Berkenalan dengan Dua Desainer Cilik Indonesia yang Tampil di Ajang Fashion Show Dunia
31 January 2024 |
19:56 WIB
Usia belia tak menghalangi dua desainer cilik ini untuk menampilkan karya terbaiknya di ajang pekan mode berkelas dunia. Membawa koleksi bernuansa wastra Nusantara, dua kakak beradik, Michelle Liu (14 tahun) dan Catherine Liu (10 tahun), sukses memukau panggung fashion show di Paris beberapa waktu lalu.
Michelle Liu dan Catherine Liu merupakan dua desainer termuda yang ikut serta dalam ajang mode internasional yang diselenggarakan Indonesia Fashion Chamber (IFC). Tujuannya, untuk memperkenalkan kreativitas dan kekayaan warisan budaya dalam karya fesyen Indonesia ke pasar global, terutama di pusat fesyen dunia seperti Paris.
Baca juga: Desainer Muda Juara IYFDC Bakal Tampilkan Koleksi Budaya Betawi di Indonesia Fashion Week 2024
Meski baru setahun terakhir aktif di dunia fesyen dan mode, tetapi potensi bakat dua desainer muda asal Bandung ini tak diragukan. Keduanya, kerap menampilkan hasil rancangannya di berbagai ajang fashion show lokal maupun nasional, hingga berkesempatan tampil di panggung fesyen internasional. Lantas bagaimana keduanya bisa ikut tampil hingga ke ajang fashion show dunia?
“Sebelum tampil di ajang fashion show, kami mendaftar dan mengajukan hasil karya yang akan ditampilkan, setelah melewati penilaian dan kurasi, hingga dinyatakan lolos. Baru kemudian mulai mengikuti bimbingan,” jelas Michelle.
Michelle sendiri pertama kali menampilkan hasil rancangannya di ajang Jogja Fashion Week pada Agustus 2022 dengan mendesain gaun bertema The Beautiful Blowing of Toba yang mengusung kecantikan alam Danau Toba, Sumatra Barat.
Setelah itu, gadis kelahiran 2009 ini rutin mengikuti berbagai ajang fashion show seperti Hakikat Tresna Solo, Fashionality Modest est Mode, Surabaya Fashion Parade, Malang Fashion Week, Tangerang Fashion Parade, Muffest Muslim Festival, Jogja Fashion Parade, hingga Front Row Paris. Bahkan Michelle sempat menyabet penghargaan sebagai Best young designer Asdi Surakarta 2023.
Seluruh hasil rancangan yang didesain oleh gadis bernama lengkap Michelle Avrilia Nata Sutisna ini memanfaatkan penggunaan wastra Nusantara, mulai dari batik, tenun, hingga songket yang kemudian didesain menjadi lebih modern dan berkelas.
Misalnya saja untuk desain yang dibawa pada Front Row Paris, Michelle menggunakan paduan kain Songket Palembang bermotif emas sebagai daya tarik tersendiri, untuk menggambarkan kejayaan kerajaan Sriwijaya yang menjadi sumber inspirasinya.
“Aku sangat terpesona dengan cerita kejayaan Kerajaan Sriwijaya pada abad ke-7 yang kaya akan nilai sejarah dan budaya. Kemudian aku tuangkan ide tersebut dengan menggunakan Songket Palembang yang diadopsi menjadi sebuah tren fesyen dunia dengan western style,” tuturnya.
Hasil rancangan bertema Enchanting Sriwijaya tersebut berupa koleksi ready to wear deluxe seperti blazer, coat, dress yang didominasi warna merah dan emas sebagai wujud kejayaan Sriwijaya pada masanya. Untuk memberi kesan yang lebih mewah, busana tersebut kemudian dipadukan dengan hiasan dari sequin.
“Aku ingin menghasilkan karya dengan tren kekinian, tetapi tetap ada unsur budaya Indonesia. Harapannya semoga khazanah wastra Nusantara bisa menjadi pilihan yang baik bagi masyarakat dunia,” ucapnya.
Terinspirasi dari sang kakak yang lebih dulu terjun dalam dunia mode dan fesyen, turut memotivasi Catherine untuk berkecimpung ke dunia mode tersebut. Catherine sendiri mulanya seorang model yang sering mengantar sang kakak saat mengikuti ajang fashion show ke berbagai tempat.
