Suvi Wahyudianto Gelar Pameran Tunggal Bertajuk Di Antara Tapal di Can's Gallery
01 March 2023 |
09:39 WIB
Kiprah seniman dalam berekspresi memang enggak ada batasnya. Terbaru, seniman muda Suvi Wahyudianto juga siap menggebrak panggung seni rupa Tanah Air dengan berpameran tunggal bertajuk Di Antara Tapal, pada 7-6 April 2023 di Can's Gallery.
Adapun, pameran ini akan menampilkan pilihan karya Suvi saat merekam sejarah hidupnya dalam berbagai konflik sosial dan politik. Eksibisi ini juga merefleksikan identitasnya sebagai orang Madura yang secara antropologis berada di antara tapal ruang yang terasa dekat dan asing sekaligus bagi dirinya.
Baca juga: Metafora Sugestif Goresan Goenawan Mohamad dalam Pameran Tunggal Kitab Hewan
Perupa pemenang UOB Painting of The Year 2018 itu memang kerap menampilkan karya yang berasal dari pengalaman personal dan dijahit dengan realitas sosial. Salah satunya lewat pengalamannya saat pecah kerusuhan etnis di Indonesia, konflik Sampit di Kalimantan Tengah.
Kurator pameran, Alia Swastika mengatakan sang perupa memang terus merekam sejarah hidupnya dalam kerak emosi yang pekat lewat karya-karyanya. Hal itu direfleksikan lewat emosi kemarahan, melalui karyanya Angst, yang banyak merefleksikan berbagai peristiwa kekerasan yang mempengaruhi kesadaran diri Suvi sebagai manusia.
Menurut Ali, kegelisahan Suvi dalam merefleksikan peristiwa-peristiwa kekerasan adalah membangun momentum ingatan, yang kemudian diwujudkannya dalam puisi dan karya visual. Pasalnya, menulis puisi juga menjadi tahap penting dalam metode pengaryaan sang perupa.
"Bagi Suvi, metode tersebut jadi seperti upaya awal dalam menemukan kata yang tepat sebagai artikulasi pemikiran, kenangan, perasaan, tetapi juga kesadaran untuk merengkuh persoalan sosial yang lebih kuat," papar Alia Swastika.
Tak hanya itu, mengikuti karya-karya Suvi pada periode selanjutnya, terutama periode ziarahnya ke kawasan Kalimantan juga menjadi orkestrasi bagi Alia. Sebab, dalam karya-karya terbarunya Suvi menampilkan ragam refleksi atas sejarah sosial yang penuh trauma dan menjadi bagian dari kontestasi politik identitas.
Meski nantinya para pengunjung dapat melihat adanya jejak-jejak emosional dari karya-karya tersebut, tetapi Suvi juga memberikan konteks sosial yang kuat dan penting. Yaitu untuk membangun pemahaman atau membuka memori kolektif dalam narasi yang telah sekian lama dikonstruksi oleh kekuasaan.
"Pameran tersebut nantinya juga menjadi semacam ruang pertemuan antara jiwa, tubuh, dan ingatan untuk membangun proses persaudaraan serta solidaritas baru. Sehingga membawa sejarah kelam sebagai masa lalu layaknya klise, memaafkan, tapi tidak melupakannya," papar Alia Swastika.
Suvi Wahyudianto adalah seniman muda asal Madura yang saat ini masih menempuh pendidikan Magister Seni Rupa di Institut Teknologi Bandung. Pada 2018 dia mendapat penghargaan UOB Painting of The Year di tingkat Nasional dan Asia Tenggara lewat karyanya yang berjudul Angs't.
