Lukisan berjudul All of My Hopes karya Budi Ubrux (sumber gambar Hypeabis.id/Prasetyo Agung Ginanjar)

Respon Kisah Wong Cilik, Budi Ubrux Gelar Pameran Ratu Adil di Bentara Budaya Jakarta

12 January 2024   |   08:00 WIB
Image
Prasetyo Agung Ginanjar Jurnalis Hypeabis.id

Kisah tentang Ratu Adil sudah muncul dalam benak rakyat sejak zaman lampau. Narasi ini lazimnya mencuat saat kehidupan rakyat sedang berada dalam momen sulit, masa depan yang serba tidak menentu, dan hidup yang tidak adil bagi wong cilik.

Ratu Adil, atau sebagai Satrio Piningit, adalah tokoh dalam mitologi Jawa yang dipercaya akan membawa kesejahteraan. Tokoh ini juga sering dihubungkan dengan ramalan atau keyakinan bahwa kelak sang Messiah akan mengakhiri ketidakadilan.

Seniman asal Yogyakarta, Budi Ubrux pun mencoba merespon narasi tersebut lewat pameran bertajuk Ratu Adil di Bentara Budaya Jakarta pada 12-18 Januari 2024. Berkolaborasi dengan Sindunata, sang seniman mencoba menafsirkan hasil disertasi penulis senior itu tentang konsep Ratu Adil.

Disertasi yang kini dibukukan dengan judul Ratu Adil: Ramalan Jayabaya & Sejarah Perlawanan Wong Cilik (2024) direspon oleh Budi Ubrux dengan puluhan lukisan. Secara umum, karya-karya tersebut menginterpretasi perjuangan orang-orang kecil, atau kalangan akar rumput.

Baca juga: Menikmati Karya Seni Berukuran Mini di Pameran All The Small Things
 
 

Kurator pameran, Agus Noor, mengatakan, karya-karya terbaru bertema Ratu Adil menandai babak baru artistik Budi Ubrux setelah periode koran-koran. Sebelumnya, seniman bernama asli Budi Haryono itu memang populer sebagai pelukis lukisan koran.

"Saya kira, ini patut mendapat catatan dan perhatian khusus. Sebab, tak gampang untuk berubah bagi seniman yang telah establish dengan satu gaya tertentu. Butuh keberanian untuk keluar dari kerutinan gagasan," kata Agus Noor.

Uniknya, proses keluar dari zona nyaman ala Budi Ubrux itu juga terjadi karena ditantang oleh Sindhunata. Penulis Anak Bajang Menggiring Angin (1983) itu, memang tidak ingin karya doktoralnya hanya menjadi buku ilmiah yang normatif, tanpa sentuhan seni.

Dari sinilah kemudian terejawantah puluhan drawing dan lukisan, yang mencitrakan imaji rakyat terkait munculnya sang juru selamat. Hal itu misalnya, terepresentasi lewat lukisan-lukisan seperti All of My Hopes, The Fifth Horseman, The Boat Emancipation And Hope, The Eagle Watchmen, Greeting to Fertile Lands and Marhaen the Farmer, dan sebagainya.
 

Lukisan berjudul Greeting to Fertile Lands and Marhaen the Farmer karya Budi Ubrux (sumber gambar Hyepabis.id/ Prasetyo Agung Ginanjar)

Lukisan berjudul Greeting to Fertile Lands and Marhaen the Farmer karya Budi Ubrux (Sumber gambar Hyepabis.id/ Prasetyo Agung Ginanjar)

Total, terdapat lebih dari 40 drawing, serta 8 lukisan berukuran 2x4 meter yang dipacak dalam pameran ini. Bagi Budi Ubrux, karya tersebut juga menjadi semacam sekuel yang menggambarkan tentang perubahan zaman, harapan, perlawanan, dan pergulatan batin dan nasib wong cilik tentang Ratu Adil.

Budi Ubrux sendiri mengaku bersemangat untuk berkolaborasi dengan Sindhunata. Dia merasa tertantang untuk sungguh-sungguh mendalami kisah-kisah dari buku dan kemudian menggambarkannya dalam lukisan atau drawing, sesuai dengan penafsiran dan imajinasinya terhadap kisah tekstual dari buku.
 
"Untungnya, Romo Sindhu memberi saya kebebasan untuk berimajinasi tentang konsep Ratu Adil. Banyak bab memang, dalam buku tersebut yang mengisahkan tentang sejarah perlawanan wong cilik, bahkan sejak zaman kolonial," kata Budi Ubrux.

Budi Ubrux merupakan seniman asal  Yogyakarta dengan nama asli Budi Haryono. Dia merupakan putra pertama dari tiga bersaudara yang lahir pada Minggu Wage, 22 Desember 1968 di Desa Terong, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Seniman ini menempuh pendidikan dasar dan menengah pertama di desanya serta pendidikan menengah atas di Kota Yogyakarta. Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR) Yogyakarta menjadi pilihannya. Di SMSR itulah Budi Haryono memperoleh identitasnya yang kemudian terkenal sebagai nama ‘kerennya’, Budi Ubrux.

Budi merintis karier sebagai seniman dengan bekerja di Sanggar Seniman Merdeka, kemudian antara 1995-2001 bekerja di diskotik SH, di Zurich, Swiss. Sambil bekerja, dia  juga  sempat berpameran tunggal di Kota Baden dengan gaya melukisnya yang khas. 

Sejak 1998, Budi juga merintis lukisan koran, yang akhirnya diikutkan pada kompetisi seni lukis Philip Morris Art Award dan berhasil menjadi juara umum. Semenjak itu Ubrux mulai dikenal sebagai pelukis koran, yang hingga kini telah mengikuti berbagai perhelatan besar di Asia, Eropa, dan Australia. 

Baca juga: Daftar Pameran Seni Januari 2024, dari Seni Rupa hingga Arsitektur

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

Sunset di Kebun 2024 Ajak Gen Z Sadar Lingkungan Lewat Konser Intimate

BERIKUTNYA

Resep Gohyong Ayam Viral, Perpaduan Kuliner Betawi & Tionghoa yang Legendaris

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: