WHO Sebut Risiko Omicron Tinggi, Simak Penjelasannya!
29 December 2021 |
13:50 WIB
Sejauh ini kasus positif Covid-19 akibat varian Omicron minim angka perawatan dan tingkat kematian. Namun kondisi tersebut jangan dianggap sepele, lantaran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) justru menyebut varian baru ini tetap berisiko tinggi mengingat jumlah kasusnya terus melonjak secara global.
WHO dalam pernyataannya menyebut bukti yang konsisten menunjukkan bahwa varian Omicron memiliki kemampuan penularan lebih cepat dibandingkan dengan varian Delta. Kemampuan penularannya dua kali lipat dalam 2-3 hari hingga menyebabkan lonjakan kasus, serta menjadi varian dominan di sejumlah negara.
“Risiko keseluruhan terkait varian baru yang menjadi perhatian Omicron tetap sangat tinggi," kata badan kesehatan PBB itu dikutip dari Channel News Asia, Rabu (29/12/2021).
WHO menyebut tingkat pertumbuhan yang cepat kemungkinan merupakan kombinasi dari penghindaran kekebalan tubuh dan peningkatan transmisibilitas varian Omicron secara intrinsik.
Kendati demikian, lembaga juga menyoroti penurunan 29 persen dalam insiden kasus yang diamati di Afrika Selatan, negara yang pertama kali melaporkan varian tersebut ke WHO pada 24 November.
Data awal dari Inggris, Afrika Selatan, dan Denmark yang memiliki tingkat infeksi tertinggi di dunia saat ini, menunjukkan bahwa ada pengurangan risiko rawat inap pasien varian Omicron dibandingkan dengan Delta.
Namun, data lebih lanjut menurut WHO diperlukan untuk memahami keparahan Omicron dalam hal penanda klinis, termasuk penggunaan oksigen, ventilasi mekanis, dan kematian.
WHO juga memyampaikan perlu lebih banyak data tentang bagaimana tingkat keparahan dapat dipengaruhi oleh infeksi atau vaksinasi Covid-19 sebelumnya.
“Diharapkan juga kortikosteroid dan penghambat reseptor interleukin 6 akan tetap efektif dalam pengelolaan pasien dengan penyakit parah,” kata WHO.
Sejauh ini, WHO mengatakan bahwa antibodi monoklonal mungkin kurang mampu menetralkan varian Omicron.
Editor: Fajar Sidik
WHO dalam pernyataannya menyebut bukti yang konsisten menunjukkan bahwa varian Omicron memiliki kemampuan penularan lebih cepat dibandingkan dengan varian Delta. Kemampuan penularannya dua kali lipat dalam 2-3 hari hingga menyebabkan lonjakan kasus, serta menjadi varian dominan di sejumlah negara.
“Risiko keseluruhan terkait varian baru yang menjadi perhatian Omicron tetap sangat tinggi," kata badan kesehatan PBB itu dikutip dari Channel News Asia, Rabu (29/12/2021).
WHO menyebut tingkat pertumbuhan yang cepat kemungkinan merupakan kombinasi dari penghindaran kekebalan tubuh dan peningkatan transmisibilitas varian Omicron secara intrinsik.
Kendati demikian, lembaga juga menyoroti penurunan 29 persen dalam insiden kasus yang diamati di Afrika Selatan, negara yang pertama kali melaporkan varian tersebut ke WHO pada 24 November.
Data awal dari Inggris, Afrika Selatan, dan Denmark yang memiliki tingkat infeksi tertinggi di dunia saat ini, menunjukkan bahwa ada pengurangan risiko rawat inap pasien varian Omicron dibandingkan dengan Delta.
Namun, data lebih lanjut menurut WHO diperlukan untuk memahami keparahan Omicron dalam hal penanda klinis, termasuk penggunaan oksigen, ventilasi mekanis, dan kematian.
WHO juga memyampaikan perlu lebih banyak data tentang bagaimana tingkat keparahan dapat dipengaruhi oleh infeksi atau vaksinasi Covid-19 sebelumnya.
“Diharapkan juga kortikosteroid dan penghambat reseptor interleukin 6 akan tetap efektif dalam pengelolaan pasien dengan penyakit parah,” kata WHO.
Sejauh ini, WHO mengatakan bahwa antibodi monoklonal mungkin kurang mampu menetralkan varian Omicron.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.