Pendar Baru Artistik Oky Rey Montha dalam Pameran Pilgrimage
06 December 2023 |
13:31 WIB
Lukisan dengan palet monokrom bertajuk Metal Shield (acrylic on canvas, 300x200 cm) menggambarkan reaksi sesosok figur dalam merespons kebisingan dari suara-suara yang makin tak beraturan. Dengan kedua tangannya, dia memilih menutup gendang telinganya sejenak.
Karya terbaru dari seniman Oky Rey Montha ini seolah menggambarkan upaya menutup bebunyian negatif yang bisa saja meluruhkan kedirian. Namun, wajah figur yang masih tak berpaling menunjukkan sikap dan perhatiannya pada berbagai situasi yang terjadi hari ini.
Seniman yang karib disapa Kyre ini menamai figur tersebut dengan nama Moon. Karakter baru tersebut menjadi figur ketiga yang diciptakan. Sebelumnya dia telah memunculkan karakter Mute dan Mauz pada karya-karyanya yang lain.
Baca juga: Ziarah Kekaryaan Oky Rey Montha dalam Pameran Tunggal Pilgrimage
Berbeda dari dua figur sebelumnya, karakter Moon ini tampak akan membawa Kyre pada sebuah perjalanan artistik berbeda. Mengusung palet warna yang tak lagi beragam dan memilih gaya monokrom, lukisan ini juga tampil lebih minimalis dengan tak banyak unsur pelengkap di samping figur.
Kejutan-kejutan artistik yang mungkin jadi salah satu penanda arah baru sang seniman ini hanya satu dari puluhan karya lain yang dipacak di SPAC8 Ashta District 8, Jakarta. Secara khusus, Kyre menamai pameran tunggal ke-11 ini dengan tajuk Pilgrimage. Pameran yang digelar Can’s Gallery ini masih berlangsung hingga 14 Desember 2023.
Pilgrimage atau perjalanan ziarah menjadi pameran yang mewakili intensi Kyre setelah lima belas tahun kekaryaannya. Pilgrimage dapat dipahami sebagai sebuah laku yang merepresentasikan kesadaran terhadap asal muasal dan penghargaan atas ingatan masa lalu.
Pameran ini menjadi semacam reuni dari Kyre terhadap gaya-gaya lama yang sempat menghilang. Lewat karya-karyanya di pameran ini, Kyre tampak ingin merekam jejaknya secara lebih detail.
Namun, lebih dari sekadar menengok masa lalu, pameran ini juga menjadi momentum baru baginya untuk mengumpulkan bekal untuk meneropong proyeksi ke depan. Bagi Kyre, pameran ini bisa saja menjadi titik tolak baru dalam kekaryaannya. Beberapa penanda itu muncul dari beberapa karyanya.
“Secara ekstremnya benar-benar ingin meninggalkan gaya masa lalu. Harapannya begitu. Namun, saya juga masih mempertanyakan. Mungkin setelah pameran ini selesai jawaban itu akan ketemu,” ungkap Kyre.
Selaras, Kurator Bob Edrian mengatakan pameran ini memang semacam sebuah momentum baru bagi perjalanan artistik Kyre. Setelah mempresentasikan sekaligus merekam pemikiran dan kreativitasnya melalui pameran tunggal dari tahun ke tahun, kini, Kyre ingin menyampaikan penemuan kembali dirinya melalui Pilgrimage.
Walau sebenarnya tak semua hal lama benar-benar ditinggalkan. Pameran ini juga menjadi jejak eksplorasi mutakhir dari Kyre dengan serangkaian langgam yang pernah, sedang, dan akan diusungnya pada suatu proyek presentasi artistik ke depan.
Hal itu misalnya, terefleksi lewat lukisan South Reverie. Lukisan bertitimangsa 2023 ini, masih membawa gaya khas Kyre dengan gagasan surealisnya yang eksentrik dengan menggabungkan budaya pop, terkadang elemen gotik yang serasa berada di lingkungan mimpi.
Lukisan ini menggambarkan kapal yang sedang bertolak dari pelabuhan untuk berlayar. Dalam lukisan berdimensi 200x150 cm itu, Kyre kembali menghadirkan figur manusia, binatang, monster, hingga objek-objek lain seperti buku, lentera, hingga kapal.
Lukisan ini seolah merefleksikan sebuah upaya perjalanan yang tidak bisa berjalan sendiri. Ada bekal, teman, hingga hal-hal yang membentuknya selama ini, juga menjadi bagian penting dalam pengarungan samudera baru yang tergambarkan melalui berbagai objek yang ada di lukisan tersebut.
