Berkarier Jadi Videografer, Hobi Mahal yang Menguntungkan
03 February 2024 |
13:30 WIB
1
Like
Like
Like
Di balik sebuah rekaman, ada jasa seorang videografer yang berdedikasi mengabadikan berbagai momen pada setiap inci arahan lensanya. Videografer bukan hanya sekedar sebagai dokumenter saja, lebih dari itu, profesi tersebut merupakan seni yang menangkap keindahan untuk diabadikan dalam gambar bergerak.
Seperti halnya Maulana Azkal Azkiya (22), pemuda asal Jakarta Timur yang mulai tertarik dengan dunia videografi karena kedekatannya dengan industri kreatif di salah satu stasiun televisi. Pada awalnya, Azkal hanya sekedar melihat berbagai proses syuting yang terjadi. Hingga pada akhirnya, dia ikut terlibat pada produksi program acara televisi.
Baca juga: Bisnis Item Digital Game Online Dikalangan Anak Muda
“Kebetulan ayah saya punya banyak kenalan kru TV, jadi saya sering melihat bagaimana mereka melakukan proses syuting. Dulu juga sempat di ajak oleh teman ayah untuk terlibat dalam proses produksi program Jejak Si Gundul,” ucap Azkal.
Ketertarikannya dengan dunia videografi mulai diperdalam oleh Azkal saat dia melanjutkan pendidikannya di salah satu SMK jurusan Broadcasting. Melakukan berbagai pratik saat sekolah, membuatnya semakin terlatih untuk menjadi seorang videografer. Hingga pada akhirnya, sekitar tahun 2017, untuk pertama kalinya Azkal mendapatkan proyek untuk membuat video company profile sebuah perusahaan properti.
Menjadi seorang videografer, menurutnya merupakan hobi yang cukup mahal. Selain dibutuhkannya kamera, berbagai alat penunjang lainnya seperti baterai, kartu memori serta lensa juga menjadi satu kesatuan yang sangat dibutuhkan. Harga dari setiap elemen pendukung proses produksi tersebut tentunya tidak main-main.
“Kita juga harus menyiapkan alat-alat untuk pendukung proses produksi seperti, kamera yang harganya berkisar Rp15 juta – Rp50 juta. Selain itu, ada juga alat-alat penunjang seperti baterai kamera seharga Rp1 juta – Rp5 juta, kartu memori seharga Rp500.000 – Rp3 juta, hingga lensa yang harganya berkisar Rp3 juta – Rp50 juta,” ujar Azkal.
Dalam mempromosikan jasanya, Azkal melakukan personal branding di berbagai platform media sosialnya. Seperti membuat konten video saat bekerja (behind the scene), hingga mengunggah berbagai portofolio hasil dari tangan terampilnya. Menurutnya, hal itu dia lakukan supaya menarik perhatian klien agar mau menggunakan jasanya.
Hingga saat ini, dia mampu menarik perhatian berbagai vendor untuk menggunakan jasanya. Seperti halnya event musik, event perkantoran, event sekolah, video iklan properti untuk rumah dan appartemen. Selain itu, Azkal juga kerap dipercaya untuk membuatkan video para artis ternama.
Dalam sekali mengerjakan proyek video, Azkal mematoknya dengan kisaran harga Rp500.000 – Rp5 juta, tergantung dari output seperti apa yang kliennya minta. Berkat menjadi seorang videografer, Azkal mampu mendapatkan penghasilan yang cukup fantastis. Dalam sebulan, dia mampu meraup pendapatan berkisar Rp2 juta – Rp10 juta.
Sementara itu, Fadhli Umar Arsyan (22), mulai tertarik dengan industri kreatif sejak duduk di bangku sekolah. Pada awalnya, pemuda yang kerap disapa Fadhli tersebut lebih dulu tertarik dengan dunia fotografi dan visual efek film dibandingkan dengan videografi.
