Review Anatomy of a Fall, Kiat Jitu Justine Triet Membedah Hubungan Keluarga
29 January 2024 |
23:11 WIB
Satu lagi film yang layak disimak para sinefil dan moviegoers tayang di bioskop Indonesia. Anatomy of a Fall besutan sutradara Justine Triet sudah bisa disaksikan, dan menjadi tontonan awal tahun yang bermutu dengan visual yang bernas dan musik yang ciamik.
Mengambil kisah drama keluarga dan persidangan, karya ini sepintas mengingatkan penonton pada film-film tersohor dari sineas dunia. Seperti Sidney Lumet lewat film 12 Angry Men (1957), Taylor Hackford dengan The Devil's Advocate (1997), dan Noah Baumbach dengan Marriage Story (2019).
Baca juga: Review Film The Summer Holidays, Potret Potongan Kehidupan yang Menghangatkan Hati
Secara umum, kelindan narasi film ini berangkat dari kematian misterius Samuel Maleski (Samuel Theis), yang menyeret istrinya, Sandra Voiter (Sandra Huller) sebagai tersangka. Triet, sebagai penulis sekaligus sutradara, lalu secara perlahan mengajak penonton memasuki meja persidangan.
Arkian, meja hijau menjadi arena pertarungan alibi dan pembuktian Sandra bahwa dirinya tidak bersalah. Sementara itu, anaknya yang bernama Daniel (Milo Machado Graner), saksi utama dari kasus tersebut, adalah bocah tunanetra yang pertama kali menemukan mayat sang ayah bersama anjingnya, Snoop.
Nuansa ruang persidangan yang intens menjadi menu pembuka dari film berdurasi 2 jam 36 menit ini. Kesaksian terdakwa dan adu strategi antara pengacara dan jaksa penuntut, menghasilkan narasi kisah yang padat sekaligus penuh ambiguitas.
Dari segi naskah, Triet juga berhasil menyusun cerita dengan teliti, sehingga penonton laiknya sedang memahami kisah ala cerita detektif dengan plot yang kompleks. Namun, seperti koki dengan menu yang beragam, Triet justru memberi kudapan lain lewat kisah disfungsional sebuah keluarga.
Ibarat puncak gunung es, Anatomy of a Fall tidak hanya mengungkap penyebab kematian seorang guru, baik karena bunuh diri atau sengaja dibunuh. Namun, justru mengungkai kisah kehidupan pasutri yang saling terbelenggu satu sama lain, sehingga menyebabkan penderitaan tak berujung.
Kepiawaian Triet dalam mengeksekusi naskah juga patut diacungi jempol. Terutama saat dia menggunakan metode reenactment, atau reka ulang peristiwa kematian. Penggunaan musik yang diulang, dialog percakapan antara suami istri sebelum sang suami meninggal, perlahan memberi gambaran motif visual pada penonton.
Akting para pemain dalam film ini juga sangat apik. Terutama Sandra Voiter yang menampilkan gejolak psikologis, baik sebagai tersangka, istri yang suaminya baru meninggal, sekaligus seorang ibu. Tak ketinggalan, aktor cilik Milo Machado Graner, juga berhasil membawa penonton merasakan beratnya beban persidangan dan dunia pernikahan.
Berbagai fragmen dari kehidupan rumah tangga inilah yang menjadi pengikat cerita, yang tanpa sadar juga berdampak pada hubungan antara ibu-anak. Selain itu, perdebatan di ruang sidang dengan berbagai alat bukti berupa rekaman, hingga konflik terkait hak cipta buku antara suami dan istri juga turut memberi lapisan-lapisan yang mengenyangkan dari film.
Keunikan lain dari Anatomy of a Fall adalah Triet tidak memberi tahu bagaimana penyebab kematian utama dari Samuel Maleski. Namun, gaya seperti ini justru memberi kesempatan penonton untuk kembali mempertanyakan batas-batas kebenaran, baik dari dunia realitas dan fiksi, alih-alih menjadi hakim atas segala perkara.
Dengan cerita yang padat dan visual yang estetik, tidak heran jika Anatomy of a Fall berhasil menyabet penghargaan Palem Emas alias Palme d’Or pada malam puncak di Palais des Festivals et des Congrès, Prancis. Bahkan, film ini juga masuk dalam nominasi kategori Best Motion Picture of the Year di ajang Academy Awards.