Di pameran ini, goresan kekaryaannya tidak hanya terpaku di atas kanvas. Dia bahkan menggunakan meja, kulit, hingga instalasi kayu. Salah satunya bisa ditemui pada karya bertajuk Drive, yang menggunakan material-material recycle.
Kyre membawa figur-figur surealistiknya masuk dan berpadu dengan bahan kayu. Dalam karya tersebut, terdapat figur dengan wajah penuh intensi tegas sedang mengendarai kerbau. Tangan satunya tampak sedang memegang tanduk, sedang tangan lainnya menjadi tempat bersandar hewan lain.
Karakter itu tampak sedang berkendara ke suatu negeri lain. Ada sebuah harmonisasi yang tampak sedang ditonjolkan. Kehidupan dan perjalanan kerap kali memang tidak bisa ditempuh seorang diri.
Kurator Bob Edrian mengatakan keragaman medium, termasuk karya lukisan dan patung yang dipacak di Pilgrimage secara serentak menyuarakan suara dan perayaan yang kontemplatif. Karya-karya tersebut juga menjadi penyisir dalam penelusuran jejak Kyre selama lebih dari satu dasawarsa berkarya.
Semuanya bermuara pada narasi imajinatif Kyre terkait kedirian, lingkungan sekitar, dan isu-isu sosial, spiritual, hingga global. Karya-karya dalam Pilgrimage semacam segenggam kunci-kunci untuk membuka visi artistik Kyre.
“Narasi itu satu per satu jadi jembatan perjalanan masa lalu ke sebuah momentum baru seniman,” imbuhnya.
Menurut Bob, ada banyak hal terjadi selama pengalaman berkarya Kyre yang kini menyentuh lebih dari satu dekade lamanya. Pergulatan sang seniman yang sempat tinggal di Yogyakarta, Karo, Bandung, dan kota lain sebelum akhirnya kembali ke kota Gudeg, juga sangat menarik dan memengaruhi kekaryaannya selama ini.
Dalam skena seni rupa, karya Kyre saat ini menjadi salah satu yang banyak disukai. Tentu saja, sebagai seniman, dia mengaku senang ketika karyanya diapresiasi. Namun, dia juga sedang mendedah apakah orang benar-benar menyukai karyanya, atau justru sekadar perihal value atau investasi.
“Di Jogja dia juga punya ruang sendiri, yakni Hozpit atau house of pirate, ya dia memang cukup terobsesi dengan bajak laut. Di satu sisi, dia tampak mau membuat lingkungan kreatifnya sendiri karena ada situasi yang barangkali ada pergesekan tertentu,” imbuhnya.
Baca juga: Profil Oky Rey Montha, Kesukaannya pada Komik & Manajemen Berkesenian Lebih dari 1 Dekade
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Karya terbaru dari seniman Oky Rey Montha ini seolah menggambarkan upaya menutup bebunyian negatif yang bisa saja meluruhkan kedirian. Namun, wajah figur yang masih tak berpaling menunjukkan sikap dan perhatiannya pada berbagai situasi yang terjadi hari ini.
Seniman yang karib disapa Kyre ini menamai figur tersebut dengan nama Moon. Karakter baru tersebut menjadi figur ketiga yang diciptakan. Sebelumnya dia telah memunculkan karakter Mute dan Mauz pada karya-karyanya yang lain.
Baca juga: Ziarah Kekaryaan Oky Rey Montha dalam Pameran Tunggal Pilgrimage
Kurator Bob Edrian (kanan) berbincang dengan Seniman Oky Rey Montha (kiri) di depan karya bertajuk Metal Shield. (Sumber gambar: JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti)
Kejutan-kejutan artistik yang mungkin jadi salah satu penanda arah baru sang seniman ini hanya satu dari puluhan karya lain yang dipacak di SPAC8 Ashta District 8, Jakarta. Secara khusus, Kyre menamai pameran tunggal ke-11 ini dengan tajuk Pilgrimage. Pameran yang digelar Can’s Gallery ini masih berlangsung hingga 14 Desember 2023.
Pilgrimage atau perjalanan ziarah menjadi pameran yang mewakili intensi Kyre setelah lima belas tahun kekaryaannya. Pilgrimage dapat dipahami sebagai sebuah laku yang merepresentasikan kesadaran terhadap asal muasal dan penghargaan atas ingatan masa lalu.
Pameran ini menjadi semacam reuni dari Kyre terhadap gaya-gaya lama yang sempat menghilang. Lewat karya-karyanya di pameran ini, Kyre tampak ingin merekam jejaknya secara lebih detail.
