Kisah Kembalinya Arsip Film Dokumenter Langka Pandit Nehru Visits Indonesia dari Australia ke Tanah Air
05 December 2023 |
17:05 WIB
Rekam jejak sejarah Indonesia banyak tersimpan dalam berbagai arsip audio dan visual. Sayangnya, hingga saat ini masih ada dokumen-dokumen bersejarah yang tercecer di berbagai tempat, khususnya luar negeri. Padahal arsip ini dapat dijadikan sumber informasi pengetahuan bagi masyarakat.
Terbaru, salah satu arsip audio visual itu diterima Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) dari Pemerintah Australia. Arsip salinan film dokumenter sejarah berjudul Pandit Nehru Visits lndonesia itu, menceritakan ihwal lawatan Perdana Menteri India, Jawaharlal Nehru saat ke Tanah Air, setelah revolusi Indonesia berakhir.
Baca juga: Mengumpulkan Jejak Sejarah Indonesia yang Tercecer dari Negeri Paman Sam
Sesuai judulnya, film tersebut merekam peristiwa ketika Presiden Soekarno saat menerima kunjungan Perdana Menteri India pada dekade 1950-an. Secara khusus, film tersebut juga menunjukkan bentuk dukungan India terhadap kemerdekaan Indonesia, yang kemudian disusul dengan dukungan dari Pemerintah Australia.
Duta Besar Australia untuk Indonesia, Penny Williams PSM mengatakan, film dokumenter ini mencatat peristiwa-peristiwa penting selama tahun-tahun awal setelah kemerdekaan Indonesia. Dia berharap, penyerahan arsip tersebut dapat menjadi sumber informasi baru bagi publik, khususnya anak-anak muda di Tanah Air.
"Kami merasa terhormat dapat menyerahkan salinan film Pandit Nehru Visits lndonesia kepada ANRI. Film dokumenter ini merupakan rekaman berharga dari sebuah momen penting dalam sejarah Indonesia," papar Penny Williams PSM dalam acara penyerahan di gedung ANRI, Jakarta, pada Selasa, (5/12/23).
Sementara itu, Kepala ANRI, Imam Gunarto mengatakan, dengan diserahkannya salinan film tersebut diharapkan dapat memberi tambahan distribusi informasi sejarah kemerdekaan Indonesia. Sebab, selama ini arsip yang mereka miliki terkait kedatangan Nehru hanya berupa salinan foto-foto semata.
Nantinya, agar arsip tersebut bisa diakses lebih luas oleh publik, ANRI juga akan mengunggahnya ke internet. Tak hanya itu, para peneliti juga bisa mengaksesnya secara langsung dengan mengunjungi pusat dokumentasi sejarah di gedung ANRI yang berada di Ampera, Jakarta Selatan.
"Film ini penting sekali untuk melengkapi dokumentasi tentang hubungan Indonesia dan India yang sangat erat pada saat itu. Sebab, India adalah salah satu negara yang pertama kali mendukung kemerdekaan Indonesia," katanya.
Kisah Perjalanan Arsip
Akademisi Australia, David Hanan dari University of Melbourne mengatakan, film tersebut pertama kali ditemukan di National Film and Sound Archives (NFSA) Australia. Menurutnya, film dokumenter itu dibawa ke Australia oleh juru kamera Belanda pada 1950-an, yang menjadi salinan terakhir yang diketahui keberadaannya.
Kala itu, Mick Von Bornemann, salah satu juru kamera pembuatan film, membawa salinannnya saat bermigrasi ke Australia. Tujuan utama lelaki kelahiran Indonesia tersebut membawa cetakan 16 milimeter itu, untuk digunakan sebagai bukti pengalaman kerja, atau portofolio, dan keterampilan guna melamar pekerjaan di Australia.
David mengatakan, dia pertama kali menonton film tersebut pada 1993 saat sedang menelusuri koleksi film dokumenter tentang Asia di NFSA Australia. Namun, bertahun-tahun kemudian, dia baru menyadari bahwa ANRI juga tidak memiliki salinan tersebut saat dia berkunjung ke sana.
"Saya juga sempat bertanya pada sineas terkenal Indonesia mengenai film tersebut. Tapi mereka mengaku belum pernah ada yang menonton. Akhirnya saya berasumsi bahwa film itu mungkin ada ANRI, karena mereka punya kewajiban untuk melestarikan arsip film-film dari PFN," terangnya.
David menambahkan, selain Nehru, film ini juga menggambarkan besarnya kekaguman masyarakat terhadap Presiden Sukarno saat keduanya berkeliling Indonesia. Hal itupun dapat dilihat dengan jelas dalam film dokumenter yang diproduksi oleh Perusahaan Film Negara (PFN) itu di mana mereka disambut dengan gempita saat mengunjungi berbagai daerah selama 10 hari.
Adapun, lawatan tersebut beberapa di antaranya seperti di kota Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, dan Bali. Latar kunjungan kerja tersebut juga terjadi setelah aksi Agresi Militer Belanda. Oleh karena itu Nehru juga menjadi pemimpin internasional pertama yang mengajukan masalah tersebut ke Dewan Keamanan PBB, lalu disusul oleh Perdana Menteri Australia, Ben Chifley.
