Pameran Tunggal Oky Rey Montha bertajuk Pilgrimage di SPAC8 Ashta District 8, Jakarta, Sabtu (25/11/2023). (Sumber foto: (JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti)

Ziarah Kekaryaan Oky Rey Montha dalam Pameran Tunggal Pilgrimage

25 November 2023   |   19:59 WIB
Image
Chelsea Venda Jurnalis Hypeabis.id

Lebih dari satu dasawarsa telah berlalu sejak pameran tunggal perdana Oky Rey Montha bertajuk Evorah (Evil of Rabbit Head). Jika ditilik dari karya yang pertama dipamerkan, yakni pada 2007, maka enam belas tahun sudah Oky Rey mewarnai seni rupa Indonesia. 

Bagi sang seniman, perjalanan kurun waktu kekaryaan kerap tidak sesederhana panjang dan pendek atau lama dan sebentar. Sebab, di dalam periode tersebut, laku artistik seniman juga menemui tikungan, perpisahan, hingga pertemuan dengan berbagai langgam yang menuntunnya berkarya.

Seniman yang karib disapa Kyre dikenal dengan gaya lukisan surealisnya yang eksentrik dengan menggabungkan budaya pop, terkadang elemen gotik yang serasa berada di lingkungan mimpi. Kyre menyatukan beragam pengaruh dari musik, sastra, bahkan spiritual dalam bentuk-bentuk figur khas yang kerap muncul di lukisannya dengan estetis. 

Kumpulan karakter dinamis beraneka ragam itu juga kembali muncul dalam pameran tunggal ke-11 bertajuk Pilgrimage. Penuh simbolisme dan unsur fantasi, karya-karya Kyre membawa kesan bahwa mereka bisa jadi nyata atau gambaran dari wajah tersembunyi kita. 

Baca juga: Can's Gallery Gelar Pameran Tunggal Seniman Oky Rey Montha Bertajuk Pilgrimage
 

Seniman Oky Rey Montha berpose disela-sela pameran Pilgrimage di SPAC8 Ashta District 8, Jakarta, Sabtu (25/11/2023). (Sumber foto: Hypeabis.id/Eusebio Chrysnamurti)

Seniman Oky Rey Montha berpose disela-sela pameran Pilgrimage di SPAC8 Ashta District 8, Jakarta, Sabtu (25/11/2023). (Sumber foto: Hypeabis.id/Eusebio Chrysnamurti)

Pilgrimage atau perjalanan ziarah menjadi tajuk yang ingin dibawanya dalam pameran ini. Judul besar tersebut juga tampak mewakili intensi Kyre yang ingin kembali menyelami satu dekade kekaryaannya.

Lewat karya-karya yang ditampilkan di pameran ini, Kyre seolah juga mengajak para pencinta seni untuk menelusuri kembali bentuk olah gagasan dan medium yang pernah, sedang, dan akan ditekuninya.

Ya, tajuk Pilgrimage yang sering kali diartikan selalu melihat ke belakang tak benar-benar terjadi di pameran ini. Karya-karya barunya ini memang tidak hanya akan membuat pengunjung meneropong masa lalu dengan berbagai gaya dan sentuhan khasnya.

Namun, lewat unsur-unsur tertentu, karya yang dipajang juga membawa pada sebuah pembaharuan gagasan serta gaya yang bisa jadi lebih banyak muncul pada masa depan. 

Terkesan seperti sebuah salam perpisahan, tetapi Kyre menyangsikan segala sesuatu harus selalu berada di ruang hitam dan putih. Menurutnya, tidak ada yang benar-benar ditinggalkan, pun tidak ada yang benar-benar baru. 

“Tidak selalu perpisahan. Saya ingin eksplorasinya masih terus membentang, baik pada hal-hal anyar dan tidak apa-apa juga juga masih menyentuh gaya-gaya lama yang menjadi ciri khas,” ujarnya. 
 

 (Sumber foto: Hypeabis.id/Eusebio Chrysnamurti)

Table Installation karya Oky Rey Montha (Sumber foto: Hypeabis.id/Eusebio Chrysnamurti)

Hal itu misalnya mewujud dalam karya bertajuk Table Installation. Instalasi bertitimangsa 2023 itu menjadikan sisi bagian dalam meja berkaki empat sebagai mediumnya berkarya. Tiga figur yang tersekat dengan palet warna berbeda itu digores dengan tegas.

