Ilustrasi produksi film. (Sumber foto: Pexels/Lê Minh)

Peluang dan Tantangan Masa Depan Industri Layar Indonesia

02 February 2024   |   10:30 WIB
Image
Prasetyo Agung Ginanjar Jurnalis Hypeabis.id

Industri film Indonesia terus menunjukkan taji seiring endemi. Berbagai capaian dari para sineas juga turut memberi dampak pada pertumbuhan ekonomi nasional, baik lewat pertumbuhan jumlah penonton ataupun pemasukan dari sisi pariwisata yang dihadirkan melalui visual film.

Sorotan dunia internasional terhadap kualitas film-film Indonesia juga mulai terlihat dalam lanskap film nasional. Salah satunya saat Indonesia menampilkan segmen khusus di ajang Busan International Film Festival (BIFF) lewat program Renaissance of Indonesian Cinema.

Baca juga: Industri Film Indonesia 2024 Diharapkan Mulai Menatap Produksi Global

Tak hanya itu, seolah masih melanjutkan tradisi estetik, film-film Indonesia juga terus menempatkan wakilnya di berbagai festival lain dalam lanskap global. Seperti Cannes Film Festival, Festival Film Internasional Rotterdam (IFFR), hingga Toronto International Film Festival.

Hasil riset PWC Indonesia dan LPEM FEB-UI mengungkap, industri layar Indonesia berhasil menyumbang pendapatan Rp130 triliun dengan kontribusi PDB sebesar Rp81 triliun pada 2022. Bahkan, industri ini juga memberikan pekerjaan bagi 387 ribu individu dengan tingkat CAGR sebesar 6,13 persen.

Direktur PwC Indonesia, Julian Smith mengatakan, industri layar yang terdiri dari film, animasi, video, dan televisi, memiliki peluang yang cerah di masa depan. Diprediksi industri ini berpotensi menghasilkan output ekonomi sebesar Rp156 triliun dengan Nilai Tambah Bruto (NTB) Rp98 triliun terhadap PDB pada 2027.

"Riset yang kita lakukan kurang lebih satu tahun dengan melibatkan stakeholders, pemerintah dan perusahaan. Kita juga menggunakan data yang paling mutakhir, terutama mengenai dampak ekonomi industri layar setelah pandemi," katanya saat ditemui di Jakarta.
 

Direktur PwC Indonesia, Julian Smith saat memberikan penjabaran Dampak Ekonomi Layar Indonesia di lobby Hotel Indonesia Jakarta, Kamis (1/2/2024). (sumber gambar Hypeabis.id/Prasetyo Agung Ginanjar)

Direktur PwC Indonesia, Julian Smith saat memberikan penjabaran dampak ekonomi layar Indonesia di lobby Hotel Indonesia Jakarta, Kamis (1/2/2024). (sumber gambar Hypeabis.id/Prasetyo Agung Ginanjar)


Kendati begitu, industri layar menurutnya juga masih memiliki sejumlah tantangan yang perlu untuk segera benahi bersama. Terutama mengenai isu tenaga kerja, infrastruktur, tantangan regulasi, dan keterbatasan pendanaan untuk proyek independen dalam menangkap berbagai peluang yang ada.

Dia mengungkap, salah satu bentuk yang dapat dijadikan perhatian dari para pemangku kepentingan adalah pembaruan dan penyederhanaan regulasi. Selain itu peningkatan ketrampilan dan pembaruan pelatihan para talenta, hingga penyediaan insentif bagi investor juga perlu segera digalakkan.

"Sebab, opsi kebijakan ini jika pola ini diterapkan dengan sangkil akan berpotensi mendorong inovasi, kreativitas, dan pembangunan ekonomi berkelanjutan di industri layar Indonesia," katanya.

Senada, produser film Yulia Evina Bhara mengungkap industri layar juga terus bergerak dinamis. Terlebih dengan adanya perkembangan internet dan platform OTT, tak ayal juga membuat hasil karya para sineas semakin bisa dinikmati lebih masif, tanpa perlu mempersaingkan OTT dengan bioskop.

Namun, sebagai pelaku, dia berharap dengan adanya peluang ini para pemangku  bisa segera membuat regulasi yang jelas terkait kebijakan di industri layar. Salah satunya mengenai insentif, agara para pelaku bisa terus bergerak dalam memajukan dan menggapai peluang dari hasil riset tersebut.

"Pada 2016 saat memproduksi film pertama saya, itu independen, tidak ada support [dari pemerintah]. Jadi, insentif itu sangat penting untuk direalisasikan terutama untuk mendukung proses produksi, karena pajaknya cukup memberatkan,"katanya.

Sebagai tambahan informasi, pemerintah saat ini tengah menggodok kebijakan insentif pajak untuk mendukung pengembangan industri perfilman. Salah satu yang disiapkan adalah bentuk dukungan dan regulasi untuk memudahkan proses produksi film, baik lewat promosi, ongkos promosi dan potongan (rebate) pajak.

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

Editor: Nirmala Aninda

SEBELUMNYA

Tren Gelang Berlian 2024, Elegan Minimalis dengan Detail Geometris

BERIKUTNYA

Resep Mie Gacoan Carbonara yang Viral di TikTok, Lezatnya Mi Pedas dengan Saus Creamy

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: