Waspada Varian Covid-19 Eris, Faktor Penyebab & Gejala-gejalanya
06 December 2023 |
19:00 WIB
Covid 19 kembali menjadi perhatian banyak negara, seiring dengan peningkatan kasus yang signifikan di beberapa negara akibat varian EG.5 atau Eris. Penderita varian ini memiliki gejala yang hampir sama dengan Covid 19 pada umumnya, sehingga perlu lebih berhati-hati.
Dirangkum dari berbagai sumber, Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) melaporkan kasus varian ini pertama kali pada 17 Februari 2023. Beberapa bulan berselang atau pada Juli tahun ini, organisasi memasukkan sebagai vaian dalam pemantauan (variant under monitoring/VUM).
Baca juga: Kelompok Lansia & Pasien Komorbid Disarankan Tetap Waspada, Meski Status Covid-19 Telah Endemi
Varian ini merupakan termasuk dalam garis keturunan XBB.1.9.2 yang memiliki profil asam amino lonjakan serupa dengan XBB.1.5 atau kraken. Namun, Eris memiliki mutasi asam amino F456L tambahan dalam protein lonjakan.
Setelah evaluasi, WHO menetapkan Eris dan sub-garis keturunannya sebagai varian of interest (VOI) pada 8 Agustus 2023. Di Amerika Serikat, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) memantau data kejadian dan kematian akibat varian ini.
Data 19 Agustus 2023 menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kasus dengan perincian rawat inap sebesar 14,3 persen dan kematian mencapai 8,3 persen.
Di Asia Tenggara, Dikutip dari laman Kementerian Kesehatan Singapura (Ministry of Health/MOH), Covid-19 yang berkontribusi terhadap jumlah kasus penyakit pernapasan secara keseluruhan telah menunjukan peningkatan signifikan.
“Jumlah perkiraan infeksi Covid-19 meningkat dua kali lipat pada 19 - 25 November 2023 (22.094 infeksi dibandingkan 10.726 pada minggu sebelumnya). Rata-rata kasus rawat inap dan ICU harian akibat COVID-19 tetap stabil,” demikian tulis MOH.
Kementerian Kesehatan Singapura menuliskan bahwa pada 27 September 2023, EG.5 dan sub-garis keturunannya HK.3 tetap menjadi subvarian utama secara lokal, yakni mencapai lebih dari 70 persen kasus.
Peningkatan perkiraan infeksi Covid-19 di negeri jiran itu dapat akibat oleh sejumlah faktor, termasuk musim perjalanan di akhir tahun dan menurunnya kekebalan penduduk. Saat ini, tidak ada indikasi bahwa subvarian utama (misalnya EG.5 dan HK.3) lebih mudah menular atau menyebabkan penyakit lebih parah dibandingkan varian lain yang beredar.
Sementara itu, beberapa sumber lainnya meyebutkan bahwa individu yang terinfeksi varian ini juga memiliki gejala sama dengan Covid-19 pada umumnya. Sementara itu, menurut WHO, gejala Covid-19 yang paling umum adalah demam, batuk kering, dan rasa lelah.
Gejala lainnya yang lebih jarang seperti rasa nyeri dan sakit, hidung tersumbat, sakit kepala, konjungtivitis, sakit tenggorokan, diare, kehilangan indera rasa atau penciuman, ruam di kulit, atau perubahan warna jari tangan dan kaki.
Orang yang terinfeksi biasanya mengalami gejala yang bersifat ringan dan muncul secara bertahap. Beberapa orang yang terinfeksi hanya memiliki gejala ringan. Dengan begitu, sebagian besar atau sekitar 80 persen orang yang terjangkit berhasil pulih, tanpa perlu mendapatkan perawatan khusus.
Selain itu, sekitar 1 dari 5 orang yang menderita Covid-19 mengalami sakit parah dan kesulitan bernapas. Individu dengan usia lanjut dan orang yang memiliki kondisi medis penyerta seperti tekanan darah tinggi, gangguan jantung dan paru-paru, diabetes, atau kanker memiliki kemungkinan lebih besar mengalami sakit lebih serius.
Meskipun begitu, WHO menuliskan setiap orang dapat terinfeksi dan mengalami sakit yang serius. Individu perlu menghubungi fasilitas kesehatan ketika mengalami demam atau batuk dan mengalami kesulitan bernapas, nyeri atau tekanan dada, kehilangan kemampuan berbicara atau bergerak.
