Penelitian Terbaru: Main Video Game Berisiko Gangguan Pendengaran Permanen
18 January 2024 |
18:35 WIB
Bermain gim memang mengasyikkan, tetapi jika berlebihan ada risiko kesehatan yang menginai. Penelitian terbaru yang diterbitkan di British Medical Journal (BMJ) Public Health menyebut para gammer yang menghabiskan waktu berjam-jam berisiko mengalami gangguan pendengaran permanen dan tinnitus.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan International Telecommunication Union (ITU) pada 2022 lalu menerbitkan batas aman seseorang dapat mendengarkan suara tanpa menimbulkan risiko gangguan pendengaran. Jumlah waktu yang diizinkan bergantung pada volume suara, dan intensitasnya seiring waktu, serta usia pendengar.
Sebagai contoh, orang dewasa disarankan untuk mendengarkan suara 83 dB tidak lebih dari 20 jam per minggu. Untuk anak-anak, ambang batasnya bahkan lebih rendah lagi yakni 6,5 jam.
Baca juga: Hari Pendengaran Sedunia, 1,5 Miliar Anak Muda Diperkirakan Alami Gangguan Telinga
WHO menyebut suara yang dikeluarkan pada konser atau klub hiburan melebihi batas ini. Kendati demikian, pada penelitian terbaru, ditemukan bahwa bermain gim dalam waktu lama dan menonton esports juga menimbulkan risiko gangguan pendengaran permanen dan tinnitus.
Mengutip IGN, para peneliti yang mengulas 14 penelitian dan melibatkan lebih dari 50.000 orang ini mengeksplorasi aspek permainan serta suara di berbagai perangkat dan pengaturan, termasuk di konsol, seluler, dan pusat permainan komunal yang mendorong penggunaan headphone.
Salah satu studi yang dievaluasi oleh para peneliti menemukan rata-rata tingkat kebisingan headphone di tempat permainan menembak berkisar antara 88,5 dan 91,2dB. Studi lain menemukan bahwa suara impuls seperti suara tembakan mencapai 119 dB.
Makalah ini juga menemukan bahwa dalam tiga penelitian terpisah, anak laki-laki tercatat lebih sering bermain video game dibandingkan anak perempuan. Mereka bermain dalam jangka waktu yang lebih lama dan dengan volume yang lebih tinggi.
Mengutip BBC, beberapa penelitian menemukan korelasi antara bermain game dan gangguan pendengaran, sementara penelitian lain mengaitkan aktivitas tersebut dengan tinitus. Penelitian ini menggunakan kombinasi data yang dilaporkan sendiri dan tes pendengaran untuk mengevaluasi pendengaran.
Para penulis mengakui bahwa lebih banyak penelitian harus dilakukan untuk membangun hubungan yang lebih kuat antara bermain gim dan gangguan pendengaran. Mereka menambahkan bahwa dampak e-sports, wilayah geografis, jenis kelamin dan usia harus dilihat lebih dekat.
Beberapa penelitian yang mereka teliti berasal dari 1990an, ketika dunia gim belum masif seperti saat ini. Hanya dua makalah yang diterbitkan dalam 10 tahun terakhir yang secara objektif mengukur tingkat suara dari video game atau pusat permainan, yang mirip dengan arcade di Asia.
“Bukti terbatas yang ada menunjukkan bahwa bermain gim mungkin merupakan sumber umum dari mendengarkan yang tidak aman,” tulis para peneliti dalam kesimpulannya.
Baca juga: Kenali Jenis-jenis Gangguan Pendengaran & Pemicunya
Editor : Puput Ady Sukarno
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan International Telecommunication Union (ITU) pada 2022 lalu menerbitkan batas aman seseorang dapat mendengarkan suara tanpa menimbulkan risiko gangguan pendengaran. Jumlah waktu yang diizinkan bergantung pada volume suara, dan intensitasnya seiring waktu, serta usia pendengar.
Sebagai contoh, orang dewasa disarankan untuk mendengarkan suara 83 dB tidak lebih dari 20 jam per minggu. Untuk anak-anak, ambang batasnya bahkan lebih rendah lagi yakni 6,5 jam.
Baca juga: Hari Pendengaran Sedunia, 1,5 Miliar Anak Muda Diperkirakan Alami Gangguan Telinga
WHO menyebut suara yang dikeluarkan pada konser atau klub hiburan melebihi batas ini. Kendati demikian, pada penelitian terbaru, ditemukan bahwa bermain gim dalam waktu lama dan menonton esports juga menimbulkan risiko gangguan pendengaran permanen dan tinnitus.
Mengutip IGN, para peneliti yang mengulas 14 penelitian dan melibatkan lebih dari 50.000 orang ini mengeksplorasi aspek permainan serta suara di berbagai perangkat dan pengaturan, termasuk di konsol, seluler, dan pusat permainan komunal yang mendorong penggunaan headphone.
Salah satu studi yang dievaluasi oleh para peneliti menemukan rata-rata tingkat kebisingan headphone di tempat permainan menembak berkisar antara 88,5 dan 91,2dB. Studi lain menemukan bahwa suara impuls seperti suara tembakan mencapai 119 dB.
Makalah ini juga menemukan bahwa dalam tiga penelitian terpisah, anak laki-laki tercatat lebih sering bermain video game dibandingkan anak perempuan. Mereka bermain dalam jangka waktu yang lebih lama dan dengan volume yang lebih tinggi.
Mengutip BBC, beberapa penelitian menemukan korelasi antara bermain game dan gangguan pendengaran, sementara penelitian lain mengaitkan aktivitas tersebut dengan tinitus. Penelitian ini menggunakan kombinasi data yang dilaporkan sendiri dan tes pendengaran untuk mengevaluasi pendengaran.
Para penulis mengakui bahwa lebih banyak penelitian harus dilakukan untuk membangun hubungan yang lebih kuat antara bermain gim dan gangguan pendengaran. Mereka menambahkan bahwa dampak e-sports, wilayah geografis, jenis kelamin dan usia harus dilihat lebih dekat.
Beberapa penelitian yang mereka teliti berasal dari 1990an, ketika dunia gim belum masif seperti saat ini. Hanya dua makalah yang diterbitkan dalam 10 tahun terakhir yang secara objektif mengukur tingkat suara dari video game atau pusat permainan, yang mirip dengan arcade di Asia.
“Bukti terbatas yang ada menunjukkan bahwa bermain gim mungkin merupakan sumber umum dari mendengarkan yang tidak aman,” tulis para peneliti dalam kesimpulannya.
Baca juga: Kenali Jenis-jenis Gangguan Pendengaran & Pemicunya
Editor : Puput Ady Sukarno
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.