Menilik Sejarah Lampion yang Jadi Ornamen Wajib saat Imlek 2024
27 January 2024 |
13:26 WIB
1
Like
Like
Like
Perayaan Imlek atau Tahun Baru China tahun ini jatuh pada 10 Februari 2024. Mendekati pergantian tahun, beberapa tempat hiburan maupun rumah hingga pusat perbelanjaan pun mulai bersolek. Salah satu yang cukup khas ditemui saat perayaan Imlek adalah lampion.
Lampion biasanya akan digantung di sejumlah titik, seperti di rumah, tempat ibadah Khonghucu, bahkan di jalan raya atau pusat keramaian. Keberadaannya tak sekadar mempercantik suasana, tetapi juga menambah semarak perayaan Tahun Baru China.
Baca juga: Nuansa Merah Nan Mewah di Koleksi Spesial Imlek 2024 dari Emas Antam hingga Bottega Veneta
Tidak hanya sekadar ornamen, lampion bagi masyarakat china rupanya memiliki sejarah dan pemaknaan yang mendalam. Menurut China Highlights, keberadaan lampion dideteksi sudah jadi budaya sejak Dinasti Han (25-220).
Ketika itu lampion digunakan untuk melapisi lampu atau penerangan pada era tersebut. Lampion juga digunakan untuk bersembahyang ke tempat peribadatan setiap tanggal 15 bulan pertama kalender lunar.
Dari peristiwa tersebut, lampion mulai akrab digunakan untuk berbagai tradisi di China. Ini juga menjadi cikal bakal Festival lampion yang hingga sekarang masih digelar. Lalu, pada era yang lebih baru, seperti Dinasti Tang (618-907), kegunaan lampion makin luas untuk keperluan kehidupan modern.
Misalnya, lampion digunakan sebagai ornamen dalam perayaan rasa syukur atas kehidupan yang damai. Pada akhirnya, lampion jadi cukup universal dan makin populer di seluruh penjuru China dan dunia.
Mengutip dari Indonesia Kaya, lampion memang menjadi salah satu ornamen yang selalu melekat pada perayan Imlek. Sejauh mata memandang, lampion kerap bergelantungan di tali-tali di sepanjang jalan menuju kelenteng.
Cahayanya yang terang membuat suasana menuju tempat peribadatan jadi makin magis. Di area sekitar klenteng, lampion biasanya menyala hingga 15 hari setelah Tahun Baru Imlek.
Keberadaan lampion memang tidak dapat dipisahkan dari tradisi masyarakat Tionghoa. Lampion adalah atribut budaya yang menandai peralihan tahun dalam penanggalan China. Bisa dibilang, Imlek terasa kurang meriah tanpa kehadiran lampion yang menghiasi sudut-sudut jalan
Namun, lampion bukan sekadar ornamen. Lampion juga menjadi wujud doa-doa yang melangit dari para penganutnya. Hal ini bisa terlihat dari beberapa lampion yang kerap kali diberi nama, terutama dari para donatur.
Lampion juga akan didoakan terlebih dahulu di kelenteng sebelum dipasang. Ini menjadi perwujuduan bahwa doa-doa maupun harapan dari penganutnya akan digantungkan kepada Sang Kuasa.
Bagi beberapa orang, lampion juga dimaknai sebagai simbol status sosial. Semakin mewah dan bagus lampion menandakan si pemilik yang berasal dari kalangan atas. Menurut Yanti Azmah Ulya dalam Makna Lampion Merah dalam Kebudayaan China di Jakarta, skripsi pada Program Studi Sastra China, Universitas Indonesia tahun 2013, kata lampion dalam Bahasa Mandarin disebut denglong. Kata ini memiliki rmakna menerangi.
Warna merah yang dipilih pada lampu-lampu lampion ini juga punya pemaknaan tersendiri. Merah kerap kali jadi warna yang melambangkan kemakmuran, kesatuan, dan rezeki. Oleh sebab itu, masyarakat Tionghoa percaya bahwa lampion yang digantung di beberapa sudut wilayah dapat memberi jalan dan menerangi rezeki penggunanya.
Bentuk lampion yang konvensional sebenarnya lebih mengarah ke bulat dengan rangka yang dibuat dari bambu. Namun, seiring perkembangan zaman, bentuk lampion kian bervariasi
Secara garis besar, lampion di Indonesia dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu lampion tradisional yang digunakan untuk perayaan Imlek. Kemudian ada juga lampion modern dengan bahan, tampilan, dan warna yang lebih bervariasi. Terakhr, ada lampion hasil akulturasi atau biasa disebut lampion daerah.
Seiring perkembangannya, jenis lampion juga tidak memiliki batasan bentuk dan berkembang menjadi lebih rumit setiap perayaannya. Misalnya, terdapat lampion yang dibuat menggunakan rangka logam dan bisa difungsikan sebagai lampu meja.
Baca juga: Sejarah Singkat Kue Keranjang yang Menjadi Makanan Khas Tahun Baru Imlek
Selain perubahan pada bentuk, fungsi lampion pun tidak lagi sebagai alat ritual semata. Lampion sudah menjadi bagian dari pelengkap sebuah interior. Banyak tempat publik seperti hotel, gedung perkantoran, tempat perbelanjaan, hingga kafe memasang lampion aksesori untuk menghadirkan atmosfer Imlek yang lebih terasa di hadapan.
Editor: Fajar Sidik
Lampion biasanya akan digantung di sejumlah titik, seperti di rumah, tempat ibadah Khonghucu, bahkan di jalan raya atau pusat keramaian. Keberadaannya tak sekadar mempercantik suasana, tetapi juga menambah semarak perayaan Tahun Baru China.
Baca juga: Nuansa Merah Nan Mewah di Koleksi Spesial Imlek 2024 dari Emas Antam hingga Bottega Veneta
Tidak hanya sekadar ornamen, lampion bagi masyarakat china rupanya memiliki sejarah dan pemaknaan yang mendalam. Menurut China Highlights, keberadaan lampion dideteksi sudah jadi budaya sejak Dinasti Han (25-220).
Ketika itu lampion digunakan untuk melapisi lampu atau penerangan pada era tersebut. Lampion juga digunakan untuk bersembahyang ke tempat peribadatan setiap tanggal 15 bulan pertama kalender lunar.
Dari peristiwa tersebut, lampion mulai akrab digunakan untuk berbagai tradisi di China. Ini juga menjadi cikal bakal Festival lampion yang hingga sekarang masih digelar. Lalu, pada era yang lebih baru, seperti Dinasti Tang (618-907), kegunaan lampion makin luas untuk keperluan kehidupan modern.
Misalnya, lampion digunakan sebagai ornamen dalam perayaan rasa syukur atas kehidupan yang damai. Pada akhirnya, lampion jadi cukup universal dan makin populer di seluruh penjuru China dan dunia.
Mengutip dari Indonesia Kaya, lampion memang menjadi salah satu ornamen yang selalu melekat pada perayan Imlek. Sejauh mata memandang, lampion kerap bergelantungan di tali-tali di sepanjang jalan menuju kelenteng.
Cahayanya yang terang membuat suasana menuju tempat peribadatan jadi makin magis. Di area sekitar klenteng, lampion biasanya menyala hingga 15 hari setelah Tahun Baru Imlek.
Keberadaan lampion memang tidak dapat dipisahkan dari tradisi masyarakat Tionghoa. Lampion adalah atribut budaya yang menandai peralihan tahun dalam penanggalan China. Bisa dibilang, Imlek terasa kurang meriah tanpa kehadiran lampion yang menghiasi sudut-sudut jalan
Namun, lampion bukan sekadar ornamen. Lampion juga menjadi wujud doa-doa yang melangit dari para penganutnya. Hal ini bisa terlihat dari beberapa lampion yang kerap kali diberi nama, terutama dari para donatur.
Lampion juga akan didoakan terlebih dahulu di kelenteng sebelum dipasang. Ini menjadi perwujuduan bahwa doa-doa maupun harapan dari penganutnya akan digantungkan kepada Sang Kuasa.
Bagi beberapa orang, lampion juga dimaknai sebagai simbol status sosial. Semakin mewah dan bagus lampion menandakan si pemilik yang berasal dari kalangan atas. Menurut Yanti Azmah Ulya dalam Makna Lampion Merah dalam Kebudayaan China di Jakarta, skripsi pada Program Studi Sastra China, Universitas Indonesia tahun 2013, kata lampion dalam Bahasa Mandarin disebut denglong. Kata ini memiliki rmakna menerangi.
Warna merah yang dipilih pada lampu-lampu lampion ini juga punya pemaknaan tersendiri. Merah kerap kali jadi warna yang melambangkan kemakmuran, kesatuan, dan rezeki. Oleh sebab itu, masyarakat Tionghoa percaya bahwa lampion yang digantung di beberapa sudut wilayah dapat memberi jalan dan menerangi rezeki penggunanya.
Bentuk lampion yang konvensional sebenarnya lebih mengarah ke bulat dengan rangka yang dibuat dari bambu. Namun, seiring perkembangan zaman, bentuk lampion kian bervariasi
Secara garis besar, lampion di Indonesia dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu lampion tradisional yang digunakan untuk perayaan Imlek. Kemudian ada juga lampion modern dengan bahan, tampilan, dan warna yang lebih bervariasi. Terakhr, ada lampion hasil akulturasi atau biasa disebut lampion daerah.
Seiring perkembangannya, jenis lampion juga tidak memiliki batasan bentuk dan berkembang menjadi lebih rumit setiap perayaannya. Misalnya, terdapat lampion yang dibuat menggunakan rangka logam dan bisa difungsikan sebagai lampu meja.
Baca juga: Sejarah Singkat Kue Keranjang yang Menjadi Makanan Khas Tahun Baru Imlek
Selain perubahan pada bentuk, fungsi lampion pun tidak lagi sebagai alat ritual semata. Lampion sudah menjadi bagian dari pelengkap sebuah interior. Banyak tempat publik seperti hotel, gedung perkantoran, tempat perbelanjaan, hingga kafe memasang lampion aksesori untuk menghadirkan atmosfer Imlek yang lebih terasa di hadapan.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.