Langkah Tepat Penanganan Kulit Gatal & Iritasi, Tak Boleh Asal Garuk
04 December 2023 |
22:00 WIB
Gangguan kulit yang kerap ditemukan di tengah masyarakat urban adalah gatal dan iritasi. Selain diakibatkan oleh faktor internal seperti higienitas tubuh, gatal dan iritasi juga dapat disebabkan oleh berbagai faktor penyebab eksternal.
Dua di antara faktor eksternal tersebut adalah cuaca dan polusi udara yang belakangan tak menentu dan memburuk. Khususnya bagi kalangan Gen Z yang kini berada pada rentang usia 13-27 tahun, aktivitas luar rumah yang padat membuat mereka lebih mudah terpapar zat penyebab gangguan pada kulit.
Bisa dikatakan, mobilitas yang tinggi di tengah kondisi paparan cuaca dan polusi ekstrem ini turut mendorong kasus gatal dan iritasi pada kelompok rentan yang sering beraktivitas di luar ruangan.
Baca juga: Begini 6 Cara Mencegah Kulit Kering
Dokter Spesialis Dermatologi Venereologi Klinik Pramudia, Amel Setiawati Soebyanto, mengatakan bahwa gangguan gatal merupakan salah satu keluhan kulit terbanyak yang ditemukan dalam praktik dokter spesialis kulit dan kelamin.
“Utamanya saat kondisi cuaca dan polusi ekstrem, karena polusi udara bisa merusak fungsi barrier kulit dan menyebabkan kekambuhan beberapa penyakit kulit yang sudah ada sebelumnya, misalnya eksim atopik,” katanya.
Amel menjelaskan, kasus eksim atopik bisa bertambah parah dengan sensitivitas respons imun yang lebih tinggi terhadap bahan iritan. Namu, keterkaitannya terhadap cuaca dan polusi makin menambah bahaya kondisi eksim atopik.
Faktor eksternal seperti perubahan suhu, paparan sinar, hingga kelembapan mendorong penyakit gatal ini makin fatal. “Dan salah satu kebiasaan menggaruk juga bisa memperparah gatal, karena akan menyebabkan luka pada akhirnya,” imbuhnya.
Secara umum, kondisi gatal pada kulit bisa terjadi karena rangkaian faktor yang panjang. Mulanya, kulit yang merupakan organ terluar tubuh akan berkontak dengan polusi dan masuk ke kulit melalui penumpukan partikel polusi di permukaan kulit.
Kemudian polusi akan diserap oleh folikel rambut dan kelenjar keringat. Beberapa di antaranya akan bersirkulasi dalam plasma dan masuk ke lapisan kulit lebih dalam. Bahayanya, polusi akan menghasilkan radikal bebas yang membuat kemampuan antioksidan pada kulit menurun dan membuat kerusakan barier kulit.
“Barrier kulit yang rusak kemudian akan menyebabkan kandungan air hilang dalam jumlah banyak, kulit lebih kering dan mudah inflamasi dan menimbulkan keluhan gatal,” kata Amel.
Gatal dan kemerahan yang dibiarkan lama tanpa pengobatan akan memperparah dan mengganggu kualitas hidup penderita. Menurut Amel, durasi pengobatan kulit membutuhkan waktu. Jika durasi pengobatannya makin panjang, maka dampaknya akan menyebabkan kesulitan melaksanakan kegiatan sehari-hari. Tentu ini menjadi ancaman tersendiri bagi gen z yang berada pada usia produktif.
Pertama, faktor tingginya aktivitas luar ruang yang membuat mereka mudah terpapar matahari dan polusi. Kedua, gaya hidup yang kurang sehat, seperti tren makanan cepat saji dan minuman manis. Ketiga, stres yang memengaruhi waktu dan kualitas istirahat seperti jam tidur. Eko mengatakan, hal ini bisa memicu banyak permasalahan kulit yang gejalanya diawali dengan rasa gatal.
Sebagai seorang dokter yang menangani masalah kulit di Klinik Pramudia, Eko mengatakan jika jenis gangguan kulit seperti eksim, infeksi jamur, hingga akne vulgaris banyak dijumpai belakangan ini. Keluhan tersebut biasanya diawali dengan gejala gatal.
“Cuaca panas bisa meningkatan aktivitas kelenjar minyak sehingga eksim tipe seboroik bisa kambuh. Sementara iritasi debu dan stres berlebih bisa menyebabkan dermatitis atopik,” katanya.