Fadhli bersekolah di salah satu SMK jurusan Multimedia, hal tersebut yang membuat nya mau mengulik lebih jauh tentang dunia videografi. Dia mengungkapkan, menjadi seorang videografer merupakan tempat untuk berekspresi yang paling bebas.
"Menurut saya, bekerja di industri kreatif merupakan suatu tempat untuk berekspresi yang paling bebas. Lewat audio visual, kita bebas untuk berkarya dan bereksplorasi sesuai dengan apa yang kita mau," katanya.
Seperti halnya Azkal, Fadhli juga mengatakan bahwa menjadi seorang videografer membutuhkan modal yang cukup besar, karena pekerjaan tersebut memang terbilang mahal. Pada awalnya, Fadhli membeli perlengkapan pendukung untuk proses produksi videonya berkisar dari Rp35 juta - Rp50juta. Harga tersebut bukan hanya kamera saja, melainkan perlengkapan penunjang lainnya seperti, baterai kamera, memori kamera, lensa kamera dan lain sebagainya.
Selain menjadi videografer, Fadhli juga kerap menawarkan berbagai keahlian lainnya seperti, jasa fotografi, jasa editing video, jasa motion grapic hingga visual effect. Berbagai keahilan yang dia miliki saat ini berkat ketekunan dan kemauan Fadhli untuk terus belajar dan mendalami bidang tersebut.
Hingga saat ini, Fadhli mampu mengerjakan proyek videografi berkisar 7-8 proyek video dalam sebulan. Selain itu, Fadhli juga mampu meraup pendapatan yang cukup fantastis. Dalam sebulan, Fadhli mampu mendapatkan penghasilan sebesar Rp5 juta - Rp8 juta berkat menjadi seorang videografer.
Jasa videografi saat ini memang mampu menjadi salah satu bidang jasa yang menjanjikan bagi para pelakunya, baik sebagai pekerjaan utama maupun sebagai sampingan. Seperti halnya Dandi Hasan Bangsawan (21), mahasiswa Jurnalistik di IISIP Jakarta. Pada awalnya, Dandi memiliki ketertarikan dalam dunia videografi saat duduk di bangku perkuliahan.
“Sebetulnya, semua berjalan secara tidak terduga. Pada awalnya, kamera yang saya miliki itu tidak pernah saya gunakan selain untuk tugas kuliah. Lalu, pada saat kuliah yang dilakukan secara daring, kebetulan ada teman saya yang mengajak untuk ikut andil dalam pengerjaan sebuah proyek video yang sedang dia kerjakan,” ujarnya.
Klien Dandi juga beragam dari berbagai vendor untuk menggunakan jasanya seperti event organizer, gathering perusahaan, exebithion, festival, berbagai macam iklan produk serta company profile.
Berkat keahliannya dalam mengoperasikan kamera, Dandi pernah mendapatkan kesempatan untuk menggarap sebuah proyek video di negara tetangga, yaitu Thailand.
“Pernah ada satu momen dimana saya dikasih kesempatan untuk ikut andil dalam mendokumentasikan acara Asian World Model United Nation (AWMUN) yang diselenggarakan di Hotel Ambassador, Bangkok, Thailand,” ucap Dandi.
Walaupun terbilang sangat terampil dalam pengoperasian kamera, Dandi belum menjadikan profesi ini sebagai pekerjaan utamanya. Saat ini Dandi masih harus fokus untuk menyelesaikan pendidikan S1. Walaupun hanya sebagai profesi sampingan, menjadi videografer tentunya memiliki peluang bisnis yang sangat menguntungkan.
“Enggak nyangka banget jadi videografer ternyata seru. Bisa banyak ketemu orang-orang baru, bisa ngerjain berbagai proyek video di luar negeri/luar kota. Apalagi di usia yang terbilang masih produktif, ngerjain segala sesuatunya jadi terasa senang banget,” jelasnya.