"Film ini tidak diputar di Indonesia selama beberapa dekade, dan tidak ada satu cetakan pun yang bisa ditemukan di arsip film Indonesia. Seolah-olah, film yang bersejarah ini hilang dari sejarah," katanya.
Baca juga: Hypereport Kemerdekaan: Nasionalisme dan Romantisme Sultan Agung di Bumi Nusantara
Editor: Dika Irawan
Terbaru, salah satu arsip audio visual itu diterima Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) dari Pemerintah Australia. Arsip salinan film dokumenter sejarah berjudul Pandit Nehru Visits lndonesia itu, menceritakan ihwal lawatan Perdana Menteri India, Jawaharlal Nehru saat ke Tanah Air, setelah revolusi Indonesia berakhir.
Baca juga: Mengumpulkan Jejak Sejarah Indonesia yang Tercecer dari Negeri Paman Sam
Sesuai judulnya, film tersebut merekam peristiwa ketika Presiden Soekarno saat menerima kunjungan Perdana Menteri India pada dekade 1950-an. Secara khusus, film tersebut juga menunjukkan bentuk dukungan India terhadap kemerdekaan Indonesia, yang kemudian disusul dengan dukungan dari Pemerintah Australia.
Duta Besar Australia untuk Indonesia, Penny Williams PSM mengatakan, film dokumenter ini mencatat peristiwa-peristiwa penting selama tahun-tahun awal setelah kemerdekaan Indonesia. Dia berharap, penyerahan arsip tersebut dapat menjadi sumber informasi baru bagi publik, khususnya anak-anak muda di Tanah Air.
"Kami merasa terhormat dapat menyerahkan salinan film Pandit Nehru Visits lndonesia kepada ANRI. Film dokumenter ini merupakan rekaman berharga dari sebuah momen penting dalam sejarah Indonesia," papar Penny Williams PSM dalam acara penyerahan di gedung ANRI, Jakarta, pada Selasa, (5/12/23).
Duta Besar Australia untuk Indonesia, Penny Williams PSM (kiri) dan Kepala ANRI, Imam Gunarto (kanan) saat serah terima arsip film dokumenter Pandit Nehru Visits lndonesia. (sumber gambar Kedubes Australia)
Nantinya, agar arsip tersebut bisa diakses lebih luas oleh publik, ANRI juga akan mengunggahnya ke internet. Tak hanya itu, para peneliti juga bisa mengaksesnya secara langsung dengan mengunjungi pusat dokumentasi sejarah di gedung ANRI yang berada di Ampera, Jakarta Selatan.
"Film ini penting sekali untuk melengkapi dokumentasi tentang hubungan Indonesia dan India yang sangat erat pada saat itu. Sebab, India adalah salah satu negara yang pertama kali mendukung kemerdekaan Indonesia," katanya.
Kisah Perjalanan Arsip
Akademisi Australia, David Hanan dari University of Melbourne mengatakan, film tersebut pertama kali ditemukan di National Film and Sound Archives (NFSA) Australia. Menurutnya, film dokumenter itu dibawa ke Australia oleh juru kamera Belanda pada 1950-an, yang menjadi salinan terakhir yang diketahui keberadaannya.
Kala itu, Mick Von Bornemann, salah satu juru kamera pembuatan film, membawa salinannnya saat bermigrasi ke Australia. Tujuan utama lelaki kelahiran Indonesia tersebut membawa cetakan 16 milimeter itu, untuk digunakan sebagai bukti pengalaman kerja, atau portofolio, dan keterampilan guna melamar pekerjaan di Australia.
David mengatakan, dia pertama kali menonton film tersebut pada 1993 saat sedang menelusuri koleksi film dokumenter tentang Asia di NFSA Australia. Namun, bertahun-tahun kemudian, dia baru menyadari bahwa ANRI juga tidak memiliki salinan tersebut saat dia berkunjung ke sana.
"Saya juga sempat bertanya pada sineas terkenal Indonesia mengenai film tersebut. Tapi mereka mengaku belum pernah ada yang menonton. Akhirnya saya berasumsi bahwa film itu mungkin ada ANRI, karena mereka punya kewajiban untuk melestarikan arsip film-film dari PFN," terangnya.
David menambahkan, selain Nehru, film ini juga menggambarkan besarnya kekaguman masyarakat terhadap Presiden Sukarno saat keduanya berkeliling Indonesia. Hal itupun dapat dilihat dengan jelas dalam film dokumenter yang diproduksi oleh Perusahaan Film Negara (PFN) itu di mana mereka disambut dengan gempita saat mengunjungi berbagai daerah selama 10 hari.
Adapun, lawatan tersebut beberapa di antaranya seperti di kota Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, dan Bali. Latar kunjungan kerja tersebut juga terjadi setelah aksi Agresi Militer Belanda. Oleh karena itu Nehru juga menjadi pemimpin internasional pertama yang mengajukan masalah tersebut ke Dewan Keamanan PBB, lalu disusul oleh Perdana Menteri Australia, Ben Chifley.
"Film ini tidak diputar di Indonesia selama beberapa dekade, dan tidak ada satu cetakan pun yang bisa ditemukan di arsip film Indonesia. Seolah-olah, film yang bersejarah ini hilang dari sejarah," katanya.
Baca juga: Hypereport Kemerdekaan: Nasionalisme dan Romantisme Sultan Agung di Bumi Nusantara
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.