Dari situ, Catherine yang juga memiliki hobi menggambar ini mencoba masuk ke dalam dunia fesyen. Berkat dukungan dari kedua orang tuanya, Catherine dan Michelle disekolahkan ke sekolah khusus desain di Bandung untuk mengasah bakat dan kemampuan mereka dalam merancang berbagai jenis fesyen dan busana.
“Aku suka jadi desainer karena memang aku suka menggambar dan membuat baju untuk mainan Barbie,” ujar gadis cilik bernama lengkap Catherine Patricia Nata Sutisna ini.
Meski baru berusia 9 tahun saat pertama berkecimpung di dunia fesyen, tetapi gadis kelahiran 2013 ini sudah berkesempatan mengikuti berbagai ajang fashion show. Sebut saja, Indonesia Hijab Walk, Hakikat Tresna Solo, Jogja Fashion Parade, Tangerang Fashion Parade, Semarang Fashion Trend, hingga pekan mode internasional di Front Row Paris.
Berbeda dengan sang kakak yang lebih menyukai desain rancangan dengan warna-warna terang, Catherine justru lebih menyukai wastra seperti tenun yang berwarna lebih gelap dan bold. Ciri khas itu terlihat dari rancangan bertema The Culture of Soul yang dibawakan dalam panggung Front Row Paris.
Di situ, Catherine yang terpesona dengan keindahan tenun Troso Jepara dan memadupadankannya dengan kain bermotif kotak-kotak, sehingga memberi kesan yang lebih muda. Bersiluet asimetris berupa blazer, blouse, skirt, coat yang memberi kesan ceria.
Untuk memberi kesan mewah maka hasil rancangan tersebut diberi taburan payet. “Aku memadukan dengan aksesori topi baret, sehingga menambah kesan pretty look,” tambahnya.
Setelah sukses tampil di ajang fashion show dunia, baik Michelle maupun Catherine tetap ingin mengasah kemampuan mereka di dunia mode dan fesyen sambil terus belajar dan berkarya. Harapannya, khazanah kain Indonesia dapat diterima di kancah internasional.
Baca juga: Fenomena Desainer Adibusana Indonesia Merambah E-Commerce, Strategi Perluas Pasar?
Selain sibuk dengan dunia fesyen, Michelle dan Catherine juga aktif di dunia tarik suara dan modeling. Meski demikian, keduanya tetap menjalani pendidikan di sekolah formal. Keduanya menekuni fesyen maupun musik setelah menyelesaikan kegiatan belajar mengajar di sekolah.
(Baca artikel hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Fajar Sidik
Michelle Liu dan Catherine Liu merupakan dua desainer termuda yang ikut serta dalam ajang mode internasional yang diselenggarakan Indonesia Fashion Chamber (IFC). Tujuannya, untuk memperkenalkan kreativitas dan kekayaan warisan budaya dalam karya fesyen Indonesia ke pasar global, terutama di pusat fesyen dunia seperti Paris.
Baca juga: Desainer Muda Juara IYFDC Bakal Tampilkan Koleksi Budaya Betawi di Indonesia Fashion Week 2024
Meski baru setahun terakhir aktif di dunia fesyen dan mode, tetapi potensi bakat dua desainer muda asal Bandung ini tak diragukan. Keduanya, kerap menampilkan hasil rancangannya di berbagai ajang fashion show lokal maupun nasional, hingga berkesempatan tampil di panggung fesyen internasional. Lantas bagaimana keduanya bisa ikut tampil hingga ke ajang fashion show dunia?
“Sebelum tampil di ajang fashion show, kami mendaftar dan mengajukan hasil karya yang akan ditampilkan, setelah melewati penilaian dan kurasi, hingga dinyatakan lolos. Baru kemudian mulai mengikuti bimbingan,” jelas Michelle.
Michelle sendiri pertama kali menampilkan hasil rancangannya di ajang Jogja Fashion Week pada Agustus 2022 dengan mendesain gaun bertema The Beautiful Blowing of Toba yang mengusung kecantikan alam Danau Toba, Sumatra Barat.
Setelah itu, gadis kelahiran 2009 ini rutin mengikuti berbagai ajang fashion show seperti Hakikat Tresna Solo, Fashionality Modest est Mode, Surabaya Fashion Parade, Malang Fashion Week, Tangerang Fashion Parade, Muffest Muslim Festival, Jogja Fashion Parade, hingga Front Row Paris. Bahkan Michelle sempat menyabet penghargaan sebagai Best young designer Asdi Surakarta 2023.