Karya berdimensi 200 cm x 150 cm itu membawa nuansa surealistik yang tentu saja mengajak siapa saja untuk berimajinasi terhadap objek tersebut. Tak hanya itu, beberapa karya lain juga menarik perhatian. 

Misalnya, karya berjudul Metal Shield yang secara komposisi warna, sangat kontras dengan karyanya yang lain. Tidak lagi mengandalkan warna yang beragam, karya itu justru banyak membawa palet monokrom. 
 

Metal Shield karya Oky Rey Montha (Sumber foto: Hypeabis.id/Eusebio Chrysnamurti)

Metal Shield karya Oky Rey Montha (Sumber foto: Hypeabis.id/Eusebio Chrysnamurti)

Lukisan yang kembali menghadirkan figur ini tampak sedang menutup telinganya dengan dua buah tangannya. Wajahnya tampak tegas menghadap ke depan, meski tampak ia terlihat kebisingan dengan suasana sekitarnya.

Di bola matanya yang berkacamata, dua gambaran mewujud tampak seperti sebuah hutan dan bangunan. Lukisan bertitimangsa 2023 ini juga tampak minimalis dengan tak banyak unsur pelengkap di samping figur, sebuah gaya yang jarang dibuatnya pada lukisan-lukisan lainnya. 

Kemudian, pada karya bertajuk Ultimate X = +, mencoba bereksplorasi dengan menggabungkan figur yang menjadi kekhasannya, objek, serta makhluk hidup di dalamnya. Dengan palet warna yang kelam, ada semacam gejolak yang coba dihadirkan lewat dua figur yang muncul, tetapi kali ini tampak sedang memanggul berbagai objek-objek berat. 

Dibanding karya yang lain, Ultimate X = + juga menjadi salah satu lukisan yang terbesar di pameran ini. Hal itu memberi kesan megah sekaligus menarik atensi siapa saja yang melihatnya. 
 

karya Oky Rey Montha (Sumber foto: Hypeabis.id/Eusebio Chrysnamurti)

Ultimate X = + karya Oky Rey Montha (Sumber foto: Hypeabis.id/Eusebio Chrysnamurti)

Kurator Bob Edrian mengatakan bahwa ada banyak hal terjadi selama pengalaman berkarya Kyre yang kini menyentuh lebih dari satu dekade lamanya. Pergulatan sang seniman, sebelum sekarang di Yogyakarta, yakni pernah di Bandung dan beberapa kota lain, sangat menarik dan memengaruhi kekaryaannya selama ini. 

Dalam skena seni rupa, karya Kyre saat ini menjadi salah satu yang banyak disukai. Tentu saja, sebagai seniman, dia mengaku senang ketika karyanya diapresiasi. Namun, dia juga sedang mendedah apakah orang benar-benar menyukai karyanya, atau justru sekadar perihal value atau investasi. 

“Di Jogja dia juga punya ruang sendiri, yakni Hozpit atau house of pirate, ya dia memang cukup terobsesi dengan bajak laut. Di satu sisi, dia tampak mau membuat lingkungan kreatifnya sendiri karena ada situasi yang barangkali ada pergesekan tertentu,” imbuhnya. 

Dalam hal kekaryaan, gagasan Kyre kerap muncul dari berbagai peristiwa, kelompok, dan isu yang disenangainya, dari musik hingga bahkan kepercayaan. Namun, sang seniman juga kerap berbicara tentang dirinya, melalui berbagai fenomena itu dalam elemen tertentu yang muncul di lukisannya.

Pameran tunggal bertajuk Pilgrimage yang dipresentasikan oleh CAN’S Gallery ini mulai dibuka pada 26 November hingga 14 Desember 2023. Pameran digelar di SPAC8 Ashta District 8, Jakarta. Dalam pameran tunggalnya ini, publik akan diajak menikmati karya-karya lukis, seni instalasi, patung, dan drawing terbaru dari seniman yang karib disapa Kyre ini. Total, akan ada 20 lebih karya yang dipamerkan. 

Baca juga: Galeri Indonesia Bekerja Sama Dengan Galeri Korea Selatan Adakan Pameran di Can's Gallery

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

Pameran Repatriasi Siap Digelar, Tampilkan Lebih dari 150 Artefak Sejarah Nusantara di Galeri Nasional

BERIKUTNYA

Profil Oky Rey Montha, Kesukaannya pada Komik & Manajemen Berkesenian Lebih dari 1 Dekade

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: