Ibu Hamil Wajib Hindari Vape, Begini Dampaknya pada Janin
17 January 2024 |
07:04 WIB
Rokok elektrik seperti vape memiliki dampak negatif untuk kesehatan, tidak terkecuali pada kelompok wanita. Bahkan, risikonya terbilang cukup signifikan, terutama pada ibu hamil karena bisa berpengaruh terhadap janin yang ada di dalam kandungannya.
Spesialis Paru dari RS Universitas Airlangga dr. Alfian Nur Rosyid menerangkan vape tetap mengandung nikotin sama halnya dengan rokok. Oleh karena itu, produk ini tidak dapat dipakai untuk alternatif bagi perokok konvensional seperti kretek.
Vape bukan hanya mengandung nikotin namun juga bahan kimia lain termasuk perisa. Bahan-bahan ini berbahaya bagi paru-paru manusia karena bisa menyebabkan gejala akut jangka pendek maupun jangka panjang.
Baca juga: Survei: 25% Masyarakat Indonesia Pernah Menggunakan Vape, Tertinggi di Dunia
Dalam jangka pendek, pengguna rokok elektrik bisa mengalami batuk, sesak, iritasi tenggorokan dan saluran napas yang memudahkan infeksi. Infeksi tersebut bisa terakumulasi menjadi radang tenggorokan hingga pneumonia.
Kandungan perisa di dalam vape pun berisiko menyebabkan kerusakan mukosa saluran pernapasan dan membuat tenggorokan lebih kering apabila ditambahkan pemanis. Belum lagi kerusakan sel saraf yang responsif terhadap benda asing.
Terkait dampak jangka panjang, penelitian masih berlanjut. Untuk mendapatkan dampak jangka panjang pada rokok konvensional atau yang menggunakan tembakau saja membutuhkan waktu yang sangat lama. “Sampai saat ini kanker paru saja sifatnya potensi,” ujarnya kepada Hypeabis.id beberapa waktu lalu.
Namun yang pasti, Alfian mengimbau sebaiknya perempuan, terutama ibu hamil menghindari vape. Produk ini terbilang berbahaya karena dapat menyebabkan terjadinya risiko hamil di luar rahim (hamil ektopik). Vape juga dapat mengganggu aliran oksigen pada ibu hamil yang dapat berpengaruh pada janin.
Dia menyebut pasokan oksigen untuk janin di dalam kandungan ibu bisa terganggu dan berdampak pada pertumbuhannya. Oleh karena pertumbuhan organ janin terganggu, bayi bisa lahir cacat. Bayi juga berisiko lahir dengan berat badan rendah karena kurangnya asupan makanan pada ibu hamil yang menggunakan vape.
“Ibu hamil yang menggunakan vape selera makannya turun, gizinya jadi tidak mencukupi, bayi bisa lahir dengan berat badan rendah,” jelas Alfian.
Selain itu, bayi bisa saja mengalami bronkiolitis atau peradangan pada saluran udara kecil apabila terpajan dari asap vape. “Pada kondisi yang ekstrim, bisa terjadi kematian janin dalam kandungan,” tegasnya.
Oleh karena itu, Alfian mengimbau agar para wanita terutama ibu hamil sebaiknya menghindari vape maupun rokok demi kesehatan dan orang tercinta. Bagi mereka yang baru saja berhenti menggunakan vape, dia menyarankan agar melakukan kegiatan fisik seperti berolahraga dan aktif bersosialisasi untuk meningkatkan endorfin, yang menjadi alasan orang membutuhkan vape atau rokok.
Baca juga: Peringatan WHO soal Bahaya Laten di Balik Candu Vape Anak-anak Muda
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Spesialis Paru dari RS Universitas Airlangga dr. Alfian Nur Rosyid menerangkan vape tetap mengandung nikotin sama halnya dengan rokok. Oleh karena itu, produk ini tidak dapat dipakai untuk alternatif bagi perokok konvensional seperti kretek.
Vape bukan hanya mengandung nikotin namun juga bahan kimia lain termasuk perisa. Bahan-bahan ini berbahaya bagi paru-paru manusia karena bisa menyebabkan gejala akut jangka pendek maupun jangka panjang.
Baca juga: Survei: 25% Masyarakat Indonesia Pernah Menggunakan Vape, Tertinggi di Dunia
Dalam jangka pendek, pengguna rokok elektrik bisa mengalami batuk, sesak, iritasi tenggorokan dan saluran napas yang memudahkan infeksi. Infeksi tersebut bisa terakumulasi menjadi radang tenggorokan hingga pneumonia.
Kandungan perisa di dalam vape pun berisiko menyebabkan kerusakan mukosa saluran pernapasan dan membuat tenggorokan lebih kering apabila ditambahkan pemanis. Belum lagi kerusakan sel saraf yang responsif terhadap benda asing.
Terkait dampak jangka panjang, penelitian masih berlanjut. Untuk mendapatkan dampak jangka panjang pada rokok konvensional atau yang menggunakan tembakau saja membutuhkan waktu yang sangat lama. “Sampai saat ini kanker paru saja sifatnya potensi,” ujarnya kepada Hypeabis.id beberapa waktu lalu.
Namun yang pasti, Alfian mengimbau sebaiknya perempuan, terutama ibu hamil menghindari vape. Produk ini terbilang berbahaya karena dapat menyebabkan terjadinya risiko hamil di luar rahim (hamil ektopik). Vape juga dapat mengganggu aliran oksigen pada ibu hamil yang dapat berpengaruh pada janin.
Perempuan sedang menggunakan vape (Sumber gambar: Unsplash/Romain B)
“Ibu hamil yang menggunakan vape selera makannya turun, gizinya jadi tidak mencukupi, bayi bisa lahir dengan berat badan rendah,” jelas Alfian.
Selain itu, bayi bisa saja mengalami bronkiolitis atau peradangan pada saluran udara kecil apabila terpajan dari asap vape. “Pada kondisi yang ekstrim, bisa terjadi kematian janin dalam kandungan,” tegasnya.
Oleh karena itu, Alfian mengimbau agar para wanita terutama ibu hamil sebaiknya menghindari vape maupun rokok demi kesehatan dan orang tercinta. Bagi mereka yang baru saja berhenti menggunakan vape, dia menyarankan agar melakukan kegiatan fisik seperti berolahraga dan aktif bersosialisasi untuk meningkatkan endorfin, yang menjadi alasan orang membutuhkan vape atau rokok.
Baca juga: Peringatan WHO soal Bahaya Laten di Balik Candu Vape Anak-anak Muda
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.