Waspada Diabetes & Komplikasinya di Usia Muda, Cegah Pakai Cara Ini Yuk
05 December 2023 |
18:00 WIB
Risiko diabetes di usia muda semakin meningkat. Pola hidup yang tidak sehat seperti terlalu banyak mengonsumsi makanan tinggi gula, garam dan lemak, kemudian kurang bergerak, jarang makan serat, hingga malas berolahraga menjadi faktor pemicunya.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilakukan dalam rentang waktu 2007-2018 menunjukkan adanya peningkatan sebesar 2 kali lipat kasus diabetes tipe 2 yang diderita oleh usia muda di Indonesia. Tentu kondisi ini cukup memprihatinkan lantaran diabetes bisa memicu komplikasi penyakit lainnya dan berisiko kematian.
Baca juga: Nasi Dingin Lebih Baik Buat Penderita Diabetes? Ini Penjelasan Dokter
Presiden Direktur RS Pondok Indah Group Anna Rosita Subagdja mengatakan diabetes merupakan akar dari segala penyakit jika tidak dikelola dengan baik. Oleh karenanya, masyarakat butuh diedukasi untuk mencegah dan meminimalisir risiko diabetes hingga komplikasinya.
Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah, disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein karena terganggunya fungsi hormon insulin dalam tubuh. Diabetes melitus terbagi menjadi 2 jenis, yaitu DM tipe 1 dan DM tipe 2.
DM tipe 1 disebabkan oleh defisiensi produksi hormon insulin dalam kelenjar pankreas atau karena pengaruh autoimun. Sementara itu, DM tipe 2 disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin. DM tipe 2 ini umumnya muncul dengan faktor risiko gaya hidup sedentary lifestyle dan pola konsumsi makanan dan minuman yang tidak sehat.
Spesialis Penyakit Dalam RS Pondok Indah – Bintaro Jaya, dr. Nur Ainun menyebut, diabetes sering kali tidak disadari oleh pengidapnya. Bahkan tidak sedikit penyandang diabetes yang baru mengetahui kondisinya ketika sudah timbul penyakit komplikasi, seperti gangguan jantung, retinopati diabetik, gangguan ginjal, masalah pada kulit dan kaki, hingga infeksi.
“Penting untuk melakukan deteksi dini, khususnya bagi orang-orang yang memiliki faktor risiko diabetes,” sarannya dikutip Hypeabis.id, Selasa (5/12/2023).
Nur menyampaikan kadar gula darah yang tinggi juga dapat mengganggu pembuluh darah besar, pembuluh darah kecil, dan saraf di seluruh bagian tubuh, tak terkecuali mata. Spesialis Ilmu Kesehatan Mata RS Pondok Indah dr. Sesaria Rizky Kumalasari, menyampaikan pembuluh darah yang terganggu di retina mata penyandang diabetes dapat menyebabkan retinopati diabetik. Kondisi ini dapat diderita oleh penyandang diabetes tipe 1 maupun 2.
Retinopati diabetik umumnya terjadi pada seseorang yang telah lama menyandang diabetes yang tidak mengelola kondisinya dengan baik. Penyakit komplikasi ini juga berisiko terjadi pada penyandang diabetes yang mengidap penyakit penyerta lainnya, seperti kadar kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, dan kerap mengalami hiperglikemia.
Sesaria menjabarkan, pada mulanya, retinopati diabetik tidak menimbulkan gejala yang berarti. Sejumlah gejala seperti penglihatan kabur, bintik-bintik mengapung, perubahan penglihatan warna, hingga kehilangan penglihatan baru akan dirasakan ketika retinopati diabetik berada pada tahap yang lebih parah. “Pemeriksaan foto fundus mata setiap tahun penting dilakukan oleh penyandang diabetes untuk mengidentifikasi retinopati diabetik di tahap awal,” tuturnya.
Mengingat berbagai gejala penyakit komplikasi baru dapat diketahui ketika kondisinya sudah mulai parah, Sesaria menyarankan sebaiknya pemeriksaan kesehatan menyeluruh dilakukan secara rutin oleh penyandang diabetes. Bukan hanya pemeriksaan kadar gula darah, tetapi juga pemeriksaan lain seperti pemeriksaan fungsi ginjal dan pemantauan kondisi kaki.
