Audio mobil lawas Blaupunknt Manneheim (dok: Hendi Sugihendi)

Lagi Hype Berburu Audio Mobil Jadul, Ini Merek Head Unit yang Banyak Dicari

28 June 2021   |   09:11 WIB
Image
Rezha Hadyan Hypeabis.id

Walaupun terbilang usang dan minim fitur, perangkat audio mobil keluaran lama ternyata masih banyak diburu oleh pengguna mobil-mobil lawas di Tanah Air. Alasannya sudah bisa dipastikan tak jauh-jauh dari nostalgia masa lalu.

Peluang tersebut yang pada akhirnya ditangkap oleh Hendi Sugihendi pada 2015. Berbekal pengetahuan yang diperoleh sejak puluhan tahun lalu dan jejaring pertemanannya, dia memutuskan untuk menggeluti bisnis jual beli perangkat audio mobil keluaran lama.

Lewat akun media sosialnya, Hendi menawarkan berbagai macam perangkat audio mobil keluaran lama. Mulai dari head unit dan speaker yang jadi perangkat utama hingga perangkat tambahan seperti amplifier, equalizer dan CD (compact disc) changer.
 
Head unit keluaran lama yang ditawarkan oleh Hendi Sugihendi (dok: HendI Sugihendi)


.
Kondisinya sebagian besar tentunya adalah barang bekas. Namun, dalam beberapa kesempatan Hendi menjual barang baru stok lama atau sering disebut sebagai barang NOS (new old stock).

“Kebanyakan bekas, tetapi diseleksi barangnya. Ada barang NOS tapi ini jarang banget dan sekalinya ada pasti cepat lakunya. Barangnya dapat dari mana saja, bisa dari pemilik mobil yang jual atau toko-toko audio lama, entah di Jakarta, luar kota, atau luar negeri,” tuturnya.

Hendi menjelaskan dirinya menyediakan macam-macam perangkat audio mobil keluaran lama dari beragam merek. Harganya mulai dari ratusan ribu hingga puluhan juta rupiah, tergantung dari jenis dan kondisi fisiknya.

Perangkat buatan Eropa yang biasanya digunakan oleh mobil-mobil BMW dan Mercedes Benz keluaran lama biasanya dijual dengan harga cukup tinggi. Selain itu, perangkat yang sempat populer di kalangan penggemar otomotif di zamannya juga demikian.

“Head unit atau tape mobil Eropa lama merek Becker atau Blaupunkt itu jelas harganya tinggi atau istilahnya gaib karena enggak ada patokannya juga. Kalo [perangkat] tambahan yang gaib juga itu ya stik equalizer Blaupunkt,” ungkapnya.

Sebagai catatan, stik equalizer Blaupunkt populer di era 1980-1990-an sebagai aksesori pendongkrak gengsi penggunanya, alih-alih sekadar meningkatkan kualitas audio di sebuah mobil. Kepopulerannya tak terlepas dari tokoh Boy dalam film Catatan Si Boy yang menggunakannya di mobil BMW E30 M40.  
 
Stick Equalizer Blaupunkt yang populer di era 1990-an (dok: Hendi Suguhendi)


.
Bahkan, saking terkenalnya perangkat buatan Jerman itu dibuat tiruannya dengan merek Cobra. Jadi, sebagian besar penggemar otomotif di era 1980-1990-an menyebutnya sebagai Blaupunkt Cobra atau stik Cobra. “Hot item stik  equalizer  Blaupunkt ini. Barangnya cepat laku. Kadang yang rusak enggak bisa hidup ada yang mau juga,” ungkap Hendi.

Selain jual beli, Hendi juga melayani perbaikan perangkat audio mobil keluaran lama. Pria 45 tahun itu juga melayani modifikasi agar perangkat tersebut bisa digunakan untuk memutar musik dari USB flashdisk atau ponsel melalui kabel atau Bluetooth.

Untuk urusan ini, dia dibantu oleh beberapa teknisi bengkel spesialis yang memahami betul instalasi perangkat audio mobil keluaran lama. Menurutnya, instalasi perangkat tersebut tidak bisa dilakukan sembarangan lantaran mekanismenya berbeda dengan perangkat baru.

