Investor Ungkap Peluang Startup 2024, Sektor Ini Jadi Incaran
19 December 2023 |
10:05 WIB
Para investor memiliki arah baru dalam memberikan pendanaan terhadap startup atau perusahaan rintisan. Mereka kini melihat sektor-sektor yang dianggap fundamental, di samping mempertimbangkan kreativitas, inovasi, visi, dan misi yang jelas.
Baca juga: Pakar Ungkap Biang Keladi Startup Banyak yang Gulung Tikar pada 2023
Bendahara Modal Ventura Indonesia Edward Ismawan Wihardja menyebut para investor saat ini sudah meninggalkan perusahaan rintisan yang terlalu banyak bakar budget untuk marketing dan tidak fokus ke profitability. Trennya lebih mengarah kepada startup yang berusaha mengubah bisnis modelnya dan mereka yang memperkuat bisnis fundamental atau konvensional seperti agrikultur, akuakultur, dan logistik.
“Itu masih banyak dilirik investor, di luar beberapa sektor lain yang memang masih blue ocean, belum pernah dikembangkan startup atau startup baru melihat bahwa di ceruk pasar ini yang harus dimasukin, itu tetap akan dilirik oleh para investor,” ungkapnya kepada Hypeabis.id.
Baca juga: Pakar Ungkap Biang Keladi Startup Banyak yang Gulung Tikar pada 2023
Bicara bisnis sektor fundamental atau konvensional, jika dibandingkan desain bisnis model yang didanai oleh modal ventura atau startup dengan bisnis model sama tetapi tidak di funding modal ventura, ternyata menurut Edward transaksinya masih bagus. Perusahaan ini sejak awal ternyata memiliki kemampuan profitabilitas.
“Jadi VC ke depan, mereka harus melihat misalnya ceruk pasar yang seakan-akan bisnisnya konvensional. Mereka mesti perhatikan bisnis model ini. Kalau kita melakukan disruption dengan teknologi apakah angle-nya cocok atau tidak,” sarannya saat ditanya peluang startup pada 2024.
Kendati demikian, para investor tetap selalu melihat dari sejarah pertumbuhan bisnis termasuk sektor fundamental. Apabila pertumbuhan perusahaan hanya linier, tidak ada terobosan yang membuatnya menjadi eksponensial, menurutnya akan berbahaya bagi para modal ventura.
Pasalnya kata Edward, meskipun startup itu terlihat sehat, tetapi dari kacamata investasi, saham atau ekuitasnya tidak bisa liquid karena tidak ada investor lain mau membeli saham perusahaan tersebut. Sementara itu, dia berpendapat perusahaan rintisan baru atau startup kecil masih tetap dipantau para investor.
Di sisi lain, Pakar Marketing dari Managing Partner Inventure Yuswohady menyampaikan untuk startup tua atau yang berusia sekitar 10 tahun seperti media, e-commerce, dan transportasi, bisnisnya sudah agak berat. Menurutnya, akan terjadi pergeseran animo masyarakat dan investor pada perusahaan rintisan yang menggunakan teknologi baru seperti artificial intelligence (AI).
“Yang lama, ada yang rontok, ada yang terlanjur jadi unicorn akan tetap survive, tetapi yang berat second layer, pemain pinggiran, tinggal tunggu waktu akan rontok,” ujarnya memprediksi tren startup 2024.
Kemudian, startup yang menjalankan model business to business (B2B) juga akan survive, ketimbang yang B2C karena harus menjangkau jutaan konsumen dan memiliki risiko lebih tinggi. Yuswohady menyebut startup yang menjalankan bisnis B2C juga lebih banyak bakar duit seperti memberi insentif atau diskon untuk menggaet konsumen baru.
Ketika berhasil menggaet konsumen, tentu menuritnya akan menaikkan valuasi dan modal investor akan masuk lagi. Namun, jika startup tersebut tidak berhasil mengumpulkan konsumen dan value tidak naik, maka investasi akan seret.
Menurut Yuswohady tahun depan bukan lagi era bakar duit dan growth orientation. Investor lebih mempertimbangkan profit. Nah, jika sudah bicara profit, maka pembiayaan menjadi penting.
Kemudian, bagi startup baru harus pintar mencari area bisnis baru yang lagi hot di dunia seperti AI dan blockchain. “Orientasi growth masih memungkinkan gak mesti profit karena teknologi masa depan,” prediksinya.
Yuswohady menyebut AI telah menjangkau segala aspek kehidupan. Popularitasnya meningkat berkat keberhasilan chat GPT. “Makanya investor tertarik. Sampai 3 tahun ke depan masa-masa untuk startup berbasis AI akan banyak tumbuh,” sebutnya.
Tantangan Usaha
Public Relation Senior Manager Tiket.com Sandra Darmosumarto menyebut pelaku usaha di industri pariwisata tentu menyiapkan diri dalam merespon berbagai situasi di masa depan. Sebagai Online Travel Agent (OTA) dengan fokus customer-centric, pihaknya berkomitmen untuk mendukung pertumbuhan industri pariwisata dan mengakselerasi tingkat kunjungan wisatawan, baik domestik maupun internasional, di berbagai destinasi wisata. “Kami berupaya untuk terus menghadirkan inovasi-inovasi yang relevan dengan kebutuhan wisata customer,” sebutnya.
Sebagai salah satu startup di sektor pariwisata, pihaknya akan terus berkontribusi mendorong pemulihan dan pertumbuhan industri pariwisata di Indonesia. Salah satunya dengan menghadirkan promo-promo yang dapat membantu konsumen merencanakan perjalanan dengan aman, nyaman, hemat, serta meningkatkan traffic pengunjung bagi mitra.
Baca juga: Wow, 11 Startup Indonesia Masuk Daftar 100 Forbes Asia 100 to Watch 2023
Baca juga: Wow, 11 Startup Indonesia Masuk Daftar 100 Forbes Asia 100 to Watch 2023
Sandra menyebut pihaknya juga terus membuka diri dan mengeksplorasi berbagai peluang kerja sama dengan berbagai mitra untuk terus memperkuat layanan dan produk yang telah ada saat ini dengan menyediakan ragam produk yang lebih luas dari sisi transportasi, akomodasi, event hingga atraksi wisata, termasuk berkolaborasi dengan pemerintah.
Editor : Fajar Sidik
Editor : Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.