Entrepreneur Muda, Simak Nih Peluang Menumbuhkan Bisnis lewat Digitalisasi
06 September 2021 |
22:56 WIB
Pada masa-masa awal digitalisasi, pemilik bisnis yang cekatan dengan cepat mengetahui bahwa percepatan transformasi digital memberi mereka keunggulan kompetitif. Alat digital mudah diintegrasikan, terjangkau, mudah digunakan, dan hemat biaya.
Terlepas dari keuntungan penerapan digitalisasi, banyak usaha kecil tertinggal untuk ikut terjun ke dalam transformasi digital.
Pemilik bisnis yang ragu-ragu untuk merangkul digitalisasi akan kesulitan untuk bertahan dengan pesaing yang memimpin.
Transformasi digital adalah peluang berharga bagi bisnis untuk memanfaatkan teknologi sehingga mereka dapat memberikan pengalaman pengguna yang mutakhir kepada konsumen mereka.
Digitalisasi memang telah membantu bisnis untuk menyediakan layanan pelanggan yang lebih baik, lebih cepat, dan akurat daripada sebelumnya.
Chief Operation Officer LinkAja Widjayanto Djaenudin menuturukan salah satu bentuk adaptasi digitalisasi yang sedang gencar dilakukan adalah transformasi sistem pembayaran yang digunakan oleh usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).
LinkAja menganggap bahwa digitalisasi sistem pembayaran dapat membantu UMKM untuk tumbuh dan cara ini sangat relevan dengan kondisi pandemi, di mana sistem pembayaran non-tunai menjadi lebih sering digunakan.
"Integrasi LinkAja kami fokuskan di kota yang lebih kecil [tier 2 dan 3] untuk membuka akses yang lebih luas," ujarnya dalam diskusi virtual.
Selain fasilitas sistem pembayaran berbasis digital, LinkAja juga memberikan edukasi bisnis untuk pelaku UMKM dan pemberdayaan UMKM melalui mini pos system yang memberikan sistem pengelolaan kas secara digital.
Digitalisasi dari LinkAja turut mendukung perluasan bisnis dengan penerimaan pembayaran dengan QRIS, produk digital, serta mempermudah akses modal kerja.
LinkAja mencatat saat ini terdapat 13,7 juta UMKM telah menggunakan platform digital. Namun, mereka dihadapi dengan tantangan keterbatasan akses terhadap, layanan keuangan, peluang usaha baru, dan permodalan sehingga digitalisasi diharapkan mampu memberikan solusi.
Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia Filianingsih Hendarta menuturkan bahwa digitalisasi akan mendukung potensi UMKM Indonesia untuk masuk ke pangsa pasar global.
BI mencatat pertumbuhan transaksi digital dari tahun 2019-2020 bahkan disaat pandemi berkat kehadiran pemain baru seperti e-commerce, uang elektronik, dan QRIS yang bertumbuh pesat penggunaannya.
Transaksi digital banking terus tumbuh pada kuartal kedua tahun ini, mencapai Rp9,7 triliun atau meningkat sekitar 57 persen year on year. Demikian dengan uang elektronik yang mencapai Rp70,7 triliun atau pertumbuhannya sekitar 48 persen.
Digitalisasi memperluas akseptansi pasar tidak hanya lokal di mana UMKM beroperasi tapi juga memungkinkan mereka berbisnis, antar kota, antar provinsi bahkan secara global.
Sementara itu, untuk memastikan transformasi digital ini berjalan mulus, Direktur Teknologi Informasi dan Operasional Artajasa Teddy Sis Herdianto mengutarakan bahwa dibutuhkan penguasaan untuk menghindari risiko kejahatan siber.
"Begitu go digital sudah seharusnya operasional dilakukan dengan baik karena adanya ancaman kejahatan siber. Utuk itu diperlukan keamanan dan perlindungan data, baik untuk bisnis maupun konsumen," ujarnya.
Dia menambahkan perlu adanya ekosistem sistem pembayaran yang aman, andal dan terpercaya. Hal tersebut membutuhkan kontribusi bersama dari seluruh elemen dalam industri sistem pembayaran.