Baca juga: Review Film Outfit of The Designer, Problema di Balik Kehidupan Model & Desainer
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Mengambil kisah drama keluarga dan persidangan, karya ini sepintas mengingatkan penonton pada film-film tersohor dari sineas dunia. Seperti Sidney Lumet lewat film 12 Angry Men (1957), Taylor Hackford dengan The Devil's Advocate (1997), dan Noah Baumbach dengan Marriage Story (2019).
Baca juga: Review Film The Summer Holidays, Potret Potongan Kehidupan yang Menghangatkan Hati
Secara umum, kelindan narasi film ini berangkat dari kematian misterius Samuel Maleski (Samuel Theis), yang menyeret istrinya, Sandra Voiter (Sandra Huller) sebagai tersangka. Triet, sebagai penulis sekaligus sutradara, lalu secara perlahan mengajak penonton memasuki meja persidangan.
Arkian, meja hijau menjadi arena pertarungan alibi dan pembuktian Sandra bahwa dirinya tidak bersalah. Sementara itu, anaknya yang bernama Daniel (Milo Machado Graner), saksi utama dari kasus tersebut, adalah bocah tunanetra yang pertama kali menemukan mayat sang ayah bersama anjingnya, Snoop.
Nuansa ruang persidangan yang intens menjadi menu pembuka dari film berdurasi 2 jam 36 menit ini. Kesaksian terdakwa dan adu strategi antara pengacara dan jaksa penuntut, menghasilkan narasi kisah yang padat sekaligus penuh ambiguitas.
Anatomy of a Fall, Justine Triet 2023.
— Movies At Its Own (@MoviesAtItsOwn) January 27, 2024
Masterful movie Anatomie d'une chute and magnificent Sandra Hüller!
Original story, wonderful cast and brilliant direction. It works in every possible way. Art.#anatomyofafall #anatomiedunechute #justinetriet #sandrahuller #oscars pic.twitter.com/1WDkl2XFeY
Dari segi naskah, Triet juga berhasil menyusun cerita dengan teliti, sehingga penonton laiknya sedang memahami kisah ala cerita detektif dengan plot yang kompleks. Namun, seperti koki dengan menu yang beragam, Triet justru memberi kudapan lain lewat kisah disfungsional sebuah keluarga.
Ibarat puncak gunung es, Anatomy of a Fall tidak hanya mengungkap penyebab kematian seorang guru, baik karena bunuh diri atau sengaja dibunuh. Namun, justru mengungkai kisah kehidupan pasutri yang saling terbelenggu satu sama lain, sehingga menyebabkan penderitaan tak berujung.
Kepiawaian Triet dalam mengeksekusi naskah juga patut diacungi jempol. Terutama saat dia menggunakan metode reenactment, atau reka ulang peristiwa kematian. Penggunaan musik yang diulang, dialog percakapan antara suami istri sebelum sang suami meninggal, perlahan memberi gambaran motif visual pada penonton.
Akting para pemain dalam film ini juga sangat apik. Terutama Sandra Voiter yang menampilkan gejolak psikologis, baik sebagai tersangka, istri yang suaminya baru meninggal, sekaligus seorang ibu. Tak ketinggalan, aktor cilik Milo Machado Graner, juga berhasil membawa penonton merasakan beratnya beban persidangan dan dunia pernikahan.
Berbagai fragmen dari kehidupan rumah tangga inilah yang menjadi pengikat cerita, yang tanpa sadar juga berdampak pada hubungan antara ibu-anak. Selain itu, perdebatan di ruang sidang dengan berbagai alat bukti berupa rekaman, hingga konflik terkait hak cipta buku antara suami dan istri juga turut memberi lapisan-lapisan yang mengenyangkan dari film.
Keunikan lain dari Anatomy of a Fall adalah Triet tidak memberi tahu bagaimana penyebab kematian utama dari Samuel Maleski. Namun, gaya seperti ini justru memberi kesempatan penonton untuk kembali mempertanyakan batas-batas kebenaran, baik dari dunia realitas dan fiksi, alih-alih menjadi hakim atas segala perkara.
Dengan cerita yang padat dan visual yang estetik, tidak heran jika Anatomy of a Fall berhasil menyabet penghargaan Palem Emas alias Palme d’Or pada malam puncak di Palais des Festivals et des Congrès, Prancis. Bahkan, film ini juga masuk dalam nominasi kategori Best Motion Picture of the Year di ajang Academy Awards.
Baca juga: Review Film Outfit of The Designer, Problema di Balik Kehidupan Model & Desainer
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.