Namun, lebih dari sekadar menengok masa lalu, pameran ini juga menjadi momentum baru baginya untuk mengumpulkan bekal untuk meneropong proyeksi ke depan. Bagi Kyre, pameran ini bisa saja menjadi titik tolak baru dalam kekaryaannya. Beberapa penanda itu muncul dari beberapa karyanya.
“Secara ekstremnya benar-benar ingin meninggalkan gaya masa lalu. Harapannya begitu. Namun, saya juga masih mempertanyakan. Mungkin setelah pameran ini selesai jawaban itu akan ketemu,” ungkap Kyre.
South Reverie karya Oky Rey Montha (Sumber gambar: JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti)
Walau sebenarnya tak semua hal lama benar-benar ditinggalkan. Pameran ini juga menjadi jejak eksplorasi mutakhir dari Kyre dengan serangkaian langgam yang pernah, sedang, dan akan diusungnya pada suatu proyek presentasi artistik ke depan.
Hal itu misalnya, terefleksi lewat lukisan South Reverie. Lukisan bertitimangsa 2023 ini, masih membawa gaya khas Kyre dengan gagasan surealisnya yang eksentrik dengan menggabungkan budaya pop, terkadang elemen gotik yang serasa berada di lingkungan mimpi.
Lukisan ini menggambarkan kapal yang sedang bertolak dari pelabuhan untuk berlayar. Dalam lukisan berdimensi 200x150 cm itu, Kyre kembali menghadirkan figur manusia, binatang, monster, hingga objek-objek lain seperti buku, lentera, hingga kapal.
Lukisan ini seolah merefleksikan sebuah upaya perjalanan yang tidak bisa berjalan sendiri. Ada bekal, teman, hingga hal-hal yang membentuknya selama ini, juga menjadi bagian penting dalam pengarungan samudera baru yang tergambarkan melalui berbagai objek yang ada di lukisan tersebut.
Drive karya Oky Rey Montha (Sumber gambar: JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti)
Kyre membawa figur-figur surealistiknya masuk dan berpadu dengan bahan kayu. Dalam karya tersebut, terdapat figur dengan wajah penuh intensi tegas sedang mengendarai kerbau. Tangan satunya tampak sedang memegang tanduk, sedang tangan lainnya menjadi tempat bersandar hewan lain.
Karakter itu tampak sedang berkendara ke suatu negeri lain. Ada sebuah harmonisasi yang tampak sedang ditonjolkan. Kehidupan dan perjalanan kerap kali memang tidak bisa ditempuh seorang diri.
Momentum Baru
Kurator Bob Edrian mengatakan keragaman medium, termasuk karya lukisan dan patung yang dipacak di Pilgrimage secara serentak menyuarakan suara dan perayaan yang kontemplatif. Karya-karya tersebut juga menjadi penyisir dalam penelusuran jejak Kyre selama lebih dari satu dasawarsa berkarya.Semuanya bermuara pada narasi imajinatif Kyre terkait kedirian, lingkungan sekitar, dan isu-isu sosial, spiritual, hingga global. Karya-karya dalam Pilgrimage semacam segenggam kunci-kunci untuk membuka visi artistik Kyre.
“Narasi itu satu per satu jadi jembatan perjalanan masa lalu ke sebuah momentum baru seniman,” imbuhnya.
Menurut Bob, ada banyak hal terjadi selama pengalaman berkarya Kyre yang kini menyentuh lebih dari satu dekade lamanya. Pergulatan sang seniman yang sempat tinggal di Yogyakarta, Karo, Bandung, dan kota lain sebelum akhirnya kembali ke kota Gudeg, juga sangat menarik dan memengaruhi kekaryaannya selama ini.
Dalam skena seni rupa, karya Kyre saat ini menjadi salah satu yang banyak disukai. Tentu saja, sebagai seniman, dia mengaku senang ketika karyanya diapresiasi. Namun, dia juga sedang mendedah apakah orang benar-benar menyukai karyanya, atau justru sekadar perihal value atau investasi.
“Di Jogja dia juga punya ruang sendiri, yakni Hozpit atau house of pirate, ya dia memang cukup terobsesi dengan bajak laut. Di satu sisi, dia tampak mau membuat lingkungan kreatifnya sendiri karena ada situasi yang barangkali ada pergesekan tertentu,” imbuhnya.
Baca juga: Profil Oky Rey Montha, Kesukaannya pada Komik & Manajemen Berkesenian Lebih dari 1 Dekade
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.