Kabar Duka, Sastrawan Abdul Hadi W.M. Meninggal Dunia Usia 77 Tahun
19 January 2024 |
14:57 WIB
Kabar duka menyelimuti dunia kepenulisan Indonesia. Sastrawan Abdul Hadi W.M. meninggal dunia pada hari ini, Jumat (19/1/2024). Budayawan, penyair, dan ahli filsafat bernama lengkap Abdul Hadi Wiji Muthari tersebut tutup usia pada umur 77 tahun.
Kabar kepergian Abdul Hadi pertama kali dibagikan lewat akun media sosial Universitas Paramadina. Mereka menyampaikan duka cita yang mendalam atas meninggalnya salah satu Guru Besar Fakultas Falsafah dan Peradaban di universitas tersebut.
Melalui takarir singkat, pihak universitas juga menginformasikan bahwa Abdul Hadi tutup usia dikarenakan sakit. Sang sastrawan sempat mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto.
"Telah berpulang ke rahmatullah Prof DR Abdul Hadi WM Guru Besar Fakultas Falsafah dan Peradaban Universitas Paramadina. Semoga amal ibadahnya diterima Allah SWT dan mendapat tempat terbaik di sisi-Nya," tulis Universitas Paramadina, dikutip Hypeabis.id, Jumat (19/1/2024).
Baca juga: Dunia Seni Rupa Indonesia Berduka, Maestro Lukis Suhardi Tutup Usia
Abdul Hadi W.M adalah sastrawan asal Sumenep, Madura. Dia dikenal berkat karya-karyanya yang kerap mengangkat tema sufistik dan kesusastraan Melayu Nusantara. Suara-suara sastranya juga kerap mengambil pandangan kacamata Islam dengan balutan pluralisme yang kental.
Beberapa judul populer dan penting dalam perkembangan sastra Indonesia yang ditulisnya adalah Kembali ke Akar Kembali ke Sumber: Esai-esai Sastra Profetik dan Sufistik (1999) dan Islam: Cakrawala Estetik dan Budaya (1999)
Abdul Hadi juga senang berpuisi. Beberapa buku kumpulan puisinya berhasil diterbitkan adalah Laut Belum Pasang, Madura: Luang Prabhang dan Pembawa Matahari, serta At Last We Meet Again.
Kepiawaiannya dalam hal sastra tak lepas dari perjalanan masa kecilnya. Penyair kelahiran 24 Juni 1946 ini sejak bocah telah menunjukkan ketertarikannya di dunia sastra. Kecintaannya pada dunia tulis menulis menurun dari sang ayah yang merupakan guru bahasa Jerman.
Ketika masih anak-anak, Abdul Hadi telah membaca karya-karya hebat filsuf dunia, dari Plato, Imam Gozali, hingga Sokrates. Dia juga menyukai karya-karya penyair lokal, dari Chairil Anwar hingga Amir Hamzah.
Kecintaannya pada dunia aksara terus terpupuk hingga dewasa. Abdul Hadi kemudian menekuni minatnya ini dengan melanjutkan pendidikan di Fakultas Sastra di Universitas Gadjah Mada, sebelum berganti ke filsafat. Mendiang juga sempat beralih ke Antropologi di Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran.
Setelah meraih sarjana, Abdul Hadi melanjutkan gelar master dan doktornya di Universitas Sains Malaysia. Konsentrasi yang diambil masih seputar filsafat. Dia juga sempat menjadi dosen dan mengajar di kampus tersebut. Pada 2008, Abdul Hadi kemudian pulang ke Indonesia dan menjadi Guru Besar Falsafah dan Peradaban di Universitas Paramadina.
Selain menelurkan karya pribadi, semasa hidup Abdul Hadi juga berkontribusi menyebarkan sastra-sastra dunia dengan menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia. Misalnya yang dia lakukan pada buku Rumi hingga Goethe.
Kiprahnya di dunia sastra kemudian diakui dalam berbagai penghargaan bergengsi yang pernah diraihnya. Abdul Hadi pernah menerima Anugerah Mastera dari Majelis Sastra Asia Tenggara pada 2003. Namanya juga tercatat sebagai penerima Penghargaan Satyalancana Kebudayaan Pemerintah Republik Indonesia pada 2010.
Pada 1969, Abdul Hadi memperoleh Hadiah Puisi Terbaik II Majalah Sastra Horison. Pada 1977, Abdul Hadi memperoleh Hadiah Buku Puisi Terbaik dari Dewan Kesenian Jakarta.
