Marcella Zalianty Ingin Film Lebih Masif Menyampaikan Pesan Kebudayaan
18 January 2024 |
21:28 WIB
Sosok Marcella Zalianty tak bisa lepas dari gegap gemitanya industri perfilman tanah air. Dikenal sebagai aktris sekaligus produser, wanita kelahiran Jakarta ini telah menelurkan belasan hingga puluhan karya dari kepiawaiannya berseni peran.
Lebih dari 2 dekade berkarya, Marcella pun telah merasakan asam garam dalam dunia film Indonesia. Idealisme mendorongnya selektif memilih peran dan memproduksi karya film sebagai seorang produser.
Dalam kehidupan berkariernya sebagai produser, Marcella banyak terpikat dengan film-film berunsur budaya. Bagi Marcella, Indonesia dengan begitu banyak kekayaan kultur harusnya mampu mengemas pesan-pesan budaya melalui medium film.
Dalam kunjungannya ke Bisnis Indonesia, grup Hypeabis.id, Kamis (18/1/2024), Marcella menyampaikan jika pesan terkait inspirasi, kultur, hingga spirit nasionalisme sangat menarik dikemas dalam bentuk film. Hiburan dengan sentuhan pesan budaya ini memiliki peran penting tidak hanya bagi masyarakat Indonesia, tetapi juga menjadi ajang promosi di panggung dunia.
Baca juga: Marcella Zalianty Bawa Misi Sport Wear Keberlanjutan Lewat Brand Marsh Golf
Marcella mencotohkan, misalnya kesuksesan industri kreatif Korea Selatan yang kini menjadi salah satu pemimpin industri hiburan dunia. Basis penggemar penuh loyalitas, hingga tayangan drama yang selalu membuat candu untuk ditonton merupakan bukti Korea Selatan memiliki strategi yang kuat dalam menyampaikan pesan sosial dan budaya melalui musik dan film.
Melihat pada keadaan industri film di Indonesia saat ini, pemeran Bintang Jatuh ini setuju jika Indonesia juga mengalami kemajuan dalam industri film. Itu dibuktikan dengan market share film-film Indonesia yang juga terus melesat.
Namun, itu saja tidak cukup baginya. Sebab, Marcella mengatakan jika film-film dengan capaian besar saat ini masih didominasi dari tingkat provinsi saja. “Kalau kita mau bandingkan dengan populasi di Indonesia, market share ini memperlihatkan capaian yang belum merata. Salah satu hambatannya adalah infrastruktur,” kata Marcella.
Menurut Marcella, saat ini infrastruktur film seperti bioskop masih menyasar tingkat-tingkat provinsi. Sehingga, masyarakat yang berada di daerah kabupaten dan desa memerlukan usaha lebih hanya untuk bisa menyaksikan tayangan di bioskop.
Sementara Marcella berpendapat, film bisa menjadi kunci edukasi dan pesan budaya yang harusnya dapat terakes secara merata hingga ke daerah. “Sekarang tantangannya, bagaimana film bisa diakses oleh seluruh lapisan masyarakat. Karena film bukan hanya sekedar hiburan, ada nilai-nilai besar yang terkemas secara menarik jika disampaikan melalui film,” kata Marcella.
Dari sisi pemangku kebijakan, Marcella meminta pihak pemerintah juga turut berkonsentrasi pada potensi perputaran yang yang didapat melalui pembuatan film-film asing di Indonesia. Selain mendorong insentif dan kemudahan perizinan pada pengkarya lokal, keberadaan produsen film asing harusnya menjadi ceruk lain yang bisa membuat perputaran ekonomi dari sektor ekonomi kreatif makin meningkat.
“Misalnya bisa diregulasi dengan cara mewajibkan film asing yang syuting di Indonesia 50%-nya harus menggunakan kru Indonesia atau aktor Indonesia. Ketika mereka angkat konten terkait budaya Indonesia, berikan insentif,” kata Marcella.
Begitupula dalam hal pajak, Marcella ingin agar aktor dipandang sebagai profesi yang bisa mendorong diplomasi. Produser Rectoverso ini mengharapkan jika penghasilan dari pajak perfilman bisa diatur sebagian saja untuk dikembalikan lagi ke industrinya. Ini bisa menjadi upaya dalam pengembangan sumber daya manusia dan business development di industri kreatif.
Baca juga: Menko Luhut Menilai Kenaikan Pajak Hiburan Perlu Ditunda
Editor: Puput Ady Sukarno
Lebih dari 2 dekade berkarya, Marcella pun telah merasakan asam garam dalam dunia film Indonesia. Idealisme mendorongnya selektif memilih peran dan memproduksi karya film sebagai seorang produser.
Dalam kehidupan berkariernya sebagai produser, Marcella banyak terpikat dengan film-film berunsur budaya. Bagi Marcella, Indonesia dengan begitu banyak kekayaan kultur harusnya mampu mengemas pesan-pesan budaya melalui medium film.
Dalam kunjungannya ke Bisnis Indonesia, grup Hypeabis.id, Kamis (18/1/2024), Marcella menyampaikan jika pesan terkait inspirasi, kultur, hingga spirit nasionalisme sangat menarik dikemas dalam bentuk film. Hiburan dengan sentuhan pesan budaya ini memiliki peran penting tidak hanya bagi masyarakat Indonesia, tetapi juga menjadi ajang promosi di panggung dunia.
Baca juga: Marcella Zalianty Bawa Misi Sport Wear Keberlanjutan Lewat Brand Marsh Golf
Marcella mencotohkan, misalnya kesuksesan industri kreatif Korea Selatan yang kini menjadi salah satu pemimpin industri hiburan dunia. Basis penggemar penuh loyalitas, hingga tayangan drama yang selalu membuat candu untuk ditonton merupakan bukti Korea Selatan memiliki strategi yang kuat dalam menyampaikan pesan sosial dan budaya melalui musik dan film.
Melihat pada keadaan industri film di Indonesia saat ini, pemeran Bintang Jatuh ini setuju jika Indonesia juga mengalami kemajuan dalam industri film. Itu dibuktikan dengan market share film-film Indonesia yang juga terus melesat.
Namun, itu saja tidak cukup baginya. Sebab, Marcella mengatakan jika film-film dengan capaian besar saat ini masih didominasi dari tingkat provinsi saja. “Kalau kita mau bandingkan dengan populasi di Indonesia, market share ini memperlihatkan capaian yang belum merata. Salah satu hambatannya adalah infrastruktur,” kata Marcella.
Kunjungan Marcella Zalianty ke Wisma Bisnis Indonesia (Sumber gambar: Himawan L Nugraha/Hypeabis.id)
Menurut Marcella, saat ini infrastruktur film seperti bioskop masih menyasar tingkat-tingkat provinsi. Sehingga, masyarakat yang berada di daerah kabupaten dan desa memerlukan usaha lebih hanya untuk bisa menyaksikan tayangan di bioskop.
Sementara Marcella berpendapat, film bisa menjadi kunci edukasi dan pesan budaya yang harusnya dapat terakes secara merata hingga ke daerah. “Sekarang tantangannya, bagaimana film bisa diakses oleh seluruh lapisan masyarakat. Karena film bukan hanya sekedar hiburan, ada nilai-nilai besar yang terkemas secara menarik jika disampaikan melalui film,” kata Marcella.
Dari sisi pemangku kebijakan, Marcella meminta pihak pemerintah juga turut berkonsentrasi pada potensi perputaran yang yang didapat melalui pembuatan film-film asing di Indonesia. Selain mendorong insentif dan kemudahan perizinan pada pengkarya lokal, keberadaan produsen film asing harusnya menjadi ceruk lain yang bisa membuat perputaran ekonomi dari sektor ekonomi kreatif makin meningkat.
“Misalnya bisa diregulasi dengan cara mewajibkan film asing yang syuting di Indonesia 50%-nya harus menggunakan kru Indonesia atau aktor Indonesia. Ketika mereka angkat konten terkait budaya Indonesia, berikan insentif,” kata Marcella.
Begitupula dalam hal pajak, Marcella ingin agar aktor dipandang sebagai profesi yang bisa mendorong diplomasi. Produser Rectoverso ini mengharapkan jika penghasilan dari pajak perfilman bisa diatur sebagian saja untuk dikembalikan lagi ke industrinya. Ini bisa menjadi upaya dalam pengembangan sumber daya manusia dan business development di industri kreatif.
Baca juga: Menko Luhut Menilai Kenaikan Pajak Hiburan Perlu Ditunda
Editor: Puput Ady Sukarno
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.