3 Kesalahan Pengusaha Muda saat Berbisnis, Mitra hingga Validasi
27 January 2024 |
16:15 WIB
Saat ini makin banyak generasi muda yang berkeinginan, bahkan langsung berkecimpung ke dalam dunia bisnis dengan segudang ide dan kreativitas yang mereka miliki. Namun, untuk menjadi pengusaha muda yang berkarakter dengan bisnis yang berkelanjutan tidaklah mudah.
Pasalnya, tak sedikit anak muda yang memulai usaha hanya sekadar ‘berjualan’ tanpa benar-benar menjadikannya sebagai bisnis. Walhasil, bisnis yang dijalankan pun tak bertahan lama. Salah satunya seperti yang pernah dialami oleh Yoel Tristan Kurniawan pemilik usaha Fit Fuel.
Baca juga: 5 Manfaat Kolaborasi dalam Berbisnis Buat Entrepreneur Muda
Sebelum memulai makanan salad dengan pendekatan segar dan pola makan sehat pada 2022 lalu, Tristan sudah 7 kali mengalami kegagalan dalam berbisnis. Tristan sendiri mengaku telah mulai menjalankan usaha sejak dirinya masih duduk di bangku sekolah menengah pertama mulai dari file film, casing handphone, susi murni, dan lain sebagainya.
Setelah mempelajari banyak hal, baik melalui buku maupun seminar, Tristan menyadari bahwa kegagalannya tersebut terjadi karena adanya beberapa kesalahan.
Kadang kala, ada seseorang yang cocok untuk dijadikan teman tetapi tidak cocok saat dijadikan sebagai partner bisnis. Sebab, menurutnya, di dalam suatu bisnis tidak bisa semua memiliki karakter yang sama, justru harus berbeda dan saling melengkapi.
“Di dalam bisnis ada yang kreatif, ada yang bisa mengatur, ada yang mengerti produk, ada yang jago marketing. Kalau dulu saya belum memahami itu, jadi mencari orang yang sama-sama punya banyak ide tetapi tidak ada yang mengatur sehingga malah gagal,” tuturnya.
Dalam berbisnis, kalian tidak bisa sendirian. Tapi harus memiliki komunitas yang jalurnya sama dan memiliki masalah yang pasti sama. Jadi, bisa sama-sama mencari solusi dan dapat saling berbagi pengalaman ketika mengalami kegagalan.
Ketiga, tidak ada pihak yang dapat memberikan validasi apakah jalan yang sudah diambil tersebut benar atau tidak. Apalagi sebagai pengusaha muda yang belum memiliki banyak pengalaman.
Berangkat dari tiga kesalahan tersebut, mendorong Tristan untuk mengikuti program kompetisi wirausaha Diplomat Success Challenge (DSC) yang diselenggarakan oleh Wismilak Foundation. Memasuki season ke 14, kali ini DSC ingin membentuk wirausaha muda berkarakter yang dapat menciptakan bisnis secara jangka panjang,
“Itulah yang menjadi motivasiku mengikuti DS. Ingin memperluas networking, belajar lebih jauh dengan para mentor dan coach yang bisa memberikan validasi dan arahan terhadap langkah yang diambil, terutama untuk sustainability bisnis saya,” ujar pria yang berhasil menyabet kategori ‘Best of the Best’ dalam program ini.
Berkarakter
Ketua Dewan Komisioner DSC, Surjanto Yasaputera mengatakan, terpilihnya Tristan sebagai Best of the Best karena dinilai memiliki kualitas pengusaha muda yang berkarakter. Konsep bisnis makanan sehat dengan guilty pleasure menurutnya juga selaras dengan kepedulian masyarakat modern terhadap pilihan yang lebih sehat.
“Gagasan tentang komposisi makanan sehat sebanyak 75%-80% ditambah sedikit guilty pleasure yaitu ayam goreng yang terdapat didalamnya benar-benar menjadikan FI+/FUEL menarik dan ditunggu-tunggu di pasar," papar Surjanto.