Dalam sekali mengerjakan sebuah proyek video, Dandi mematok jasanya dengan kisaran harga Rp3.5 juta – Rp5 juta. Berkat menjadi seorang videografer, mahasiswa IISIP Jakarta tersebut mampu meraup untung yang terbilang lumayan. Dalam sebulan, Dandi mampu mendapatkan penghasilan sebesar Rp4 juta – Rp5 juta.
Baca juga: Peluang dan Tantangan Masa Depan Industri Layar Indonesia
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Seperti halnya Maulana Azkal Azkiya (22), pemuda asal Jakarta Timur yang mulai tertarik dengan dunia videografi karena kedekatannya dengan industri kreatif di salah satu stasiun televisi. Pada awalnya, Azkal hanya sekedar melihat berbagai proses syuting yang terjadi. Hingga pada akhirnya, dia ikut terlibat pada produksi program acara televisi.
Baca juga: Bisnis Item Digital Game Online Dikalangan Anak Muda
“Kebetulan ayah saya punya banyak kenalan kru TV, jadi saya sering melihat bagaimana mereka melakukan proses syuting. Dulu juga sempat di ajak oleh teman ayah untuk terlibat dalam proses produksi program Jejak Si Gundul,” ucap Azkal.
Ketertarikannya dengan dunia videografi mulai diperdalam oleh Azkal saat dia melanjutkan pendidikannya di salah satu SMK jurusan Broadcasting. Melakukan berbagai pratik saat sekolah, membuatnya semakin terlatih untuk menjadi seorang videografer. Hingga pada akhirnya, sekitar tahun 2017, untuk pertama kalinya Azkal mendapatkan proyek untuk membuat video company profile sebuah perusahaan properti.
“Kita juga harus menyiapkan alat-alat untuk pendukung proses produksi seperti, kamera yang harganya berkisar Rp15 juta – Rp50 juta. Selain itu, ada juga alat-alat penunjang seperti baterai kamera seharga Rp1 juta – Rp5 juta, kartu memori seharga Rp500.000 – Rp3 juta, hingga lensa yang harganya berkisar Rp3 juta – Rp50 juta,” ujar Azkal.
Dalam mempromosikan jasanya, Azkal melakukan personal branding di berbagai platform media sosialnya. Seperti membuat konten video saat bekerja (behind the scene), hingga mengunggah berbagai portofolio hasil dari tangan terampilnya. Menurutnya, hal itu dia lakukan supaya menarik perhatian klien agar mau menggunakan jasanya.
Hingga saat ini, dia mampu menarik perhatian berbagai vendor untuk menggunakan jasanya. Seperti halnya event musik, event perkantoran, event sekolah, video iklan properti untuk rumah dan appartemen. Selain itu, Azkal juga kerap dipercaya untuk membuatkan video para artis ternama.
Dalam sekali mengerjakan proyek video, Azkal mematoknya dengan kisaran harga Rp500.000 – Rp5 juta, tergantung dari output seperti apa yang kliennya minta. Berkat menjadi seorang videografer, Azkal mampu mendapatkan penghasilan yang cukup fantastis. Dalam sebulan, dia mampu meraup pendapatan berkisar Rp2 juta – Rp10 juta.
Sementara itu, Fadhli Umar Arsyan (22), mulai tertarik dengan industri kreatif sejak duduk di bangku sekolah. Pada awalnya, pemuda yang kerap disapa Fadhli tersebut lebih dulu tertarik dengan dunia fotografi dan visual efek film dibandingkan dengan videografi.
Fadhli bersekolah di salah satu SMK jurusan Multimedia, hal tersebut yang membuat nya mau mengulik lebih jauh tentang dunia videografi. Dia mengungkapkan, menjadi seorang videografer merupakan tempat untuk berekspresi yang paling bebas.
"Menurut saya, bekerja di industri kreatif merupakan suatu tempat untuk berekspresi yang paling bebas. Lewat audio visual, kita bebas untuk berkarya dan bereksplorasi sesuai dengan apa yang kita mau," katanya.