Editor: Fajar Sidik
Terlepas dari keuntungan penerapan digitalisasi, banyak usaha kecil tertinggal untuk ikut terjun ke dalam transformasi digital.
Pemilik bisnis yang ragu-ragu untuk merangkul digitalisasi akan kesulitan untuk bertahan dengan pesaing yang memimpin.
Transformasi digital adalah peluang berharga bagi bisnis untuk memanfaatkan teknologi sehingga mereka dapat memberikan pengalaman pengguna yang mutakhir kepada konsumen mereka.
Digitalisasi memang telah membantu bisnis untuk menyediakan layanan pelanggan yang lebih baik, lebih cepat, dan akurat daripada sebelumnya.
Chief Operation Officer LinkAja Widjayanto Djaenudin menerangkan peran LinkAja pada UMKM Indonesia. (Dok. tangkapan layar zoom)
Chief Operation Officer LinkAja Widjayanto Djaenudin menuturukan salah satu bentuk adaptasi digitalisasi yang sedang gencar dilakukan adalah transformasi sistem pembayaran yang digunakan oleh usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).
LinkAja menganggap bahwa digitalisasi sistem pembayaran dapat membantu UMKM untuk tumbuh dan cara ini sangat relevan dengan kondisi pandemi, di mana sistem pembayaran non-tunai menjadi lebih sering digunakan.
"Integrasi LinkAja kami fokuskan di kota yang lebih kecil [tier 2 dan 3] untuk membuka akses yang lebih luas," ujarnya dalam diskusi virtual.
Selain fasilitas sistem pembayaran berbasis digital, LinkAja juga memberikan edukasi bisnis untuk pelaku UMKM dan pemberdayaan UMKM melalui mini pos system yang memberikan sistem pengelolaan kas secara digital.
Digitalisasi dari LinkAja turut mendukung perluasan bisnis dengan penerimaan pembayaran dengan QRIS, produk digital, serta mempermudah akses modal kerja.
LinkAja mencatat saat ini terdapat 13,7 juta UMKM telah menggunakan platform digital. Namun, mereka dihadapi dengan tantangan keterbatasan akses terhadap, layanan keuangan, peluang usaha baru, dan permodalan sehingga digitalisasi diharapkan mampu memberikan solusi.
Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia Filianingsih Hendarta (Dok. tangkapan layar zoom)
Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia Filianingsih Hendarta menuturkan bahwa digitalisasi akan mendukung potensi UMKM Indonesia untuk masuk ke pangsa pasar global.
BI mencatat pertumbuhan transaksi digital dari tahun 2019-2020 bahkan disaat pandemi berkat kehadiran pemain baru seperti e-commerce, uang elektronik, dan QRIS yang bertumbuh pesat penggunaannya.
Transaksi digital banking terus tumbuh pada kuartal kedua tahun ini, mencapai Rp9,7 triliun atau meningkat sekitar 57 persen year on year. Demikian dengan uang elektronik yang mencapai Rp70,7 triliun atau pertumbuhannya sekitar 48 persen.
Digitalisasi memperluas akseptansi pasar tidak hanya lokal di mana UMKM beroperasi tapi juga memungkinkan mereka berbisnis, antar kota, antar provinsi bahkan secara global.
Sementara itu, untuk memastikan transformasi digital ini berjalan mulus, Direktur Teknologi Informasi dan Operasional Artajasa Teddy Sis Herdianto mengutarakan bahwa dibutuhkan penguasaan untuk menghindari risiko kejahatan siber.
"Begitu go digital sudah seharusnya operasional dilakukan dengan baik karena adanya ancaman kejahatan siber. Utuk itu diperlukan keamanan dan perlindungan data, baik untuk bisnis maupun konsumen," ujarnya.
Dia menambahkan perlu adanya ekosistem sistem pembayaran yang aman, andal dan terpercaya. Hal tersebut membutuhkan kontribusi bersama dari seluruh elemen dalam industri sistem pembayaran.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.