7 Teknologi 2023 yang Diklaim Bisa Atasi Krisis Iklim
29 December 2023 |
21:30 WIB
4. Kelembaban Udara Jadi Listrik
Disebut Electric Skin, proyek ini menciptakan biomaterial bertenaga mandiri untuk perangkat elektronik yang memanfaatkan sifat konduktif listrik dari bakteri penghuni lumpur yang dikenal sebagai Geobacter sulfurrenducens . Secara khusus, kawat nano protein bakteri dapat menghasilkan listrik dari kelembapan lingkungan udara.Nah, para ilmuwan telah mengekstraksi DNA bakteri tersebut dan memasukkannya ke dalam E. coli untuk produksi. Guna menciptakan sumber listrik, tim menempatkan kawat nano yang dipanen dari E. coli ke dalam biomaterial yang dapat dibuat kompos untuk membuat membran fleksibel dan bertekstur yang dapat memberi daya pada perangkat elektronik dari udara dan air.
5. Ubin Daur Ulang Pengatur Panas dan Kelembapan
Plastik yang tidak dapat didaur ulang berdampak pada perubahan iklim di India selatan. Para ilmuan kemudian mengembangkan Wastly Roof Tiles yang bertujuan untuk menggantikan genteng konvensional dengan genteng yang terbuat dari bahan daur ulang dan dapat menurunkan suhu dalam ruangan. Ubin ini dibuat dengan merobek dan melelehkan plastik berlapis-lapis, ringan, dan tahan air, serta dapat memantulkan panas. Proyek ini terinspirasi oleh kriosfer, bagian es di Bumi yang mengatur suhu planet. Produk ini akhirnya menggabungkan perpaduan warna biru dan putih.
6. Pengganti Polistiren
Carbon Cell adalah busa mengembang yang dapat terbiodegradasi yang terbuat dari biochar, kombinasi rahasia bahan biologis yang berasal dari sisa makanan, kemudian dicampur dan diperluas menggunakan proses manufaktur yang dipatenkan. Prosesnya mirip dengan cetakan injeksi dan memungkinkan berbagai bentuk dan ukuran dapat dibentuk dengan cepat. Para ilmuwan di balik teknologi ini pada akhirnya ingin menggantikan polistiren, yang menurut mereka beracun dan berbahaya bagi lingkungan.
7. Pemantau Bencana Alam Secara Real-time
Para ahli teknologi mengembangkan NatCat yang menggunakan citra satelit, penginderaan jarak jauh, dan pembelajaran mesin untuk menilai risiko bahaya alam di berbagai lokasi. Dengan demikian, alat ini dapat membantu mengurangi risiko bahaya bagi mereka yang tinggal di wilayah rawan. Alat ini menghasilkan penilaian risiko untuk lokasi mana pun di dunia, terlepas dari ketersediaan data lokal. NatCat juga dapat menggunakan data perubahan iklim untuk memproyeksikan frekuensi dan intensitas beberapa bencana alam di masa depan.
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.