Baca juga: In the Hand, Esensi Pameran Tunggal Seniman Chiharu Shiota
Praktik artistik Suvi juga mencakup upaya penjelajahan bahasa visual melalui pendekatan puitik. Salah satunya untuk menginterpretasi peristiwa-peristiwa tragis yang berkaitan dengan ketegangan sosial dan budaya terkait politik identitas. Pada 2021 Suvi berhasil mendapatkan penghargaan Young Artjog MMXXI untuk karyanya yang berjudul Telepresance After 20th.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Fajar Sidik
Adapun, pameran ini akan menampilkan pilihan karya Suvi saat merekam sejarah hidupnya dalam berbagai konflik sosial dan politik. Eksibisi ini juga merefleksikan identitasnya sebagai orang Madura yang secara antropologis berada di antara tapal ruang yang terasa dekat dan asing sekaligus bagi dirinya.
Baca juga: Metafora Sugestif Goresan Goenawan Mohamad dalam Pameran Tunggal Kitab Hewan
Perupa pemenang UOB Painting of The Year 2018 itu memang kerap menampilkan karya yang berasal dari pengalaman personal dan dijahit dengan realitas sosial. Salah satunya lewat pengalamannya saat pecah kerusuhan etnis di Indonesia, konflik Sampit di Kalimantan Tengah.
Kurator pameran, Alia Swastika mengatakan sang perupa memang terus merekam sejarah hidupnya dalam kerak emosi yang pekat lewat karya-karyanya. Hal itu direfleksikan lewat emosi kemarahan, melalui karyanya Angst, yang banyak merefleksikan berbagai peristiwa kekerasan yang mempengaruhi kesadaran diri Suvi sebagai manusia.
Menurut Ali, kegelisahan Suvi dalam merefleksikan peristiwa-peristiwa kekerasan adalah membangun momentum ingatan, yang kemudian diwujudkannya dalam puisi dan karya visual. Pasalnya, menulis puisi juga menjadi tahap penting dalam metode pengaryaan sang perupa.
"Bagi Suvi, metode tersebut jadi seperti upaya awal dalam menemukan kata yang tepat sebagai artikulasi pemikiran, kenangan, perasaan, tetapi juga kesadaran untuk merengkuh persoalan sosial yang lebih kuat," papar Alia Swastika.
salah satu karya Suvi berjudul Yang Manis yang Silam dan Harapan yang akan dipamerkan di Can's Gallery (sumber gambar Can's Gallery)
Tak hanya itu, mengikuti karya-karya Suvi pada periode selanjutnya, terutama periode ziarahnya ke kawasan Kalimantan juga menjadi orkestrasi bagi Alia. Sebab, dalam karya-karya terbarunya Suvi menampilkan ragam refleksi atas sejarah sosial yang penuh trauma dan menjadi bagian dari kontestasi politik identitas.
Meski nantinya para pengunjung dapat melihat adanya jejak-jejak emosional dari karya-karya tersebut, tetapi Suvi juga memberikan konteks sosial yang kuat dan penting. Yaitu untuk membangun pemahaman atau membuka memori kolektif dalam narasi yang telah sekian lama dikonstruksi oleh kekuasaan.
"Pameran tersebut nantinya juga menjadi semacam ruang pertemuan antara jiwa, tubuh, dan ingatan untuk membangun proses persaudaraan serta solidaritas baru. Sehingga membawa sejarah kelam sebagai masa lalu layaknya klise, memaafkan, tapi tidak melupakannya," papar Alia Swastika.
Suvi Wahyudianto adalah seniman muda asal Madura yang saat ini masih menempuh pendidikan Magister Seni Rupa di Institut Teknologi Bandung. Pada 2018 dia mendapat penghargaan UOB Painting of The Year di tingkat Nasional dan Asia Tenggara lewat karyanya yang berjudul Angs't.
Baca juga: In the Hand, Esensi Pameran Tunggal Seniman Chiharu Shiota
Praktik artistik Suvi juga mencakup upaya penjelajahan bahasa visual melalui pendekatan puitik. Salah satunya untuk menginterpretasi peristiwa-peristiwa tragis yang berkaitan dengan ketegangan sosial dan budaya terkait politik identitas. Pada 2021 Suvi berhasil mendapatkan penghargaan Young Artjog MMXXI untuk karyanya yang berjudul Telepresance After 20th.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.