Baca juga: Ini Tip Terhindar Dari Covid-19 yang Kembali Marak
Editor: Dika Irawan
Dirangkum dari berbagai sumber, Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) melaporkan kasus varian ini pertama kali pada 17 Februari 2023. Beberapa bulan berselang atau pada Juli tahun ini, organisasi memasukkan sebagai vaian dalam pemantauan (variant under monitoring/VUM).
Baca juga: Kelompok Lansia & Pasien Komorbid Disarankan Tetap Waspada, Meski Status Covid-19 Telah Endemi
Varian ini merupakan termasuk dalam garis keturunan XBB.1.9.2 yang memiliki profil asam amino lonjakan serupa dengan XBB.1.5 atau kraken. Namun, Eris memiliki mutasi asam amino F456L tambahan dalam protein lonjakan.
Setelah evaluasi, WHO menetapkan Eris dan sub-garis keturunannya sebagai varian of interest (VOI) pada 8 Agustus 2023. Di Amerika Serikat, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) memantau data kejadian dan kematian akibat varian ini.
Data 19 Agustus 2023 menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kasus dengan perincian rawat inap sebesar 14,3 persen dan kematian mencapai 8,3 persen.
Di Asia Tenggara, Dikutip dari laman Kementerian Kesehatan Singapura (Ministry of Health/MOH), Covid-19 yang berkontribusi terhadap jumlah kasus penyakit pernapasan secara keseluruhan telah menunjukan peningkatan signifikan.
“Jumlah perkiraan infeksi Covid-19 meningkat dua kali lipat pada 19 - 25 November 2023 (22.094 infeksi dibandingkan 10.726 pada minggu sebelumnya). Rata-rata kasus rawat inap dan ICU harian akibat COVID-19 tetap stabil,” demikian tulis MOH.
Kementerian Kesehatan Singapura menuliskan bahwa pada 27 September 2023, EG.5 dan sub-garis keturunannya HK.3 tetap menjadi subvarian utama secara lokal, yakni mencapai lebih dari 70 persen kasus.
Peningkatan perkiraan infeksi Covid-19 di negeri jiran itu dapat akibat oleh sejumlah faktor, termasuk musim perjalanan di akhir tahun dan menurunnya kekebalan penduduk. Saat ini, tidak ada indikasi bahwa subvarian utama (misalnya EG.5 dan HK.3) lebih mudah menular atau menyebabkan penyakit lebih parah dibandingkan varian lain yang beredar.
Sementara itu, beberapa sumber lainnya meyebutkan bahwa individu yang terinfeksi varian ini juga memiliki gejala sama dengan Covid-19 pada umumnya. Sementara itu, menurut WHO, gejala Covid-19 yang paling umum adalah demam, batuk kering, dan rasa lelah.
Gejala lainnya yang lebih jarang seperti rasa nyeri dan sakit, hidung tersumbat, sakit kepala, konjungtivitis, sakit tenggorokan, diare, kehilangan indera rasa atau penciuman, ruam di kulit, atau perubahan warna jari tangan dan kaki.
Orang yang terinfeksi biasanya mengalami gejala yang bersifat ringan dan muncul secara bertahap. Beberapa orang yang terinfeksi hanya memiliki gejala ringan. Dengan begitu, sebagian besar atau sekitar 80 persen orang yang terjangkit berhasil pulih, tanpa perlu mendapatkan perawatan khusus.
Selain itu, sekitar 1 dari 5 orang yang menderita Covid-19 mengalami sakit parah dan kesulitan bernapas. Individu dengan usia lanjut dan orang yang memiliki kondisi medis penyerta seperti tekanan darah tinggi, gangguan jantung dan paru-paru, diabetes, atau kanker memiliki kemungkinan lebih besar mengalami sakit lebih serius.
Meskipun begitu, WHO menuliskan setiap orang dapat terinfeksi dan mengalami sakit yang serius. Individu perlu menghubungi fasilitas kesehatan ketika mengalami demam atau batuk dan mengalami kesulitan bernapas, nyeri atau tekanan dada, kehilangan kemampuan berbicara atau bergerak.
Baca juga: Ini Tip Terhindar Dari Covid-19 yang Kembali Marak
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.