaian, Letterboxd juga menerapkan beberapa kriteria khusus untuk mengurangi bias rating tinggi, seperti mengeliminasi dokumenter yang berhubungan dengan musik karena rentan manipulasi penggemar.
Dalam daftar tersebut, ada dua film Indonesia, yakni Eksil dan Dirty Vote, yang masuk ke dalam 50 besar global. Uniknya, dua film tersebut berformat dokumenter, bukan film fiksi.
Film Eksil berada di urutan ke-16 dari total 50 film dengan rating tertinggi. Film peraih Piala Citra untuk kategori Dokumenter Terbaik ini meraih skor 3,8 dari skala 5 poin. Karya tersebut mendapat penilaian lebih baik dibanding A Real Pain, Kneecap, Riddle of Fire, dan Aattam yang sama-sama berada di 20 besar.
Film Eksil mengikuti kisah para mahasiswa pada 1965 yang kala itu sedang mengemban pendidikan di luar negeri berkat mendapatkan beasiswa dari pemerintahan Presiden Soekarno. Namun, di tengah studi yang sedang dikerjakan, sebuah nasib buruk menimpa mereka.
Sejak gerakan 30 September 1965 meletus, mereka terjebak di luar negeri dan tak bisa pulang ke Indonesia. Mereka tersebar di banyak negara, dari China, Uni Soviet, Belanda, Ceko-Slovakia, Swedia, hingga Jerman.
Bukan hanya itu, mereka juga terpaksa kehilangan kewarganegaraan dan hidup terombang-ambing di negeri orang. Komunikasi dengan kerabat atau keluarga di Indonesia juga diputus. Para pelajar dan mahasiswa itu pun menjadi eksil.
Baca juga: Eksklusif Lola Amaria: Cerita di Balik Pembuatan & Penayangan Film Eksil
Kemudian, film dokumenter Dirty Vote berada di peringkat 45. Film yang menjadi perbincangan hangat saat menjelang pesta demokrasi di Indonesia pada Februari lalu itu meraih skor 3,6 dari skala 5 poin. Film ini mendapat penilaian lebih baik dari Marmalade, Sometimes I Think About Dying, Good One, House Keeping for Beginners, dan Freaky Tales yang sama-sama berada di urutan 50 besar.
Dirty Vote bercerita tentang dugaan campur tangan elite politik untuk memenangkan pemilu 2024. Melalui film ini, penonton diajak menyelami rencana-rencana licik para politisi untuk merusak tatanan demokrasi.
Dalam menjabarkan teori tersebut, sutradara Dandhy Dwi Laksono menggaet tiga ahli hukum tata negara, yaitu Zainal Arifin Mochtar, Bivitri Susanti, dan Feri Amsari untuk mengisi dokumenternya.
Film ini mengambil konsep dokumenter eksplanatori. Sepanjang film, ketiga ahli mencoba menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta pengaruh antara variabel satu dengan variabel lainnya.
Baca juga: 5 Fakta Film Dokumenter Dirty Vote, Ungkap Kecurangan dalam Proses Pemilu
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Letterboxd adalah situs ulasan film dengan format seperti media sosial yang fokus utamanya pada pembahasan sinema secara global. Dibuat oleh Matthew Buchanan dan Karl von Randow, situs ini memungkinkan seseorang untuk berbagi penilaian serta pendapat soal film, dan saling berteman ke sesama penonton atau bahkan kritikus sekali pun.
Baca juga: Letterboxd, Tempatnya Pencinta Film Berjejaring & Ulasan Karya
Baru-baru ini, situs asal Selandia Baru tersebut merilis daftar 50 film dengan rating tertinggi sepanjang 2024. Judul-judul film ini dinilai berkualitas oleh para penontonnya karena berbagai faktor. Dari visual yang luar biasa, cerita yang menarik dan mengharukan, penampilan aktor dan aktris yang memukau, hingga aspek musik dan sinema lainnya.
“50 Teratas Letterboxd tahun 2024, termasuk film dokumenter dan festival. Ada ambang batas minimum 1.000 penayangan agar film mana pun memenuhi syarat untuk masuk daftar,” demikian pernyataan Letterboxd dalam laman resminya, dikutip Hypeabis.id, Rabu (20/3/2024).
Namun, mengingat 2024 masih berjalan, masih ada kemungkinan mengalami perubahan, dan daftar ini senantiasa akan diperbaharui tiap minggunya sebelum hasil final. Dalam melakukan penilaian, Letterboxd juga menerapkan beberapa kriteria khusus untuk mengurangi bias rating tinggi, seperti mengeliminasi dokumenter yang berhubungan dengan musik karena rentan manipulasi penggemar.
Dalam daftar tersebut, ada dua film Indonesia, yakni Eksil dan Dirty Vote, yang masuk ke dalam 50 besar global. Uniknya, dua film tersebut berformat dokumenter, bukan film fiksi.
Film Eksil berada di urutan ke-16 dari total 50 film dengan rating tertinggi. Film peraih Piala Citra untuk kategori Dokumenter Terbaik ini meraih skor 3,8 dari skala 5 poin. Karya tersebut mendapat penilaian lebih baik dibanding A Real Pain, Kneecap, Riddle of Fire, dan Aattam yang sama-sama berada di 20 besar.
Film Eksil mengikuti kisah para mahasiswa pada 1965 yang kala itu sedang mengemban pendidikan di luar negeri berkat mendapatkan beasiswa dari pemerintahan Presiden Soekarno. Namun, di tengah studi yang sedang dikerjakan, sebuah nasib buruk menimpa mereka.
Sejak gerakan 30 September 1965 meletus, mereka terjebak di luar negeri dan tak bisa pulang ke Indonesia. Mereka tersebar di banyak negara, dari China, Uni Soviet, Belanda, Ceko-Slovakia, Swedia, hingga Jerman.
Bukan hanya itu, mereka juga terpaksa kehilangan kewarganegaraan dan hidup terombang-ambing di negeri orang. Komunikasi dengan kerabat atau keluarga di Indonesia juga diputus. Para pelajar dan mahasiswa itu pun menjadi eksil.
Baca juga: Eksklusif Lola Amaria: Cerita di Balik Pembuatan & Penayangan Film Eksil
Kemudian, film dokumenter Dirty Vote berada di peringkat 45. Film yang menjadi perbincangan hangat saat menjelang pesta demokrasi di Indonesia pada Februari lalu itu meraih skor 3,6 dari skala 5 poin. Film ini mendapat penilaian lebih baik dari Marmalade, Sometimes I Think About Dying, Good One, House Keeping for Beginners, dan Freaky Tales yang sama-sama berada di urutan 50 besar.
Dirty Vote bercerita tentang dugaan campur tangan elite politik untuk memenangkan pemilu 2024. Melalui film ini, penonton diajak menyelami rencana-rencana licik para politisi untuk merusak tatanan demokrasi.
Dalam menjabarkan teori tersebut, sutradara Dandhy Dwi Laksono menggaet tiga ahli hukum tata negara, yaitu Zainal Arifin Mochtar, Bivitri Susanti, dan Feri Amsari untuk mengisi dokumenternya.
Film ini mengambil konsep dokumenter eksplanatori. Sepanjang film, ketiga ahli mencoba menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta pengaruh antara variabel satu dengan variabel lainnya.
Baca juga: 5 Fakta Film Dokumenter Dirty Vote, Ungkap Kecurangan dalam Proses Pemilu
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.