Karya FX Harsono berjudul Jejak Tradisi #2 Ukuran 110 cm x 170 cm medium acrylic on canvas (2022) (Sumber gambar: Hypeabis.id/Yudi Supriyanto)

Karya 'Sederhana' FX Harsono tentang Perempuan di Pameran Jejak

22 October 2022   |   19:42 WIB
Image
Yudi Supriyanto Jurnalis Hypeabis.id

Berbeda dengan karya seniman FX Harsono dalam beberapa kesempatan, karya sang seniman di pameran tunggal bertajuk Jejak yang diadakan di CAN’s Gallery memiliki cara bercerita yang lebih sederhana, sebagai refleksi pengalaman yang ditangkapnya tentang perempuan.

Kurator Alia Swastika mengatakana bahwa jika karya sang seniman sebelumnya mungkin karya yang dibuat memiliki unsur trauma atau kritis terhadap sejarah. Namun di pameran ini karyanya lebih banyak bertema mengenalkan seperti bagaimana kebudayaan China menempatkan perempuan.

Baca juga: Yuk Belajar Berkesenian dari FX Harsono

Karya-karya di pameran ini lebih bagaimana sang seniman merefleksikan pengalaman yang didapat dalam melihat budaya China “Dalam kehidupan sehari-hari dan posisi perempuan di dalamnya,” katanya kepada Hypeabis.id.

Dia menuturkan bahwa sang seniman biasanya lebih general jika berbicara kebudayaan China, terutama saat masuk ke konteks sejarah atau politik. Jadi, ketika akan berbicara tentang perempuan terdapat dilema.

Menurutnya, kondisi itu dapat terjadi lantaran pengalaman tubuh sang seniman berbeda. FX Harsono yang seorang laki-laki tidak mengalami proses emosional yang dialami oleh seorang perempuan.

“Enggak ada pengalaman terpinggir atau menjadi lebih subordinat. Saya waktu itu bilang yang paling penting ketika seniman laki-laki membicarakan gender, yang lain itu jangan men-judge. Kadang ada ekspektasi kalau seperti laki-laki menulis tentang peremupan, misal kalau novelis, membuat drama, solah-olah ada tuntutan perempuan harus ini dan itu,” katanya.

Jadi, kuratorial dalam pameran ini adalah menceritakan kehidupan para perempuan di dalam etnis China tanpa memberikan judgment dan framing tertentu, karena bukan hak laki-laki memberikan framing tertentu tentang perempuang.

“Agar suaranya tetap suara-suara dari subjek-subjek di sini, bukan FX Harsono menyuarakan mereka,” katanya.

Di dalam karya-karya sang seniman terlihat bahwa perempuan memiliki peran yang sangat banyak dalam bisnis keluarga jika melihat kenyataan di Lasem, Rembang, Jawa Tengah, meskipun pada zaman dahulu anak laki-laki selalu diutamakan jika melihat tradisi China dahulu.

Kenyataan bahwa posisi perempuan yang memiliki peran sangat banyak dalam bisnis keluarga di etnis China sering tidak tercatat.

“Yang tercatat memang pemilik bisnisnya adalah laki-laki, yang menjalankan di Lasem banyak seperti itu [Perempuan]. Kami tertarik melihat itu, apa peran yang belum banyak diangkat,” katanya.

Dia menambahkan dalam pameran ini juga para penikmat seni dapat melihat penggunaan berbagai media oleh sang seniman, seperti video, akrilik di atas kanvas, kebaya di atas kanvas, renda taplak meja, dan sebagainya.

Tidak hanya itu, dari karya-karya sang seniman juga dapat terlihat motif-motif yang berulang. Motif di satu karya dapat terlihat berada karya lainnya. Melalui pengulangan ini, sang seniman ingin menunjukkan bahwa seni kontemporer lebih terbuka, sehingga metodenya bisa beragam.

“Kadang satu ornamen atau simbol muncul di tempat lain dengan teknik reproduksi. Justru dia mau menegaskan bahwa seni itu bisa direproduksi,” kataya.

Untuk diketahui, Sang seniman adalah seorang perupa yang lahir di Blitar, Jawa Timur. Dia juga merupakan pendiri Gerakan Seni Rupa Baru dan penandatangan Pernyataan Desember Hitam. Dia menempuh pendidikan di STSRI/ASRI Yogyakarta pada 1969-1974.

Kemudian, sang seniman melanjutkan pendidikan di Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Dia aktif sejak 1975 sebagai perupa kontemporer dan terlibat di beragam pameran tunggal atau bersama di berbagai museum, galeri nasional, dan galeri pribadi di berbagai kota di dunia.

Kota-kota itu seperti New York, San Francisco, Amsterdam, Berlin, London, Paris, Tokyo, Fukuoka,  Canberra, Sydney, Melbourne, dan sebagainya.

Karya sang seniman juga dikoleksi oleh sejumlah museum seperti National Gallery Australia, Gallery of Modern Art Queensland – Australia, Albright-Knox Art Gallery, Art Museum Buffalo, New York, Singapore Art Museum, National Gallery Singapore, dan sebagainya.

Kemudian, FX Harsono juga mendapatkan anugerah sebagai Tokoh Seni Kategori Seni Rupa pada 2013 karena kontribusi selama puluhan tahun di dunia seni rupa oleh salah satu majalah di dalam negeri.

Satu tahun kemudian atau 2014, sang seniman menerima Anugerah Adhikarya Rupa 2013 dari Kementerian Pariwisata Indonesia. Tidak sampai di sini, pada tahun yang sama, FX Harsono menerima Prince Claus Award dari pemerintah Belanda atas dedikasi dan totalitasnya bagi dunia seni rupa Indonesia.

Dia juga memperoleh Joseph Balestier Award for the Freedom of Art dari pemerintah Singapura dan Amerika Serikat atas kontribusi dalam memperjuangkan ide-ide pembebasan lewat seni pada 2015.

Baca juga: Duh Lukisan Van Gogh Dilempar Sup Tomat, Ada Apa Ya?

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Fajar Sidik

SEBELUMNYA

Full Line Up & Harga Tiket Soundsfest 2022, Siap Guncang Bekasi 5-6 November 2022!

BERIKUTNYA

CAN'S Gallery Punya Ekspektasi Besar di Pameran Tunggal FX Harsono

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: