Penurunan Titer Antibodi Disebut Jadi Biang Keladi Naiknya Kasus Covid-19
11 December 2023 |
16:58 WIB
Pemerintah dan pemangku kebijakan di Indonesia terus mendorong mitigasi terkait kewaspadaan Covid-19 imbas melonjaknya kasus di Singapura. Sebab, negara tetangga Indonesia itu telah menerima 22.094 kasus terkonfirmasi dalam rentang periode 20-26 November 2023.
Angka tersebut meningkat 2 kali lipat jika dibandingkan dengan periode sebelumnya dengan jumlah 10.726 kasus. Dengan adanya lonjakan kasus di negeri Merlion tersebut, Indonesia juga mulai meningkatkan kewaspadaan terkait kasus Covid-19.
Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Adib Khumaidi menjelaskan, saat ini Indonesia menerima peningkatan kasus terkonfirmasi. “Yang banyak memang kasus bergejala ringan, tapi ini harus tetap jadi perhatian khusus,” katanya dalam konferensi pers IDI tentang Perkembangan Kasus Covid terbaru di Indonesia.
Baca juga: IDI Soroti Rendahnya Angka Vaksinasi Booster Indonesia di Tengah Merebaknya Covid-19 di Singapura
Adib menyambung, momen meningkatnya kasus Covid-19 di Singapura saat ini menjadi pengingat pentingnya kembali menerapkan protokol kesehatan, yang merupakan modal utama dalam memerangi masa pandemi Covid-19 lalu.
"Penerapan dan peningkatan kesadaran perilaku hidup bersih dan sehat dapat kembali dilakukan masyarakat, khususnya bagi individu dengan komorbid tertentu yang juga perlu perhatian khusus," imbuhnya.
Ketua Satgas Covid PB IDI Erlina Burhan menyebutkan, Indonesia telah menerima konfirmasi Covid-19 mencapai 151 kasus per periode 20-26 November 2023. Angka tersebut naik 3 kali lipat dari periode 2-8 Oktober dengan jumlah 65 kasus. Meski mengalami kenaikan, Indonesia belum mencatat laporan rawat inap akibat Covid-19 di fasilitas kesehatan masyarakat.
“Ada 2 pasien di RSUD dr. Soetomo Surabaya dari periode Oktober hingga November 2023, sementara di Jawa Barat dilaporkan jika bed occupancy rate-nya kurang dari 3%,” jelas Erlina.
Varian EG.5 yang ditengarai menjadi penyebab utama maraknya kasus Covid-19 di Singapura juga kini menjadi perhatian khusus bagi IDI. Sebab, laporan Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID) menyebutkan kasus dari subvarian Omicron ini suda ditemukan di Indonesia sejak Juni 2023.
“Dari Juni hingga Agustus 2023, data GISAID menyebut varian EG.5 di Indonesia sudah mencapai 20%,” kata Erlina.
Otoritas Kesehatan Singapura pun menyebut jika lonjakan kasus di Singapura saat ini didominasi oleh varian EG.5 dan HK.3 hingga kisaran 70%. Erlina menyambung, saat ini sekitar 89 negara telah melaporkan kasus Covid-19 akibat subvarian EG.5 dengan persentase penyebaran tertinggi terjadi di Amerika Serikat dengan capaian 24,8%.
Virus ini disebut memiliki gejala ringan seperti varian Omicron pada umumnya. Namun, gejala berat mungkin dirasakan bagi pasien Covid-19 dengan komorbid dan kelompok rentan, misalnya kondisi imunokompromais dan lansia.
Faktor mobilitas masyarakat yang tinggi menjelang momentum libur panjang akhir tahun disinyalir membuat kasus Covid-19 di Singapura membludak. Selain itu, protokol kesehatan juga disebut sudah longgar dengan minimnya penerapan penggunaan masker dan pola hidup bersih dan sehat.
“Melihat kondisi saat ini, kami menghimbau masyarakat mulai kembali beradaptasi dengan kebiasaan menggunakan masker dan menerapkan hidup sehat,” tegas Erlina.
Erlina juga menyoroti adanya kemungkinan fungsi vaksin Covid-19 yang telah menurun mendorong risiko merebaknya kasus. Menurutnya, secara teori, ada kemungkinan titer antibodi melemah setelah 6-12 bulan.