Sesaria mengimbau agar penderita diabetes melakukanlah pemeriksaan USG Doppler apabila terasa nyeri pada kaki. Hal ini berguna untuk mencegah terjadinya infeksi lebih lanjut atau penyakit kaki diabetes yang dapat berujung pada amputasi.
Spesialis Kedokteran Olahraga dr. Grace Joselini Corlesa menerangkan terapi pengobatan diabetes juga harus dilakukan sesuai dengan anjuran dokter. Selain itu, aktivitas fisik dan olahraga ringan sebaiknya tidak ditinggalkan, tentunya tetap dengan pengawasan dokter.
World Health Organization (WHO) menganjurkan orang sehat berusia 18-64 untuk melakukan aktivitas fisik dengan durasi 150 menit per minggu. Hal ini juga berlaku bagi para penyandang diabetes.
Grace menerangkan, olahraga dapat membantu mengontrol berat badan dan mencegah seseorang mengalami kelebihan berat badan atau obesitas. Selain itu, olahraga juga dapat membantu mengelola kadar gula darah dalam tubuh.
Ketika berolahraga, otot memerlukan lebih banyak glukosa sebagai sumber energi. Hal ini mampu membantu mengurangi kadar gula darah yang tinggi dan meningkatkan sensitivitas tubuh terhadap insulin.
“Olahraga juga dapat mengurangi stres, meningkatkan kualitas tidur, dan meningkatkan mood yang juga memiliki efek positif terhadap kesehatan mental dan kualitas hidup secara keseluruhan,” jelasnya.
Meski memiliki segudang manfaat, penyandang diabetes tetap harus memerhatikan beberapa rambu dalam berolahraga. Grace menyampaikan, penyandang diabetes sangat direkomendasikan untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter sebelum berolahraga.
Pastikan pula kadar gula darah tetap normal selama berolahraga, lakukan pemanasan sebelum berolahraga, dan pendinginan setelah berolahraga. “Pastikan juga asupan cairan cukup dan jangan memaksakan diri, berhentilah kalau sudah terlalu lelah,” tegasnya.
Baca juga: BRIN Mengembangkan Biosimilar Insulin Buat Penderita Diabetes
Editor: Dika Irawan
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilakukan dalam rentang waktu 2007-2018 menunjukkan adanya peningkatan sebesar 2 kali lipat kasus diabetes tipe 2 yang diderita oleh usia muda di Indonesia. Tentu kondisi ini cukup memprihatinkan lantaran diabetes bisa memicu komplikasi penyakit lainnya dan berisiko kematian.
Baca juga: Nasi Dingin Lebih Baik Buat Penderita Diabetes? Ini Penjelasan Dokter
Presiden Direktur RS Pondok Indah Group Anna Rosita Subagdja mengatakan diabetes merupakan akar dari segala penyakit jika tidak dikelola dengan baik. Oleh karenanya, masyarakat butuh diedukasi untuk mencegah dan meminimalisir risiko diabetes hingga komplikasinya.
Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah, disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein karena terganggunya fungsi hormon insulin dalam tubuh. Diabetes melitus terbagi menjadi 2 jenis, yaitu DM tipe 1 dan DM tipe 2.
DM tipe 1 disebabkan oleh defisiensi produksi hormon insulin dalam kelenjar pankreas atau karena pengaruh autoimun. Sementara itu, DM tipe 2 disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin. DM tipe 2 ini umumnya muncul dengan faktor risiko gaya hidup sedentary lifestyle dan pola konsumsi makanan dan minuman yang tidak sehat.
Spesialis Penyakit Dalam RS Pondok Indah – Bintaro Jaya, dr. Nur Ainun menyebut, diabetes sering kali tidak disadari oleh pengidapnya. Bahkan tidak sedikit penyandang diabetes yang baru mengetahui kondisinya ketika sudah timbul penyakit komplikasi, seperti gangguan jantung, retinopati diabetik, gangguan ginjal, masalah pada kulit dan kaki, hingga infeksi.