Baca juga: Kaleidoskop 2023: Pelaku Seni yang Tutup Usia Sepanjang Tahun, Ada Nani Wijaya & Djoko Pekik
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Kabar kepergian Abdul Hadi pertama kali dibagikan lewat akun media sosial Universitas Paramadina. Mereka menyampaikan duka cita yang mendalam atas meninggalnya salah satu Guru Besar Fakultas Falsafah dan Peradaban di universitas tersebut.
Melalui takarir singkat, pihak universitas juga menginformasikan bahwa Abdul Hadi tutup usia dikarenakan sakit. Sang sastrawan sempat mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto.
"Telah berpulang ke rahmatullah Prof DR Abdul Hadi WM Guru Besar Fakultas Falsafah dan Peradaban Universitas Paramadina. Semoga amal ibadahnya diterima Allah SWT dan mendapat tempat terbaik di sisi-Nya," tulis Universitas Paramadina, dikutip Hypeabis.id, Jumat (19/1/2024).
Baca juga: Dunia Seni Rupa Indonesia Berduka, Maestro Lukis Suhardi Tutup Usia
Abdul Hadi W.M adalah sastrawan asal Sumenep, Madura. Dia dikenal berkat karya-karyanya yang kerap mengangkat tema sufistik dan kesusastraan Melayu Nusantara. Suara-suara sastranya juga kerap mengambil pandangan kacamata Islam dengan balutan pluralisme yang kental.
Beberapa judul populer dan penting dalam perkembangan sastra Indonesia yang ditulisnya adalah Kembali ke Akar Kembali ke Sumber: Esai-esai Sastra Profetik dan Sufistik (1999) dan Islam: Cakrawala Estetik dan Budaya (1999)
Abdul Hadi juga senang berpuisi. Beberapa buku kumpulan puisinya berhasil diterbitkan adalah Laut Belum Pasang, Madura: Luang Prabhang dan Pembawa Matahari, serta At Last We Meet Again.
Kepiawaiannya dalam hal sastra tak lepas dari perjalanan masa kecilnya. Penyair kelahiran 24 Juni 1946 ini sejak bocah telah menunjukkan ketertarikannya di dunia sastra. Kecintaannya pada dunia tulis menulis menurun dari sang ayah yang merupakan guru bahasa Jerman.
Ketika masih anak-anak, Abdul Hadi telah membaca karya-karya hebat filsuf dunia, dari Plato, Imam Gozali, hingga Sokrates. Dia juga menyukai karya-karya penyair lokal, dari Chairil Anwar hingga Amir Hamzah.
Kecintaannya pada dunia aksara terus terpupuk hingga dewasa. Abdul Hadi kemudian menekuni minatnya ini dengan melanjutkan pendidikan di Fakultas Sastra di Universitas Gadjah Mada, sebelum berganti ke filsafat. Mendiang juga sempat beralih ke Antropologi di Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran.
Setelah meraih sarjana, Abdul Hadi melanjutkan gelar master dan doktornya di Universitas Sains Malaysia. Konsentrasi yang diambil masih seputar filsafat. Dia juga sempat menjadi dosen dan mengajar di kampus tersebut. Pada 2008, Abdul Hadi kemudian pulang ke Indonesia dan menjadi Guru Besar Falsafah dan Peradaban di Universitas Paramadina.
Selain menelurkan karya pribadi, semasa hidup Abdul Hadi juga berkontribusi menyebarkan sastra-sastra dunia dengan menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia. Misalnya yang dia lakukan pada buku Rumi hingga Goethe.
Kiprahnya di dunia sastra kemudian diakui dalam berbagai penghargaan bergengsi yang pernah diraihnya. Abdul Hadi pernah menerima Anugerah Mastera dari Majelis Sastra Asia Tenggara pada 2003. Namanya juga tercatat sebagai penerima Penghargaan Satyalancana Kebudayaan Pemerintah Republik Indonesia pada 2010.
Pada 1969, Abdul Hadi memperoleh Hadiah Puisi Terbaik II Majalah Sastra Horison. Pada 1977, Abdul Hadi memperoleh Hadiah Buku Puisi Terbaik dari Dewan Kesenian Jakarta.
Baca juga: Kaleidoskop 2023: Pelaku Seni yang Tutup Usia Sepanjang Tahun, Ada Nani Wijaya & Djoko Pekik
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.