Oleh sebab itu, IDI menyarankan vaksinasi booster disegerakan untuk kelompok rentan. Sebab, Indonesia masih mencatat angka vaksinasi booster yang tergolong rendah dengan persentase 38,17% untuk vaksinasi booster pertama, dan berkisar 2% saja untuk vaksinasi booster kedua.
Baca juga: Waspada Varian Covid-19 Eris, Faktor Penyebab & Gejala-gejalanya
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Angka tersebut meningkat 2 kali lipat jika dibandingkan dengan periode sebelumnya dengan jumlah 10.726 kasus. Dengan adanya lonjakan kasus di negeri Merlion tersebut, Indonesia juga mulai meningkatkan kewaspadaan terkait kasus Covid-19.
Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Adib Khumaidi menjelaskan, saat ini Indonesia menerima peningkatan kasus terkonfirmasi. “Yang banyak memang kasus bergejala ringan, tapi ini harus tetap jadi perhatian khusus,” katanya dalam konferensi pers IDI tentang Perkembangan Kasus Covid terbaru di Indonesia.
Baca juga: IDI Soroti Rendahnya Angka Vaksinasi Booster Indonesia di Tengah Merebaknya Covid-19 di Singapura
Adib menyambung, momen meningkatnya kasus Covid-19 di Singapura saat ini menjadi pengingat pentingnya kembali menerapkan protokol kesehatan, yang merupakan modal utama dalam memerangi masa pandemi Covid-19 lalu.
"Penerapan dan peningkatan kesadaran perilaku hidup bersih dan sehat dapat kembali dilakukan masyarakat, khususnya bagi individu dengan komorbid tertentu yang juga perlu perhatian khusus," imbuhnya.
Ketua Satgas Covid PB IDI Erlina Burhan menyebutkan, Indonesia telah menerima konfirmasi Covid-19 mencapai 151 kasus per periode 20-26 November 2023. Angka tersebut naik 3 kali lipat dari periode 2-8 Oktober dengan jumlah 65 kasus. Meski mengalami kenaikan, Indonesia belum mencatat laporan rawat inap akibat Covid-19 di fasilitas kesehatan masyarakat.
“Ada 2 pasien di RSUD dr. Soetomo Surabaya dari periode Oktober hingga November 2023, sementara di Jawa Barat dilaporkan jika bed occupancy rate-nya kurang dari 3%,” jelas Erlina.
Varian EG.5 yang ditengarai menjadi penyebab utama maraknya kasus Covid-19 di Singapura juga kini menjadi perhatian khusus bagi IDI. Sebab, laporan Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID) menyebutkan kasus dari subvarian Omicron ini suda ditemukan di Indonesia sejak Juni 2023.
“Dari Juni hingga Agustus 2023, data GISAID menyebut varian EG.5 di Indonesia sudah mencapai 20%,” kata Erlina.
Mobilitas Tinggi, Melonggarnya Prokes, dan Penurunan Titer Antibodi
Ilustrasi pengamatan virus (Sumber gambar: CDC/Unsplash)
Virus ini disebut memiliki gejala ringan seperti varian Omicron pada umumnya. Namun, gejala berat mungkin dirasakan bagi pasien Covid-19 dengan komorbid dan kelompok rentan, misalnya kondisi imunokompromais dan lansia.
Faktor mobilitas masyarakat yang tinggi menjelang momentum libur panjang akhir tahun disinyalir membuat kasus Covid-19 di Singapura membludak. Selain itu, protokol kesehatan juga disebut sudah longgar dengan minimnya penerapan penggunaan masker dan pola hidup bersih dan sehat.
“Melihat kondisi saat ini, kami menghimbau masyarakat mulai kembali beradaptasi dengan kebiasaan menggunakan masker dan menerapkan hidup sehat,” tegas Erlina.
Erlina juga menyoroti adanya kemungkinan fungsi vaksin Covid-19 yang telah menurun mendorong risiko merebaknya kasus. Menurutnya, secara teori, ada kemungkinan titer antibodi melemah setelah 6-12 bulan.
Oleh sebab itu, IDI menyarankan vaksinasi booster disegerakan untuk kelompok rentan. Sebab, Indonesia masih mencatat angka vaksinasi booster yang tergolong rendah dengan persentase 38,17% untuk vaksinasi booster pertama, dan berkisar 2% saja untuk vaksinasi booster kedua.
Baca juga: Waspada Varian Covid-19 Eris, Faktor Penyebab & Gejala-gejalanya
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.