Seluruh hasil rancangan yang didesain oleh gadis bernama lengkap Michelle Avrilia Nata Sutisna ini memanfaatkan penggunaan wastra Nusantara, mulai dari batik, tenun, hingga songket yang kemudian didesain menjadi lebih modern dan berkelas.
Misalnya saja untuk desain yang dibawa pada Front Row Paris, Michelle menggunakan paduan kain Songket Palembang bermotif emas sebagai daya tarik tersendiri, untuk menggambarkan kejayaan kerajaan Sriwijaya yang menjadi sumber inspirasinya.
“Aku sangat terpesona dengan cerita kejayaan Kerajaan Sriwijaya pada abad ke-7 yang kaya akan nilai sejarah dan budaya. Kemudian aku tuangkan ide tersebut dengan menggunakan Songket Palembang yang diadopsi menjadi sebuah tren fesyen dunia dengan western style,” tuturnya.
Hasil rancangan bertema Enchanting Sriwijaya tersebut berupa koleksi ready to wear deluxe seperti blazer, coat, dress yang didominasi warna merah dan emas sebagai wujud kejayaan Sriwijaya pada masanya. Untuk memberi kesan yang lebih mewah, busana tersebut kemudian dipadukan dengan hiasan dari sequin.
“Aku ingin menghasilkan karya dengan tren kekinian, tetapi tetap ada unsur budaya Indonesia. Harapannya semoga khazanah wastra Nusantara bisa menjadi pilihan yang baik bagi masyarakat dunia,” ucapnya.
Desainer cilik Catherine Liu (Sumber gambar : Catherine Liu)
Terinspirasi dari sang kakak yang lebih dulu terjun dalam dunia mode dan fesyen, turut memotivasi Catherine untuk berkecimpung ke dunia mode tersebut. Catherine sendiri mulanya seorang model yang sering mengantar sang kakak saat mengikuti ajang fashion show ke berbagai tempat.
Dari situ, Catherine yang juga memiliki hobi menggambar ini mencoba masuk ke dalam dunia fesyen. Berkat dukungan dari kedua orang tuanya, Catherine dan Michelle disekolahkan ke sekolah khusus desain di Bandung untuk mengasah bakat dan kemampuan mereka dalam merancang berbagai jenis fesyen dan busana.
“Aku suka jadi desainer karena memang aku suka menggambar dan membuat baju untuk mainan Barbie,” ujar gadis cilik bernama lengkap Catherine Patricia Nata Sutisna ini.
Meski baru berusia 9 tahun saat pertama berkecimpung di dunia fesyen, tetapi gadis kelahiran 2013 ini sudah berkesempatan mengikuti berbagai ajang fashion show. Sebut saja, Indonesia Hijab Walk, Hakikat Tresna Solo, Jogja Fashion Parade, Tangerang Fashion Parade, Semarang Fashion Trend, hingga pekan mode internasional di Front Row Paris.
Berbeda dengan sang kakak yang lebih menyukai desain rancangan dengan warna-warna terang, Catherine justru lebih menyukai wastra seperti tenun yang berwarna lebih gelap dan bold. Ciri khas itu terlihat dari rancangan bertema The Culture of Soul yang dibawakan dalam panggung Front Row Paris.
Di situ, Catherine yang terpesona dengan keindahan tenun Troso Jepara dan memadupadankannya dengan kain bermotif kotak-kotak, sehingga memberi kesan yang lebih muda. Bersiluet asimetris berupa blazer, blouse, skirt, coat yang memberi kesan ceria.
Untuk memberi kesan mewah maka hasil rancangan tersebut diberi taburan payet. “Aku memadukan dengan aksesori topi baret, sehingga menambah kesan pretty look,” tambahnya.
Setelah sukses tampil di ajang fashion show dunia, baik Michelle maupun Catherine tetap ingin mengasah kemampuan mereka di dunia mode dan fesyen sambil terus belajar dan berkarya. Harapannya, khazanah kain Indonesia dapat diterima di kancah internasional.
Baca juga: Fenomena Desainer Adibusana Indonesia Merambah E-Commerce, Strategi Perluas Pasar?
Selain sibuk dengan dunia fesyen, Michelle dan Catherine juga aktif di dunia tarik suara dan modeling. Meski demikian, keduanya tetap menjalani pendidikan di sekolah formal. Keduanya menekuni fesyen maupun musik setelah menyelesaikan kegiatan belajar mengajar di sekolah.
(Baca artikel hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.