“Harganya bervariasi tergantung komponen yang rusak. Kalau rusak parah bisa mahal banget karena kadang komponennya kita ambil dari barang lain atau kanibal. Tapi kalau cuma servis biasa atau membersihkan agar suaranya normal lagi di kisaran Rp500.000-Rp1 juta,” ujar Hendi.

Hendi menambahkan untuk layanan instalasi atau perbaikan dirinya tak membuka tempat khusus seperti bengkel audio pada umumnya. Dirinya bersama teknisi berkunjung langsung ke tempat yang pelanggan atau rumahnya di Jakarta Selatan.

Terakhir, terkait dengan dampak pandemi Covid-19 terhadap bisnisnya Hendi mengaku tak merasakan dampak seperti pedagang perangkat audio mobil baru. Bahkan, permintaan untuk barang-barang kelas atas makin meningkat karena banyak kolektor mobil lawas yang punya waktu luang lebih dari biasanya.
 
Head unit lawas merk Sony (dok: Hendy Sugihendi)


.
"Kalau yang biasa-biasa ada turun sedikit, tetapi yang [kelas] tinggi enggak. Karena barang hobi buat kelas menengah atas ya memang begini karakteristiknya. Orang kaya bingung mau ngapain di rumah akhirnya main audio jadul (jaman dulu) ingat-ingat masa muda,” selorohnya.

Beberapa selebritas atau influencer yang gemar mengoleksi mobil lawas tercatat menjadi pelanggan Hendi. Salah satunya adalah Den Dimas atau buburayamracer yang memasang head unit Becker di BMW E30 M40 merah miliknya.

KUALITAS SUARA
Bagus Ananda juga masih menggunakan head unit lawas di mobil-mobil lama koleksinya. Selain menjaga tampilan mobil agar tetap sesuai zamannya, dia merasa kualitas suara dari head unit tersebut sesuai dengan seleranya.

“Preferensi saya pada kualitas suara, cocoknya pakai tipe lawas dari Sony dan Alpine yang kastanya bukan entry-level. Speaker dan kabel juga pegang peranan. Buat saya speaker lawas output-nya juga di telinga [terasa] nikmat,” tuturnya.

Minimnya fitur yang ditawarkan tak jadi persoalan baginya. Karena head unit lawas bisa dimodifikasi agar fiturnya bisa mendekati produk serupa yang lebih baru.

“Kalau mau mainkan [suara] dari yang modern seperti Spotify pakai Bluetooth tinggal colok prosesor macam Cello Magic atau Vox La,” ungkapnya.
.
Perangkat audio lawas yang terpasang di Volvo 945 (dok: Bennyi Boelhasrin)


.
Bicara mengenai preferensi suara dan penggunaan head unit lawas, Benny Boelhasrin punya pendapat tersendiri. Pengguna Volvo 945 keluaran 1993 ini mempertahankan head unit Nakamichi CD-500 keluaran 1990-an di mobilnya lantaran kepincut karakteristik suara analog yang dihasilkan.

“Biarpun saya bukan penggemar audio fanatik, tetapi saya bisa menilai bahwa si Nakamichi ini menghasilkan suara yang bening, jernih dan empuk, tidak terlalu digital atau masih terdengar alami,” katanya.

Benny mengaku sulit menjelaskan bagaimana perbedaan antara karakteristik suara analog dari Nakamichi CD-500 di Volvo kesayangannya dan suara digital dari head unit keluaran baru di mobil lainnya. Namun, sederhananya karakter suara analog adalah karakter suara seperti suara yang dihasilkan oleh rekaman di piringan hitam atau kaset pita.

“Lebih alami. Kalo diproses secara digital itu jadi terlalu sempurna,” pungkasnya.

Editor: Fajar Sidik

SEBELUMNYA

7 Perubahan Emosi Park Bo Young dalam Viu Original Doom At Your Service

BERIKUTNYA

Windows 11 Diperkenalkan, Gini Cara Cek Kompatibilitas Laptop & Desktop Kalian

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: