Digitalisasi Jadi Kunci Pelaku Usaha Masa Kini, Simak Contoh Suksesnya
16 August 2021 |
09:09 WIB
Sulit dimungkiri, pandemi Covid-19 membuat transformasi digital berjalan jauh lebih cepat daripada yang diperkirakan sebelumnya. Seluruh lapisan masyarakat, termasuk generasi tua yang semula masih kesulitan, kini mulai terbiasa melakukan aktivitas sehari-harinya dengan bantuan teknologi digital.
Maka, kalian tak perlu heran melihat pekerja yang saban pagi menanti kurir datang ke kantornya mengantarkan pesanan kopi yang dipesan secara daring. Demikian halnya, dengan remaja putri yang berbelanja produk-produk fesyen tanpa perlu keluar masuk butik atau pusat perbelanjaan seperti 10 tahun lalu.
Tentunya, perubahan tersebut patut menjadi perhatian bagi para pelaku usaha, tak terkecuali usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Mau tidak mau, mereka harus bisa mengikuti arus perubahan agar usahanya tak gulung tikar akibat ditinggal oleh konsumen yang kebiasaan dan gaya hidupnya sudah berubah.
Guru Besar Ilmu Komunikasi Universitas Airlangga Henri Subiakto menilai digitalisasi adalah sesuatu yang sudah tak bisa ditawar-tawar lagi oleh para pelaku usaha, termasuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) saat ini. Terlebih di tengah kondisi pandemi Covid-19 yang memaksa masyarakat sebisa mungkin tetap berada di rumah agar tak terpapar virus.
“Orang yang menggunakan online retail atau e-commerce itu naik sampai 400%. Karena saat ini tidak semua orang berani ke pasar atau berbelanja ke toko secara langsung. Ini yang dimaksud transformasi digital berjalan lebih cepat dari yang kita bayangkan,” katanya.
Merespons perubahan kebiasaan dan gaya hidup konsumen, beberapa pelaku usaha yang punya cukup modal, tak terkecuali UMKM, menyiapkan platform digitalnya sendiri. Platform tersebut biasanya berupa situs atau aplikasi ponsel yang bisa digunakan konsumen untuk membeli produk di mana pun dan kapan pun.
Walaupun demikian, apabila diperhatikan banyak pelaku usaha itu masih tetap memanfaatkan marketplace terkemuka, alih-alih mengandalkan platform yang sudah mereka siapkan sendiri.
Menurut Henri, hal itu tak terlepas dari kemudahan dan jaminan keamanan yang ditawarkan oleh marketplace. Tak bisa ditampik, masih banyak konsumen yang meragukan keamanan transaksi jual beli di luar marketplace.
“Marketplace berperan penting menarik konsumen karena punya beragam promosi seperti [gratis] ongkos kirim, cashback, dan diskon. Marketplace juga penting untuk transaksi karena aman dan mudah digunakan,” ujarnya.
Maka dari itu, pria yang juga menjabat sebagai Staf Ahli Menteri Komunikasi dan Informatika itu menyarankan pelaku usaha, khususnya UMKM memanfaatkan platform tersebut untuk memperluas akses pasarnya.
Salah satu contoh pengembangan platform digital dan pemanfaatan marketplace yang dilakukan beriringan adalah Jumpstart.
Start-up atau perusahaan rintisan yang bergerak di bidang kuliner itu memanfaatkan mesin penjualan otomatis berbasis kecerdasan buatan (artificial inteligence/AI), situs pemesanan, dan tiga marketplace untuk memasarkan produk minuman andalannya.
Maka, kalian tak perlu heran melihat pekerja yang saban pagi menanti kurir datang ke kantornya mengantarkan pesanan kopi yang dipesan secara daring. Demikian halnya, dengan remaja putri yang berbelanja produk-produk fesyen tanpa perlu keluar masuk butik atau pusat perbelanjaan seperti 10 tahun lalu.
Tentunya, perubahan tersebut patut menjadi perhatian bagi para pelaku usaha, tak terkecuali usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Mau tidak mau, mereka harus bisa mengikuti arus perubahan agar usahanya tak gulung tikar akibat ditinggal oleh konsumen yang kebiasaan dan gaya hidupnya sudah berubah.
Guru Besar Ilmu Komunikasi Universitas Airlangga Henri Subiakto menilai digitalisasi adalah sesuatu yang sudah tak bisa ditawar-tawar lagi oleh para pelaku usaha, termasuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) saat ini. Terlebih di tengah kondisi pandemi Covid-19 yang memaksa masyarakat sebisa mungkin tetap berada di rumah agar tak terpapar virus.
“Orang yang menggunakan online retail atau e-commerce itu naik sampai 400%. Karena saat ini tidak semua orang berani ke pasar atau berbelanja ke toko secara langsung. Ini yang dimaksud transformasi digital berjalan lebih cepat dari yang kita bayangkan,” katanya.
Merespons perubahan kebiasaan dan gaya hidup konsumen, beberapa pelaku usaha yang punya cukup modal, tak terkecuali UMKM, menyiapkan platform digitalnya sendiri. Platform tersebut biasanya berupa situs atau aplikasi ponsel yang bisa digunakan konsumen untuk membeli produk di mana pun dan kapan pun.
Walaupun demikian, apabila diperhatikan banyak pelaku usaha itu masih tetap memanfaatkan marketplace terkemuka, alih-alih mengandalkan platform yang sudah mereka siapkan sendiri.
Menurut Henri, hal itu tak terlepas dari kemudahan dan jaminan keamanan yang ditawarkan oleh marketplace. Tak bisa ditampik, masih banyak konsumen yang meragukan keamanan transaksi jual beli di luar marketplace.
“Marketplace berperan penting menarik konsumen karena punya beragam promosi seperti [gratis] ongkos kirim, cashback, dan diskon. Marketplace juga penting untuk transaksi karena aman dan mudah digunakan,” ujarnya.
Maka dari itu, pria yang juga menjabat sebagai Staf Ahli Menteri Komunikasi dan Informatika itu menyarankan pelaku usaha, khususnya UMKM memanfaatkan platform tersebut untuk memperluas akses pasarnya.
Salah satu contoh pengembangan platform digital dan pemanfaatan marketplace yang dilakukan beriringan adalah Jumpstart.
Start-up atau perusahaan rintisan yang bergerak di bidang kuliner itu memanfaatkan mesin penjualan otomatis berbasis kecerdasan buatan (artificial inteligence/AI), situs pemesanan, dan tiga marketplace untuk memasarkan produk minuman andalannya.
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.