Ilustrasi startup. (Sumber gambar : Freepik/Rawpixel)

Pakar Ungkap Biang Keladi Startup Banyak yang Gulung Tikar pada 2023

19 December 2023   |   07:43 WIB
Image
Desyinta Nuraini Jurnalis Hypeabis.id

Perusahaan rintisan atau startup tengah berjuang di tengah persaingan dan kondisi ekonomi yang fluktuatif akibat berbagai persoalan yang menjeratnya. Banyak yang mengatur ulang strategi, mengetatkan ikat pinggang, dan tidak sedikit pula memutuskan gulung tikar. Terbaru, Pegipegi, perusahaan pemesanan tiket dan penginapan secara daring yang menutup layanannya pada 11 Desember 2023. 
 
Jika melihat momentum pada penghujung tahun, seharusnya layanan pemesanan tiket dan penginapan daring dalam kondisi terbaiknya untuk mengumpulkan cuan mengingat animo masyarakat yang besar untuk berlibur. Namun siapa sangka, PT Go Online Destinations (Pegipegi) lebih memilih menutup usahanya.

Baca juga: Dicari! Startup Bidang Pertaniam Untuk Mendapat Pendanaan dan Mentoring
 
Pakar Marketing dari Managing Partner Inventure Yuswohady berpendapat tutupnya Pegipegi karena masalah daya tahan. Secara umum investor makin seret karena krisis pandemi Covid-19, perang Ukraina, ditambah invasi militer Israel. Kondisi ini membuat perekonomian global kurang bagus alhasil investor tidak berani mengambil risiko dan membuat seri pendanaan menjadi sulit. 
 
Sementara itu, usaha penerbangan pun banyak yang terpangkas operasionalnya karena pandemi. Ketersediaan pesawat yang minim membuat harga pesawat naik, sehingga permintaan menurun. Dari sisi akomodasi, banyak masyarakat yang langsung melakukan pemesanan ke aplikasi yang dimiliki hotel secara langsung.

"Pegipegi fokus banyak di pemesanan tiket pesawat sama hotel. Traveloka portfolio banyak sehingga bisa lebih fleksibel, di samping seri pembiayaannya lebih besar,” ujarnya kepada Hypeabis.id beberapa waktu lalu.
 
Bendahara Modal Ventura Indonesia Edward Ismawan Wihardja Dia berpandangan ada sejumlah kemungkinan kenapa startup perjalanan ini menutup bisnisnya. Misalnya, Pegipegi memiliki common investor dengan Traveloka. Alhasil para investor berpandangan daripada pendanaan overlap atau tumpang tindih, lebih baik disatukan saja untuk bisa meringankan beban opex atau biaya operasional.
 
“Detailnya saya nggak tau, tetapi kalau saya melihat secara general dari kacamata investor, di mana investor memiliki dua perusahaan yang bisnisnya overlap tentunya dia ingin melakukan konsolidasi,” ujarnya kepada Hypeabis.id beberapa waktu lalu.
 
Kendati demikian, secara umum startup sejak akhir 2021 sudah diperingati akan adanya market correction dan bersiap melakukan runway. Kondisi ini ternyata masih berlanjut hingga 2023 sehingga banyak perusahaan rintisan yang melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) hingga menutup usaha. 
 
“Ini imbas dari market correction sejak akhir 2021 dimana saham-saham tech besar, khususnya yang publik, lagi banyak yang turun,” tutur Edward.
 
Modal ventura sebagai privat company tentunya mengukur valuasi berdasarkan benchmark yakni public company atau perseroan terbatas. Apabila usaha public company itu rontok, tentu akan berimbas pada perusahaan privat ini. 
 
Imbas ini kata Edward akhirnya juga mengarah ke para investor sehingga mereka tidak bisa mempertahankan report dari financial return mereka, sesuai dengan yang mereka dapatkan pada masa awal investasi. 

Baca juga: Wow, 11 Startup Indonesia Masuk Daftar 100 Forbes Asia 100 to Watch 2023

“Seperti domino, efek ini terjadi. Jadi kita lihat sampai sekarang memang belum kembali, khususnya saham-saham yang privat sektor yang di tech, yang memang seriesnya sudah B atau ke atas, atau sudah growth,” jelasnya. 

Editor: Fajar Sidik 
 

SEBELUMNYA

Sinopsis Like Flowers In Sand, Jang Dong Yoon Jadi Atlet Gulat Ssireum

BERIKUTNYA

Anak Muda Simak, Begini Cara Menyusun Rencana Keuangan untuk Naik Haji

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: