Kanker Payudara yang Sembuh Ternyata Bisa Kambuh Lagi, Ini Faktor Pemicunya
18 January 2024 |
21:44 WIB
Kanker payudara merupakan satu di antara penyakit yang kasus perkembangnya di Indonesia cukup pesat dan mengkhawatirkan. Berdasarkan data dari Globocan pada 2020, tercatat ada 68.858 kasus di Indonesia dengan jumlah kematian mencapai 22.000 jiwa akibat kanker payudara.
Meskipun angka kejadian kanker payudara terus meningkat di seluruh negara termasuk Indonesia, tetapi dengan kemajuan klinis dari sisi pengobatan, terapi, teknologi, dan prognosis kanker payudara yang lebih awal, menyebabkan angka mortalitas kanker payudara dapat menurun sehingga kesempatan untuk sehat akan lebih tinggi.
Namun, perjalanan menuju pemulihan dari para penyitas kanker ini tidak hanya berhenti pada pengobatan awal. Pasalnya, kanker payudara dapat kembali kambuh meskipun telah dilakukan perawatan dan pengobatan terbaik, atau yang dapat disebut sebagai kanker kedua.
Dr. Khoo Kei Siong, Konsultan Senior dan Ahli Onkologi Medis Parkway Cancer Centre mengatakan kanker yang berulang pada pasien sangat bergantung pada stadium dari kanker tersebut serta adanya faktor mutasi genetik yang dilihat berdasarkan riwayat keluarga.
Baca juga; Sadari Risiko Kanker, Yuk Pahami Cara Melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri
Misalnya saja, untuk pasien dengan stadium nol yang non invasive maka kemungkinan untuk mengalami kanker berulang akan sangat kecil, sedangkan pasien dengan stadium yang lebih tinggi dan memiliki faktor mutasi genetik maka potensi kankernya kembali kambuh akan lebih besar. Apalagi jika sel kankernya memiliki agresivitas yang tinggi yaitu kanker payudara triple negative.
“Kanker payudara triple negative ini sangat agresif dan berkembang sangat cepat sehingga memiliki kemungkinan untuk tumbuh kembali pasca operasi,” ujar dokter spesialis kanker di bidang payudara dan genekologi ini.
Menurutnya, ada dua skenario yang mungkin terjadi pada kanker berulang tersebut. Pertama, kanker lama muncul kembali karena adanya sisa jaringan di dalam tubuh dan kembali berkembang. Kedua, muncul jenis kanker baru yang tidak berhubungan dengan kanker sebelumnya.
Artinya, kanker tersebut tidak hanya terjadi pada payudara saja tetapi juga bisa muncul kanker baru yang menyerang organ tubuh lainnya mulai dari ovarium, paru-paru, liver, usus besar, tulang, kelenjar limfa, dan dalam beberapa kasus dapat menyerang otak.
Meski demikian, potensi terjadinya kanker kedua ini masih rendah. Walau terbilang cukup rendah tetapi kesadaran dan pemahaman tentang potensi kanker kedua dapat memungkinkan para penyintas untuk menyongsong masa depan dengan pengetahuan dan pemberdayaan.
Lantas hal apa saja yang memicu munculnya kanker kedua ini? Risiko rendah bukan berarti tanpa risiko. Penyebab kanker kedua dapat beragam seperti kanker pertama.
Gaya hidup: Faktor-faktor seperti merokok, kelebihan berat badan atau obesitas, dan konsumsi alkohol yang berlebihan dapat meningkatkan risiko kanker - baik Anda pernah mengidap kanker atau tidak. Genetika dan riwayat keluarga juga berperan.
Waktu: Jika diagnosis kanker pertama terjadi pada masa kanak-kanak, terdapat sedikit peningkatan risiko terkena kanker kedua, mungkin karena efek pengobatan atau kecenderungan genetik.
Pengobatan: Studi menunjukkan bahwa metode pengobatan, seperti terapi radiasi dan kemoterapi yang digunakan untuk mengobati kanker sebelumnya, dapat sedikit meningkatkan risiko kanker kedua. Terapi radiasi, misalnya, dapat meningkatkan risiko leukemia dan tumor padat.
Risiko-risiko ini berkembang dari waktu ke waktu. Leukemia yang disebabkan oleh paparan radiasi sering kali berkembang dalam beberapa tahun setelah pasien menjalani pengobatan. Setelah itu, peluang untuk mengembangkan kanker baru secara bertahap menurun. Sebaliknya, tumor padat mungkin memerlukan waktu satu dekade atau lebih untuk bermanifestasi setelah paparan radiasi.
Faktor lainnya: Risiko tumor padat juga terkait dengan usia pasien pada saat menerima terapi radiasi, dosis yang digunakan dan area yang dirawat. Beberapa organ, seperti payudara dan tiroid, tampaknya memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan kanker setelah terpapar radiasi.