Baca juga:
Saat ini Tristan sedang merumuskan pengembangan bisnisnya terkait hibah dana yang didapatkan untuk FI+/FUEL. Beberapa pilihan sudah dikantongi, namun masih dalam tahap diskusi untuk mematangkannya.
Editor: Fajar Sidik
Pasalnya, tak sedikit anak muda yang memulai usaha hanya sekadar ‘berjualan’ tanpa benar-benar menjadikannya sebagai bisnis. Walhasil, bisnis yang dijalankan pun tak bertahan lama. Salah satunya seperti yang pernah dialami oleh Yoel Tristan Kurniawan pemilik usaha Fit Fuel.
Baca juga: 5 Manfaat Kolaborasi dalam Berbisnis Buat Entrepreneur Muda
Sebelum memulai makanan salad dengan pendekatan segar dan pola makan sehat pada 2022 lalu, Tristan sudah 7 kali mengalami kegagalan dalam berbisnis. Tristan sendiri mengaku telah mulai menjalankan usaha sejak dirinya masih duduk di bangku sekolah menengah pertama mulai dari file film, casing handphone, susi murni, dan lain sebagainya.
Setelah mempelajari banyak hal, baik melalui buku maupun seminar, Tristan menyadari bahwa kegagalannya tersebut terjadi karena adanya beberapa kesalahan.
1. Pemilihan partner bisnis
Kadang kala, ada seseorang yang cocok untuk dijadikan teman tetapi tidak cocok saat dijadikan sebagai partner bisnis. Sebab, menurutnya, di dalam suatu bisnis tidak bisa semua memiliki karakter yang sama, justru harus berbeda dan saling melengkapi.“Di dalam bisnis ada yang kreatif, ada yang bisa mengatur, ada yang mengerti produk, ada yang jago marketing. Kalau dulu saya belum memahami itu, jadi mencari orang yang sama-sama punya banyak ide tetapi tidak ada yang mengatur sehingga malah gagal,” tuturnya.
2. Membangun komunitas
Dalam berbisnis, kalian tidak bisa sendirian. Tapi harus memiliki komunitas yang jalurnya sama dan memiliki masalah yang pasti sama. Jadi, bisa sama-sama mencari solusi dan dapat saling berbagi pengalaman ketika mengalami kegagalan.
3. Pentingnya validasi
Ketiga, tidak ada pihak yang dapat memberikan validasi apakah jalan yang sudah diambil tersebut benar atau tidak. Apalagi sebagai pengusaha muda yang belum memiliki banyak pengalaman.Berangkat dari tiga kesalahan tersebut, mendorong Tristan untuk mengikuti program kompetisi wirausaha Diplomat Success Challenge (DSC) yang diselenggarakan oleh Wismilak Foundation. Memasuki season ke 14, kali ini DSC ingin membentuk wirausaha muda berkarakter yang dapat menciptakan bisnis secara jangka panjang,
“Itulah yang menjadi motivasiku mengikuti DS. Ingin memperluas networking, belajar lebih jauh dengan para mentor dan coach yang bisa memberikan validasi dan arahan terhadap langkah yang diambil, terutama untuk sustainability bisnis saya,” ujar pria yang berhasil menyabet kategori ‘Best of the Best’ dalam program ini.
Berkarakter
Ketua Dewan Komisioner DSC, Surjanto Yasaputera mengatakan, terpilihnya Tristan sebagai Best of the Best karena dinilai memiliki kualitas pengusaha muda yang berkarakter. Konsep bisnis makanan sehat dengan guilty pleasure menurutnya juga selaras dengan kepedulian masyarakat modern terhadap pilihan yang lebih sehat.
“Gagasan tentang komposisi makanan sehat sebanyak 75%-80% ditambah sedikit guilty pleasure yaitu ayam goreng yang terdapat didalamnya benar-benar menjadikan FI+/FUEL menarik dan ditunggu-tunggu di pasar," papar Surjanto.
Baca juga:
Saat ini Tristan sedang merumuskan pengembangan bisnisnya terkait hibah dana yang didapatkan untuk FI+/FUEL. Beberapa pilihan sudah dikantongi, namun masih dalam tahap diskusi untuk mematangkannya.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.