Seperti halnya Azkal, Fadhli juga mengatakan bahwa menjadi seorang videografer membutuhkan modal yang cukup besar, karena pekerjaan tersebut memang terbilang mahal. Pada awalnya, Fadhli membeli perlengkapan pendukung untuk proses produksi videonya berkisar dari Rp35 juta - Rp50juta. Harga tersebut bukan hanya kamera saja, melainkan perlengkapan penunjang lainnya seperti, baterai kamera, memori kamera, lensa kamera dan lain sebagainya.
Selain menjadi videografer, Fadhli juga kerap menawarkan berbagai keahlian lainnya seperti, jasa fotografi, jasa editing video, jasa motion grapic hingga visual effect. Berbagai keahilan yang dia miliki saat ini berkat ketekunan dan kemauan Fadhli untuk terus belajar dan mendalami bidang tersebut.
Hingga saat ini, Fadhli mampu mengerjakan proyek videografi berkisar 7-8 proyek video dalam sebulan. Selain itu, Fadhli juga mampu meraup pendapatan yang cukup fantastis. Dalam sebulan, Fadhli mampu mendapatkan penghasilan sebesar Rp5 juta - Rp8 juta berkat menjadi seorang videografer.
Pekerjaaan sampingan yang menguntungkan
Jasa videografi saat ini memang mampu menjadi salah satu bidang jasa yang menjanjikan bagi para pelakunya, baik sebagai pekerjaan utama maupun sebagai sampingan. Seperti halnya Dandi Hasan Bangsawan (21), mahasiswa Jurnalistik di IISIP Jakarta. Pada awalnya, Dandi memiliki ketertarikan dalam dunia videografi saat duduk di bangku perkuliahan.“Sebetulnya, semua berjalan secara tidak terduga. Pada awalnya, kamera yang saya miliki itu tidak pernah saya gunakan selain untuk tugas kuliah. Lalu, pada saat kuliah yang dilakukan secara daring, kebetulan ada teman saya yang mengajak untuk ikut andil dalam pengerjaan sebuah proyek video yang sedang dia kerjakan,” ujarnya.
Klien Dandi juga beragam dari berbagai vendor untuk menggunakan jasanya seperti event organizer, gathering perusahaan, exebithion, festival, berbagai macam iklan produk serta company profile.
Berkat keahliannya dalam mengoperasikan kamera, Dandi pernah mendapatkan kesempatan untuk menggarap sebuah proyek video di negara tetangga, yaitu Thailand.
“Pernah ada satu momen dimana saya dikasih kesempatan untuk ikut andil dalam mendokumentasikan acara Asian World Model United Nation (AWMUN) yang diselenggarakan di Hotel Ambassador, Bangkok, Thailand,” ucap Dandi.
Walaupun terbilang sangat terampil dalam pengoperasian kamera, Dandi belum menjadikan profesi ini sebagai pekerjaan utamanya. Saat ini Dandi masih harus fokus untuk menyelesaikan pendidikan S1. Walaupun hanya sebagai profesi sampingan, menjadi videografer tentunya memiliki peluang bisnis yang sangat menguntungkan.
“Enggak nyangka banget jadi videografer ternyata seru. Bisa banyak ketemu orang-orang baru, bisa ngerjain berbagai proyek video di luar negeri/luar kota. Apalagi di usia yang terbilang masih produktif, ngerjain segala sesuatunya jadi terasa senang banget,” jelasnya.
Dalam sekali mengerjakan sebuah proyek video, Dandi mematok jasanya dengan kisaran harga Rp3.5 juta – Rp5 juta. Berkat menjadi seorang videografer, mahasiswa IISIP Jakarta tersebut mampu meraup untung yang terbilang lumayan. Dalam sebulan, Dandi mampu mendapatkan penghasilan sebesar Rp4 juta – Rp5 juta.
Baca juga: Peluang dan Tantangan Masa Depan Industri Layar Indonesia
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.