Baca juga; Mitos Atau Fakta: Bra Kawat Jadi Pemicu Kanker Payudara
Editor: Puput Ady Sukarno
Meskipun angka kejadian kanker payudara terus meningkat di seluruh negara termasuk Indonesia, tetapi dengan kemajuan klinis dari sisi pengobatan, terapi, teknologi, dan prognosis kanker payudara yang lebih awal, menyebabkan angka mortalitas kanker payudara dapat menurun sehingga kesempatan untuk sehat akan lebih tinggi.
Namun, perjalanan menuju pemulihan dari para penyitas kanker ini tidak hanya berhenti pada pengobatan awal. Pasalnya, kanker payudara dapat kembali kambuh meskipun telah dilakukan perawatan dan pengobatan terbaik, atau yang dapat disebut sebagai kanker kedua.
Dr. Khoo Kei Siong, Konsultan Senior dan Ahli Onkologi Medis Parkway Cancer Centre mengatakan kanker yang berulang pada pasien sangat bergantung pada stadium dari kanker tersebut serta adanya faktor mutasi genetik yang dilihat berdasarkan riwayat keluarga.
Baca juga; Sadari Risiko Kanker, Yuk Pahami Cara Melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri
Misalnya saja, untuk pasien dengan stadium nol yang non invasive maka kemungkinan untuk mengalami kanker berulang akan sangat kecil, sedangkan pasien dengan stadium yang lebih tinggi dan memiliki faktor mutasi genetik maka potensi kankernya kembali kambuh akan lebih besar. Apalagi jika sel kankernya memiliki agresivitas yang tinggi yaitu kanker payudara triple negative.
“Kanker payudara triple negative ini sangat agresif dan berkembang sangat cepat sehingga memiliki kemungkinan untuk tumbuh kembali pasca operasi,” ujar dokter spesialis kanker di bidang payudara dan genekologi ini.
Menurutnya, ada dua skenario yang mungkin terjadi pada kanker berulang tersebut. Pertama, kanker lama muncul kembali karena adanya sisa jaringan di dalam tubuh dan kembali berkembang. Kedua, muncul jenis kanker baru yang tidak berhubungan dengan kanker sebelumnya.
Artinya, kanker tersebut tidak hanya terjadi pada payudara saja tetapi juga bisa muncul kanker baru yang menyerang organ tubuh lainnya mulai dari ovarium, paru-paru, liver, usus besar, tulang, kelenjar limfa, dan dalam beberapa kasus dapat menyerang otak.
Meski demikian, potensi terjadinya kanker kedua ini masih rendah. Walau terbilang cukup rendah tetapi kesadaran dan pemahaman tentang potensi kanker kedua dapat memungkinkan para penyintas untuk menyongsong masa depan dengan pengetahuan dan pemberdayaan.
Lantas hal apa saja yang memicu munculnya kanker kedua ini? Risiko rendah bukan berarti tanpa risiko. Penyebab kanker kedua dapat beragam seperti kanker pertama.
Gaya hidup: Faktor-faktor seperti merokok, kelebihan berat badan atau obesitas, dan konsumsi alkohol yang berlebihan dapat meningkatkan risiko kanker - baik Anda pernah mengidap kanker atau tidak. Genetika dan riwayat keluarga juga berperan.
Waktu: Jika diagnosis kanker pertama terjadi pada masa kanak-kanak, terdapat sedikit peningkatan risiko terkena kanker kedua, mungkin karena efek pengobatan atau kecenderungan genetik.
Pengobatan: Studi menunjukkan bahwa metode pengobatan, seperti terapi radiasi dan kemoterapi yang digunakan untuk mengobati kanker sebelumnya, dapat sedikit meningkatkan risiko kanker kedua. Terapi radiasi, misalnya, dapat meningkatkan risiko leukemia dan tumor padat.
Risiko-risiko ini berkembang dari waktu ke waktu. Leukemia yang disebabkan oleh paparan radiasi sering kali berkembang dalam beberapa tahun setelah pasien menjalani pengobatan. Setelah itu, peluang untuk mengembangkan kanker baru secara bertahap menurun. Sebaliknya, tumor padat mungkin memerlukan waktu satu dekade atau lebih untuk bermanifestasi setelah paparan radiasi.
Faktor lainnya: Risiko tumor padat juga terkait dengan usia pasien pada saat menerima terapi radiasi, dosis yang digunakan dan area yang dirawat. Beberapa organ, seperti payudara dan tiroid, tampaknya memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan kanker setelah terpapar radiasi.
Baca juga; Mitos Atau Fakta: Bra Kawat Jadi Pemicu Kanker Payudara
Editor: Puput Ady Sukarno
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.