“Penting untuk melakukan deteksi dini, khususnya bagi orang-orang yang memiliki faktor risiko diabetes,” sarannya dikutip Hypeabis.id, Selasa (5/12/2023).
Nur menyampaikan kadar gula darah yang tinggi juga dapat mengganggu pembuluh darah besar, pembuluh darah kecil, dan saraf di seluruh bagian tubuh, tak terkecuali mata. Spesialis Ilmu Kesehatan Mata RS Pondok Indah dr. Sesaria Rizky Kumalasari, menyampaikan pembuluh darah yang terganggu di retina mata penyandang diabetes dapat menyebabkan retinopati diabetik. Kondisi ini dapat diderita oleh penyandang diabetes tipe 1 maupun 2.
Retinopati diabetik umumnya terjadi pada seseorang yang telah lama menyandang diabetes yang tidak mengelola kondisinya dengan baik. Penyakit komplikasi ini juga berisiko terjadi pada penyandang diabetes yang mengidap penyakit penyerta lainnya, seperti kadar kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, dan kerap mengalami hiperglikemia.
Sesaria menjabarkan, pada mulanya, retinopati diabetik tidak menimbulkan gejala yang berarti. Sejumlah gejala seperti penglihatan kabur, bintik-bintik mengapung, perubahan penglihatan warna, hingga kehilangan penglihatan baru akan dirasakan ketika retinopati diabetik berada pada tahap yang lebih parah. “Pemeriksaan foto fundus mata setiap tahun penting dilakukan oleh penyandang diabetes untuk mengidentifikasi retinopati diabetik di tahap awal,” tuturnya.
Mengingat berbagai gejala penyakit komplikasi baru dapat diketahui ketika kondisinya sudah mulai parah, Sesaria menyarankan sebaiknya pemeriksaan kesehatan menyeluruh dilakukan secara rutin oleh penyandang diabetes. Bukan hanya pemeriksaan kadar gula darah, tetapi juga pemeriksaan lain seperti pemeriksaan fungsi ginjal dan pemantauan kondisi kaki.
Sesaria mengimbau agar penderita diabetes melakukanlah pemeriksaan USG Doppler apabila terasa nyeri pada kaki. Hal ini berguna untuk mencegah terjadinya infeksi lebih lanjut atau penyakit kaki diabetes yang dapat berujung pada amputasi.
Spesialis Kedokteran Olahraga dr. Grace Joselini Corlesa menerangkan terapi pengobatan diabetes juga harus dilakukan sesuai dengan anjuran dokter. Selain itu, aktivitas fisik dan olahraga ringan sebaiknya tidak ditinggalkan, tentunya tetap dengan pengawasan dokter.
World Health Organization (WHO) menganjurkan orang sehat berusia 18-64 untuk melakukan aktivitas fisik dengan durasi 150 menit per minggu. Hal ini juga berlaku bagi para penyandang diabetes.
Grace menerangkan, olahraga dapat membantu mengontrol berat badan dan mencegah seseorang mengalami kelebihan berat badan atau obesitas. Selain itu, olahraga juga dapat membantu mengelola kadar gula darah dalam tubuh.
Ketika berolahraga, otot memerlukan lebih banyak glukosa sebagai sumber energi. Hal ini mampu membantu mengurangi kadar gula darah yang tinggi dan meningkatkan sensitivitas tubuh terhadap insulin.
“Olahraga juga dapat mengurangi stres, meningkatkan kualitas tidur, dan meningkatkan mood yang juga memiliki efek positif terhadap kesehatan mental dan kualitas hidup secara keseluruhan,” jelasnya.
Meski memiliki segudang manfaat, penyandang diabetes tetap harus memerhatikan beberapa rambu dalam berolahraga. Grace menyampaikan, penyandang diabetes sangat direkomendasikan untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter sebelum berolahraga.
Pastikan pula kadar gula darah tetap normal selama berolahraga, lakukan pemanasan sebelum berolahraga, dan pendinginan setelah berolahraga. “Pastikan juga asupan cairan cukup dan jangan memaksakan diri, berhentilah kalau sudah terlalu lelah,” tegasnya.
Baca juga: BRIN Mengembangkan Biosimilar Insulin Buat Penderita Diabetes
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.