Ilustrasi anak (Sumber gambar: Adam Winger/Unsplash)

Polusi Udara Bisa Picu Kasus Pubertas Dini pada Anak, Bagaimana Kaitannya?

24 November 2023   |   20:30 WIB
Image
Indah Permata Hati Jurnalis Hypeabis.id

Dalam beberapa tahun ini, dunia mencatat pergerakan dan peningkatan kasus pubertas dini pada anak. Secara umum, seorang anak dinyatakan dalam kategori pubertas dini sebelum berusia 8 atau 9 tahun. Pada anak perempuan, masa pubertas akan lebih cepat sekitar 1 tahun dibanding anak laki-laki.

Namun kini, pubertas yang harusnya dimulai pada usia tersebut kini mulai bergeser pada usia yang lebih muda. Ada beragam faktor yang menyebabkan naiknya kasus pubertas dini pada anak. Laporan The Fuller Project menyebutkan banyak anak perempuan di bawah usia 8 tahun di seluruh dunia sudah mulai mengalami menstruasi.

Baca juga: Jamu Kunyit Asam, Alternatif Alami untuk Redakan Nyeri Haid

Faktor minimnya aktivitas pada masa pandemi Covid-19 hingga pola makan yang buruk ditengarai menjadi penyebab naiknya kasus pubertas dini. Namun, di luar faktor tersebut, rupanya polusi udara juga menjadi masalah serius yang berdampak pada pubertas dini.

Riset Journal of Clinical Medicine 2023 yang dilakukan Haibo Yang dkk di Tiongkok meneliti 2.201 anak yang terdiagnosa pubertas dini. Sekitar 1.178 anak terdiagnosa pubertas dini sentral, sementara 1.023 lainnya didiagnosa mengalami perkembangan payudara atau testis sederhana pada usia rata-rata 7,5 tahun.

Anak-anak tersebut umumnya hidup dengan rata-rata pencemaran udara 26,36 μg/m3 untuk PM2.5. Angka paparan PM2.5 tersebut hampir mencapai tiga kali lipat lebih tinggi dari pedoman kualitas udara yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia (WHO).

Penelitian itu juga menemukan bahwa pubertas dini dikaitkan dengan masalah kesehatan, seperti perubahan perilaku psikologis dan fusi epifisis yang mengakibatkan perawakan dewasa menjadi pendek.

Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan Anak dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Frida Soesanti, menyebutkan ada banyak pasien dengan keluhan pubertas dini yang belakangan berkonsultasi dengannya. Menurutnya, salah satu penyebab banyaknya kasus ini juga dikarenakan konsentrasi polutan yang kian meningkat, baik di dalam atau luar ruangan.

“Efek polusi udara bisa membuat pubertas jadi lebih awal atau bahkan lebih lambat. Jadi berefek juga ke gangguan reproduksi anak dan remaja,” kata Frida.

Frida menyebut, kaitan polusi udara dengan gangguan reproduksi ini bisa menambah panjang masalah kesehatan anak akibat polusi udara. Sebab, khusus pada bayi dan anak, polusi udara juga bisa berdampak pada organ lainnya.

Misalnya, penurunan fungsi paru dan risiko asma, gangguan neurodevelopment yang menaikkan risiko autis, dan infeksi saluran napas serta telinga yang mengganggu pernapasan. Selain itu, hal ini juga bisa berpengaruh pada risiko kardiovaskular seperti tekanan darah tinggi hingga obesitas. 

Dengan begitu, dampak polusi udara pada anak sudah bisa menyentuh 4 aspek dalam gangguan fungsi kesehatan, mulai dari gangguan pada saraf, saluran napas, penyakit kardiovaskular, dan gangguan reproduksi. Jika keempatnya dialami oleh anak, maka risiko kesehatan mereka bisa sangat berbahaya. 

Baca juga: Dampak Buruk Bermain Roleplay, Psikolog Ingatkan Hal Ini

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Dika Irawan

SEBELUMNYA

Hari Guru Nasional 2023, Simak Makna Lagu Iwan Fals Berjudul Guru Oemar Bakri

BERIKUTNYA

Inspirasi Aroma Tiga Bunga dalam Koleksi Busana Rancangan Didiet Maulana, Albert Yanuar dan Lisa Ju

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: