Kabar Baik, Daya Saing Digital Indonesia Naik 6 Peringkat di Posisi Dunia
12 February 2024 |
22:00 WIB
World Digital Competitiveness Ranking (WDCR) atau daya saing digital di Indonesia mengalami kenaikan berdasarkan data terbaru. Survei yang dilakukan oleh International Institute for Management Development (IMD) menunjukkan kabar baik tersebut.
Dari laporan IMD, daya saing digital Indonesia menempati posisi ke-45 peringkat dunia pada 2023. Angka ini meningkat 6 peringkat dari posisi ke-51 dunia pada laporan tahun sebelumnya.
WDCR 2023 membandingkan peringkat kemapanan daya saing digital dari 64 negara di seluruh dunia. Tercatat lima negara terbaik yang mampu mentransformasi digital adalah Amerika Serikat, Belanda, Singapura, Denmark, dan Swiss
Baca juga: Riset WTR 2023 Beberkan Daya Saing SDM Indonesia Naik ke Peringkat-47 Dunia.
Indonesia masih terbilang unggul dari sejumlah negara Asia lainnya seperti India (peringkat ke-49 dunia). Namun, apabila melihat peta persaingan di kawasan Asia Tenggara, tak bisa dielakkan bahwa negara ini masih tertinggal jauh dari Singapura (peringkat ke-3 dunia), Malaysia (peringkat ke-33 dunia), dan Thailand (peringkat ke-35 dunia).
Jika ditilik ke belakang, Indonesia sudah sukses mencatat kenaikan 11 peringkat dalam hal daya saing digital ini selama 5 tahun terakhir. Direktur IMD World Competitiveness Center (WCC), Arturo Bris, menyebut peningkatan peringkat daya saing ini didorong dengan perbaikan transformasi digital yang signifikan di dalam negeri.
Menurut Bris, ada 2 faktor utama yang sukses mendongkrak daya saing digital Indonesia. Pertama, pertumbuhan investasi yang agresif utamanya pada sektor telekomunikasi, perbankan, dan venture capital. Kedua, pertumbuhan para entrepreneur teknologi turut menyokong kesiapan teknologi Indonesia untuk masa mendatang.
Namun Bris berpendapat jika kekuatan bisnis di ranah teknologi saja tidak cukup. Menurutnya, Indonesia perlu segera berbenah dalam hal kecepatan internet untuk menggeber daya saing digital. Saat ini, kecepatan internet di Indonesia ada diposisi nyaris terakhir yakni pada urutan ke-62 dari total 64 negara yang diteliti.
Belum lagi masalah pembajakan perangkat lunak yang masih menjadi hambatan, di samping kurangnya riset dan pendidikan atau pelatihan terkait sumber daya manusia terkait teknologi. “Berdasarkan banyak riset yang telah kami lakukan, peningkatan investasi pendidikan dan pelatihan terbukti meningkatkan daya saing digital lantaran memenuhi kebutuhan pasar tenaga kerja yang ada,” katanya.
Bris berpandangan bahwa Indonesia terus mengalami penurunan dalam aspek pendidikan dan pelatihan di bidang teknologi. Menurutnya, negara ini perlu meningkatkan hibah untuk paten teknologi terbaru (high-tech).
Peningkatan hibah tersebut bisa terdorong maksimal apabila dibarengi dengan peningkatan angka pekerja dengan keahlian dan pengetahuan teknologi khusus untuk memperbaiki daya saing digital. “Ke depan, kami perkirakan akan terjadi lonjakan permintaan tenaga kerja terkait teknologi dan AI (kecerdasan buatan),” imbuhnya.
Untuk mendorong denyut daya saing digital dan teknologi ini, Bris menilai Indonesia juga perlu melihat pada akar pendidikan dan pelatihan dengan mempertimbangkan penambahan total anggaran untuk pendidikan, rasio murid-guru di pendidikan tinggi, angka lulusan sains, jumlah sarjana perempuan, dan prestasi di tingkat perguruan tinggi.
Baca juga: Daya Saing Dunia Kerja Makin Ketat, Begini Kiat Menghadapinya
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Dari laporan IMD, daya saing digital Indonesia menempati posisi ke-45 peringkat dunia pada 2023. Angka ini meningkat 6 peringkat dari posisi ke-51 dunia pada laporan tahun sebelumnya.
WDCR 2023 membandingkan peringkat kemapanan daya saing digital dari 64 negara di seluruh dunia. Tercatat lima negara terbaik yang mampu mentransformasi digital adalah Amerika Serikat, Belanda, Singapura, Denmark, dan Swiss
Baca juga: Riset WTR 2023 Beberkan Daya Saing SDM Indonesia Naik ke Peringkat-47 Dunia.
Indonesia masih terbilang unggul dari sejumlah negara Asia lainnya seperti India (peringkat ke-49 dunia). Namun, apabila melihat peta persaingan di kawasan Asia Tenggara, tak bisa dielakkan bahwa negara ini masih tertinggal jauh dari Singapura (peringkat ke-3 dunia), Malaysia (peringkat ke-33 dunia), dan Thailand (peringkat ke-35 dunia).
Jika ditilik ke belakang, Indonesia sudah sukses mencatat kenaikan 11 peringkat dalam hal daya saing digital ini selama 5 tahun terakhir. Direktur IMD World Competitiveness Center (WCC), Arturo Bris, menyebut peningkatan peringkat daya saing ini didorong dengan perbaikan transformasi digital yang signifikan di dalam negeri.
Menurut Bris, ada 2 faktor utama yang sukses mendongkrak daya saing digital Indonesia. Pertama, pertumbuhan investasi yang agresif utamanya pada sektor telekomunikasi, perbankan, dan venture capital. Kedua, pertumbuhan para entrepreneur teknologi turut menyokong kesiapan teknologi Indonesia untuk masa mendatang.
Ilustrasi (Sumber gambar: Unsplash/Christopher Gower)
Belum lagi masalah pembajakan perangkat lunak yang masih menjadi hambatan, di samping kurangnya riset dan pendidikan atau pelatihan terkait sumber daya manusia terkait teknologi. “Berdasarkan banyak riset yang telah kami lakukan, peningkatan investasi pendidikan dan pelatihan terbukti meningkatkan daya saing digital lantaran memenuhi kebutuhan pasar tenaga kerja yang ada,” katanya.
Bris berpandangan bahwa Indonesia terus mengalami penurunan dalam aspek pendidikan dan pelatihan di bidang teknologi. Menurutnya, negara ini perlu meningkatkan hibah untuk paten teknologi terbaru (high-tech).
Peningkatan hibah tersebut bisa terdorong maksimal apabila dibarengi dengan peningkatan angka pekerja dengan keahlian dan pengetahuan teknologi khusus untuk memperbaiki daya saing digital. “Ke depan, kami perkirakan akan terjadi lonjakan permintaan tenaga kerja terkait teknologi dan AI (kecerdasan buatan),” imbuhnya.
Untuk mendorong denyut daya saing digital dan teknologi ini, Bris menilai Indonesia juga perlu melihat pada akar pendidikan dan pelatihan dengan mempertimbangkan penambahan total anggaran untuk pendidikan, rasio murid-guru di pendidikan tinggi, angka lulusan sains, jumlah sarjana perempuan, dan prestasi di tingkat perguruan tinggi.
Baca juga: Daya Saing Dunia Kerja Makin Ketat, Begini Kiat Menghadapinya
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.