Produk-produk fesyen lokal di Pendopo. (Sumber gambar: Pendopo/Instagram)

Bisnis Retail Produk Lokal Masih Prospektif, Fesyen Jadi Kategori Paling Dicari

31 January 2024   |   08:00 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Banyak cara untuk memasarkan produk unggulan UMKM lokal, salah satunya melalui gerai retail. Di Indonesia, ada sejumlah merek retail yang memang khusus menjual produk lokal sebut saja Sarinah, Pasarina, dan Pendopo. Meski digempur berbagai merek luar negeri, minat masyarakat terhadap produk lokal rupanya masih cukup tinggi.

Hal itu diungkapkan oleh Tasya Widya Krisnadi selaku Direktur Pendopo. Dia mengatakan fesyen menjadi produk lokal yang paling diminati konsumen Pendopo, lantaran hadir dengan beragam desain, material, motif, dan warna. Hal inilah yang membuat secara proporsi, Pendopo memberikan ruang yang lebih luas untuk jenama-jenama fesyen lokal.

"Minat masyarakat dengan produk lokal itu sangat besar dan yang paling besar itu fesyen. Penjualan masih besar di toko fisik dibanding online karena orang masih ingin pegang dan lihat langsung produk fesyen yang harganya cenderung mahal," katanya saat ditemui Hypeabis.id di Pendopo Living World Alam Sutera, Tangerang, Selasa (30/1/2024). 

Baca juga: Merek Fesyen Lokal Kebut Strategi Demi Tembus Pasar Global

Hal ini sejalan dengan hasil riset dari Ipsos Global Trends 2021 bertajuk Aftershocks and Continuity. Riset itu menyebutkan bahwa 87 persen konsumen di Indonesia lebih cenderung untuk memilih membeli produk lokal dibandingkan produk global. 

Laporan itu juga menemukan sebanyak 59 persen konsumen Indonesia tidak setuju jika merek global disebut memiliki produk yang lebih baik dari merek lokal. Disampaikan dalam laporan tersebut bahwa banyak konsumen yang menilai produk-produk merek lokal saat ini dapat bersaing dengan merek dari luar negeri.
 

Pendopo merupakan merek retail yang menjual produk-produk lokal terkurasi dengan tiga kategori utama yakni fesyen, kriya, dan kuliner. Berdiri sejak 2011, Pendopo telah bekerjasama dan menjadi rumah untuk lebih dari 200 UKM dari seluruh penjuru Nusantara, dan telah mengurasi lebih dari 5.000 ragam produk lokal pilihan.

Tasya menuturkan secara demografi, konsumen Pendopo masih didominasi oleh kalangan ibu-ibu. Hal tersebut lantaran produk-produk lokal memiliki rentang harga yang relatif mahal, karena proses pembuatannya yang lebih mengutamakan sisi craftmanship alias hasil kerajinan tangan.

Meski demikian, lanjutnya, Pendopo juga mulai berstrategi untuk menyasar konsumen dari kalangan anak muda. Salah satunya dengan menghadirkan produk-produk dari material yang tidak terlalu memakan biaya produksi, sehingga bisa dijual lebih murah.

"Jadi misalnya di fesyen, kalau biasanya memakai kain yang utuh tapi ini kami bagi-bagi untuk bisa jadi lima pakaian. Kami campur dengan material-material kain yang lain, sehingga bisa dijangkau oleh anak-anak muda. Atau, karena batik tulis mahal, diganti jadi printing motif batik. Jadimenjangkau juga anak muda, karena mereka harus kenal dengan produk budaya sendiri," jelasnya.

Selain penyesuaian penggunaan material, Pendopo juga berupaya melakukan strategi promosi produk-produk fesyen lokal dengan mengikuti beberapa ajang pekan mode, salah satunya Indonesia Fashion Week. Di kegiatan itu, mereka berkolaborasi dengan desainer-desainer muda berbakat untuk menyulap kain-kain wastra menjadi ragam fesyen yang kekinian.
 

Meski memiliki potensi yang besar, bisnis retail produk lokal juga masih menemui tantangan. Salah satunya terkait standarisasi dan kontinuitas ketersediaan produk. Tasya menjelaskan lantaran produk-produk lokal yang dijual lebih banyak dibuat dengan kerajinan tangan, hal itu membuat secara standar dan jumlah ketersediaan barang tidak bisa dipastikan.

"Jadi kontinuitas dari segi produk juga berbeda-beda. Ada yang lama atau cepat, ketika ada pemesanan kami tidak bisa penuhi padahal kan mereka harus buat. Jadi kontinuitas juga salah satu kendala. Termasuk juga soal digitalisasi, misalnya untuk pembayaran," katanya.

Ke depan, Tasya pun memastikan pihaknya akan terus berinovasi dan berkolaborasi dengan lebih banyak pengrajin dan desainer, khususnya yang memiliki visi yang sama. Termasuk, berkolaborasi dengan pemerintah setempat untuk membentuk satu ekosistem yang baik untuk terus mendorong bisnis produk UMKM lokal.

"Sehingga banyak peminatnya, kemudian yang di hulunya juga kan terus bekerja. Dengan begitu, nilai ekonominya terus berjalan," imbuhnya.

Untuk diketahui, salah satu langkah Pendopo guna mendorong produk lokal dan melestarikan budaya adalah melalui program pembinaan masyarakat. Pada 2022, Pendopo berkolaborasi dengan desainer Didiet Maulana, Iyonono, serta pemerintah pusat dan daerah menggelar program pendampingan kepada lebih dari 90 penenun ikat Sikka di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur.

Begitu pun pada 2023, Pendopo berkolaborasi dengan desainer lokal Bali dan pemerintah Kabupaten Buleleng melakukan program pendampingan dan pelatihan kepada lebih dari 40 UKM tekstil dan pakaian di Kabupaten Buleleng, Bali. Adapun, hasil kedua program pendampingan ini dipasarkan melalui Pendopo baik secara offline maupun online.

Baca juga: 3 Kesalahan Pengusaha Muda saat Berbisnis, Mitra hingga Validasi

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

Prospek Seni Rupa Indonesia Makin Cerah, Ini Tantangannya Menurut Pemilik Galeri

BERIKUTNYA

Imlek Identik dengan Hujan, Begini Makna dan Penjelasannya

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: