Prospek Seni Rupa Indonesia Makin Cerah, Ini Tantangannya Menurut Pemilik Galeri
31 January 2024 |
10:39 WIB
Pasar seni rupa di Indonesia terus bergeliat seiring kondisi endemi. Hal itu dapat dilihat dari maraknya ekshibisi seni yang dihelat di berbagai daerah di Tanah Air. Tak hanya itu, saat ini juga mulai banyak bermunculan galeri seni baru yang digawangi oleh anak-anak muda.
Ya, tidak hanya industri musik yang terus bergeliat, pasar seni rupa juga mulai ramai dijejali anak-anak muda yang ingin mengapresiasi karya seni. Keterlibatan Indonesia dalam ajang seni rupa di luar negeri, juga memberi warna baru dalam skena seni global.
Momen ini juga bergayung sambut dengan data Kemenparekraf, yang mencatat bahwa bidang kreatif turut berperan besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Pada 2022 misalnya, kontribusi para kreator dan para pekerja kreatif Indonesia terhadap PDB nasional mencapai Rp1134,9 triliun, dan seni rupa menyumbang 7,24 persen di dalamnya.
Baca juga: Daftar Pameran Seni Januari 2024, dari Seni Rupa hingga Arsitektur
Co Founder Gudang Gambar, Ramdhan Djuhara, menuturkan bahwa pasar seni rupa Indonesia memang cenderung cerah seiring endemi. Kendati pada 2024 juga beriringan dengan tahun politik, tetapi hal tersebut tidak akan terlalu berdampak pada penjualan karya seni, terutama di galeri-galeri seni Indonesia.
Namun, dia tidak menampik dari dari berbagai ekshibisi yang digelar, tingkat penjualannya mengalami kondisi fluktuatif. Saat pandemi misalnya, kolektor masih membelanjakan uangnya untuk membeli karya seni rupa sebagai tujuan investasi, tetapi saat endemi mereka lebih banyak mengalokasikan uang untuk liburan.
Oleh karena itu, salah satu strategi yang harus dilakukan galeri adalah menggunakan media sosial sebagai etalase pemajangan karya dari para seniman. Selain itu, hadirnya bursa seni yang digelar temporer juga bisa dijadikan siasat untuk mengenalkan koleksi tersebut pada khalayak luas.
Menurut Ramdhan, saat ini masih banyak kolektor yang datang ke galeri untuk melakukan transaksi penjualan karya seni. Mayoritas dari mereka biasanya datang untuk melihat karya dari seniman tertentu, yang seringkali tidak diikutkan saat art fair.
"Ketika kolektor ingin mencari karya seniman yang masih ingin dikoleksi, pasti datangnya ke galeri. Apalagi ada beberapa seniman yang eksklusif hanya bekerjasama dengan galeri-galeri tertentu," tuturnya.
Lebih lanjut, Ramdhan menjelaskan sejauh ini nilai penjualan di galeri seni juga masih stabil. Terlebih sekarang banyak interior bangunan yang memanfaatkan karya seni sebagai bagian dari estetika ruang, terutama di kalangan kelas menengah atas dan anak-anak muda di Indonesia.
Kendati begitu, dia juga menyebut bahwa penjualan di art fair kadangkala lebih besar dibanding transaksi di galeri. Hal ini menurutnya dikarenakan market art fair memiliki pangsa pasar yang lebih luas, sehingga publik yang datang juga beragam dalam mencari karya seni yang ingin dikoleksi.
"Karena koleksi kita banyak, harganya juga beragam. Range harganya dari mulai Rp10 juta sampai Rp80 juta, tergantung ukuran dan karya dari seniman siapa yang ingin dibeli," katanya.
Terpisah, Founder Srisasanti Gallery, Eddy Prakoso, mengatakan penjualan karya-karya seni di galeri juga masih signifikan, terutama untuk karya-karya kontemporer. Hal ini dikarenakan yang menjadi pelaku pasar, terutama yang membeli karya seni, baik sebagai investor dan kolektor, sekitar 60 persen didominasi oleh anak-anak muda.
Oleh karena itu, pihaknya fokus mengambil peluang dengan menjalankan manajemen seniman-seniman muda kontemporer dari lembaga pendidikan seni formal di Indonesia. "Sebagai galeri profesional bisnis, kita harus tahu pemain di pasar yang mau disasar atau menjadi target buyer kita itu siapa," katanya.
Setali tiga uang, owner D Gallerie, Esti Nurjadin mengatakan bahwa prospek pasar seni rupa juga semakin menghangat. Hal ini bisa dilihat dari maraknya pameran seni yang dihelat, dan selalu ramai didatangi publik, terutama kalangan anak-anak muda yang ingin mengapresiasi karya-karya seni rupa.
Kendati begitu, salah satu tantangan seni rupa Indonesia adalah minimnya riset dan literasi pada publik. Oleh karena itu, dia berharap ada sinergi antar berbagai lini, agar karya dari para seniman Indonesia bisa makin dikenal luas di kalangan internasional.
"Riset, baik berupa tulisan, atau kritik itu penting. Sebab akan menghasilkan diskusi. Terlebih bila dimasukkan ke jurnal internasional,"katanya.
Baca juga: Kaleidoskop 2023: Pameran Seni Rupa Penting Sepanjang 2023
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Ya, tidak hanya industri musik yang terus bergeliat, pasar seni rupa juga mulai ramai dijejali anak-anak muda yang ingin mengapresiasi karya seni. Keterlibatan Indonesia dalam ajang seni rupa di luar negeri, juga memberi warna baru dalam skena seni global.
Momen ini juga bergayung sambut dengan data Kemenparekraf, yang mencatat bahwa bidang kreatif turut berperan besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Pada 2022 misalnya, kontribusi para kreator dan para pekerja kreatif Indonesia terhadap PDB nasional mencapai Rp1134,9 triliun, dan seni rupa menyumbang 7,24 persen di dalamnya.
Baca juga: Daftar Pameran Seni Januari 2024, dari Seni Rupa hingga Arsitektur
Co Founder Gudang Gambar, Ramdhan Djuhara, menuturkan bahwa pasar seni rupa Indonesia memang cenderung cerah seiring endemi. Kendati pada 2024 juga beriringan dengan tahun politik, tetapi hal tersebut tidak akan terlalu berdampak pada penjualan karya seni, terutama di galeri-galeri seni Indonesia.
Namun, dia tidak menampik dari dari berbagai ekshibisi yang digelar, tingkat penjualannya mengalami kondisi fluktuatif. Saat pandemi misalnya, kolektor masih membelanjakan uangnya untuk membeli karya seni rupa sebagai tujuan investasi, tetapi saat endemi mereka lebih banyak mengalokasikan uang untuk liburan.
Oleh karena itu, salah satu strategi yang harus dilakukan galeri adalah menggunakan media sosial sebagai etalase pemajangan karya dari para seniman. Selain itu, hadirnya bursa seni yang digelar temporer juga bisa dijadikan siasat untuk mengenalkan koleksi tersebut pada khalayak luas.
Menurut Ramdhan, saat ini masih banyak kolektor yang datang ke galeri untuk melakukan transaksi penjualan karya seni. Mayoritas dari mereka biasanya datang untuk melihat karya dari seniman tertentu, yang seringkali tidak diikutkan saat art fair.
"Ketika kolektor ingin mencari karya seniman yang masih ingin dikoleksi, pasti datangnya ke galeri. Apalagi ada beberapa seniman yang eksklusif hanya bekerjasama dengan galeri-galeri tertentu," tuturnya.
Pengunjung mengamati karya seni di Art Jakarta 2023 di JIExpo, Jakarta, Jumat (17/11/2023). (sumber gambar Hypeabis.id/Himawan L Nugraha )
Kendati begitu, dia juga menyebut bahwa penjualan di art fair kadangkala lebih besar dibanding transaksi di galeri. Hal ini menurutnya dikarenakan market art fair memiliki pangsa pasar yang lebih luas, sehingga publik yang datang juga beragam dalam mencari karya seni yang ingin dikoleksi.
"Karena koleksi kita banyak, harganya juga beragam. Range harganya dari mulai Rp10 juta sampai Rp80 juta, tergantung ukuran dan karya dari seniman siapa yang ingin dibeli," katanya.
Terpisah, Founder Srisasanti Gallery, Eddy Prakoso, mengatakan penjualan karya-karya seni di galeri juga masih signifikan, terutama untuk karya-karya kontemporer. Hal ini dikarenakan yang menjadi pelaku pasar, terutama yang membeli karya seni, baik sebagai investor dan kolektor, sekitar 60 persen didominasi oleh anak-anak muda.
Oleh karena itu, pihaknya fokus mengambil peluang dengan menjalankan manajemen seniman-seniman muda kontemporer dari lembaga pendidikan seni formal di Indonesia. "Sebagai galeri profesional bisnis, kita harus tahu pemain di pasar yang mau disasar atau menjadi target buyer kita itu siapa," katanya.
Setali tiga uang, owner D Gallerie, Esti Nurjadin mengatakan bahwa prospek pasar seni rupa juga semakin menghangat. Hal ini bisa dilihat dari maraknya pameran seni yang dihelat, dan selalu ramai didatangi publik, terutama kalangan anak-anak muda yang ingin mengapresiasi karya-karya seni rupa.
Kendati begitu, salah satu tantangan seni rupa Indonesia adalah minimnya riset dan literasi pada publik. Oleh karena itu, dia berharap ada sinergi antar berbagai lini, agar karya dari para seniman Indonesia bisa makin dikenal luas di kalangan internasional.
"Riset, baik berupa tulisan, atau kritik itu penting. Sebab akan menghasilkan diskusi. Terlebih bila dimasukkan ke jurnal internasional,"katanya.
Baca juga: Kaleidoskop 2023: Pameran Seni Rupa Penting Sepanjang 2023
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.