Baca juga: 3 Cara Merawat Kulit Kepala dan Rambut Bebas Ketombe di Musim Hujan
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Dua di antara faktor eksternal tersebut adalah cuaca dan polusi udara yang belakangan tak menentu dan memburuk. Khususnya bagi kalangan Gen Z yang kini berada pada rentang usia 13-27 tahun, aktivitas luar rumah yang padat membuat mereka lebih mudah terpapar zat penyebab gangguan pada kulit.
Bisa dikatakan, mobilitas yang tinggi di tengah kondisi paparan cuaca dan polusi ekstrem ini turut mendorong kasus gatal dan iritasi pada kelompok rentan yang sering beraktivitas di luar ruangan.
Baca juga: Begini 6 Cara Mencegah Kulit Kering
Dokter Spesialis Dermatologi Venereologi Klinik Pramudia, Amel Setiawati Soebyanto, mengatakan bahwa gangguan gatal merupakan salah satu keluhan kulit terbanyak yang ditemukan dalam praktik dokter spesialis kulit dan kelamin.
“Utamanya saat kondisi cuaca dan polusi ekstrem, karena polusi udara bisa merusak fungsi barrier kulit dan menyebabkan kekambuhan beberapa penyakit kulit yang sudah ada sebelumnya, misalnya eksim atopik,” katanya.
Amel menjelaskan, kasus eksim atopik bisa bertambah parah dengan sensitivitas respons imun yang lebih tinggi terhadap bahan iritan. Namu, keterkaitannya terhadap cuaca dan polusi makin menambah bahaya kondisi eksim atopik.
Faktor eksternal seperti perubahan suhu, paparan sinar, hingga kelembapan mendorong penyakit gatal ini makin fatal. “Dan salah satu kebiasaan menggaruk juga bisa memperparah gatal, karena akan menyebabkan luka pada akhirnya,” imbuhnya.
Ilustrasi penanganan gatal dan iritasi kulit (Sumber gambar: Freepik)
Kemudian polusi akan diserap oleh folikel rambut dan kelenjar keringat. Beberapa di antaranya akan bersirkulasi dalam plasma dan masuk ke lapisan kulit lebih dalam. Bahayanya, polusi akan menghasilkan radikal bebas yang membuat kemampuan antioksidan pada kulit menurun dan membuat kerusakan barier kulit.
“Barrier kulit yang rusak kemudian akan menyebabkan kandungan air hilang dalam jumlah banyak, kulit lebih kering dan mudah inflamasi dan menimbulkan keluhan gatal,” kata Amel.
Gatal dan kemerahan yang dibiarkan lama tanpa pengobatan akan memperparah dan mengganggu kualitas hidup penderita. Menurut Amel, durasi pengobatan kulit membutuhkan waktu. Jika durasi pengobatannya makin panjang, maka dampaknya akan menyebabkan kesulitan melaksanakan kegiatan sehari-hari. Tentu ini menjadi ancaman tersendiri bagi gen z yang berada pada usia produktif.
Serangan Gatal Rawan Terjadi di Usia Produktif
Lantaran peran kegiatan luar ruangan yang tinggi, tak heran jika kalangan usia produktif cukup sering terjangkit keluhan gatal. Dokter Spesialis Dermatologi Venereologi Klinik Pramudia Eko Prakoso Wibowo menjelaskan ada beberapa faktor mengapa kalangan usia produktif seperti gen z bisa mengalami serangan gatal.Pertama, faktor tingginya aktivitas luar ruang yang membuat mereka mudah terpapar matahari dan polusi. Kedua, gaya hidup yang kurang sehat, seperti tren makanan cepat saji dan minuman manis. Ketiga, stres yang memengaruhi waktu dan kualitas istirahat seperti jam tidur. Eko mengatakan, hal ini bisa memicu banyak permasalahan kulit yang gejalanya diawali dengan rasa gatal.
Sebagai seorang dokter yang menangani masalah kulit di Klinik Pramudia, Eko mengatakan jika jenis gangguan kulit seperti eksim, infeksi jamur, hingga akne vulgaris banyak dijumpai belakangan ini. Keluhan tersebut biasanya diawali dengan gejala gatal.
“Cuaca panas bisa meningkatan aktivitas kelenjar minyak sehingga eksim tipe seboroik bisa kambuh. Sementara iritasi debu dan stres berlebih bisa menyebabkan dermatitis atopik,” katanya.
Baca juga: 3 Cara Merawat Kulit Kepala dan Rambut Bebas Ketombe di Musim Hujan
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.