Dyson Air Quality Backpack (Sumber: Dyson)

Dyson Air Quality Backpack Ungkap Tingkat Paparan Polusi di Jakarta, Begini Hasilnya

14 April 2023   |   20:30 WIB
Image
Kintan Nabila Jurnalis Hypeabis.id

Setiap harinya kita melihat dan mendengar peringatan mengenai kualitas udara yang buruk di Jakarta. Namun, masih banyak masyarakat belum paham mengenai bahaya polusi udara. Zat-zat polutan seperti VOC, NO2, dan CO2 dapat membahayakan pernapasan dan kesehatan tubuh secara keseluruhan.

Faktanya polusi udara bukan cuma ada di jalan raya, bahkan saat kita memasak di dapur pun bisa menghasilkan polusi. Permasalahan inilah yang memicu munculnya sejumlah inovasi seperti teknologi pemantau kualitas udara, sebut saja Air Quality Backpack, yang dikembangkan dari teknologi air purifier Dyson.

Backpack atau ransel tersebut merupakan alat sensor udara portabel yang dapat mengumpulkan data polusi udara secara real time saat penggunanya beraktivitas. Teknologi ini dapat mendeteksi PM2.5, PM10, senyawa organik mudah menguap (VOC), nitrogen dioksida (NO2), dan karbon dioksida (CO2).

Frederic Nicolas, Dyson Air Science Engineering Lead,menjelaskan bahwa pencemaran udara merupakan masalah global. Sebagai bentuk upaya bersama, para insinyur di perusahaan mengembangkan sensor-sensor cerdas berdasarkan pengetahuan dan pengalaman serta riset mengenai teknologi udara selama bertahun-tahun. 

“Kami telah memperbarui Air Quality Backpack dengan meningkatkan kemampuan sensor dan mengembangkan aplikasi kualitas udara untuk memperlihatkan polutan yang tidak kasat mata agar pengguna dapat mengontrol paparannya,” kata Frederic dalam konferensi pers virtual, Kamis (13/4/2023). 

Baca juga: Dyson Zone, Headphone dan Penjernih Udara dalam Satu Perangkat Unik

Adapun Bima Aryo, YouTuber dan Travel Host, yang juga merupakan penggemar kebugaran berkesempatan untuk mencoba langsung Dyson Air Quality Backpack. Dia memaparkan bahwa kadar PM2.5 meningkat hingga 100 µg/m3 saat bersepeda pada malam hari di jalan raya.

“Polusi yang meningkat ini kemungkinan besar disebabkan oleh pembakaran mesin kendaraan di sekitarnya,” kata Bima.

Lebih lanjut paparan PM2.5 terdeteksi ketika dia bersepeda di Jakarta Selatan, tercatat dengan kadar yang tergolong ‘sangat buruk’ pada Dyson Air Quality Index (AQI). Penyebabnya karena adanya kendaraan diesel, termasuk bus dan minibus, yang merupakan sumber utama polusi di jalanan kota Jakarta.

Hal ini bisa menimbulkan ‘Street Canyon Effect’, yaitu fenomena emisi dari tepi jalan yang terperangkap di antara bangunan, menyebabkan bertumpuknya kadar emisi di jam-jam sibuk. Selama di dalam rumah pun Bima mendeteksi kemungkinan adanya polutan berbahaya.

Kenaikan VOC juga terdeteksi saat ia memasak, bahkan mencapai lebih dari 12.000µg/m3, atau empat kali lipat di atas batas kadar wajar dan tergolong ‘sangat buruk’ pada indeks kualitas udara Dyson. Lonjakan serupa juga terjadi dengan kadar CO2 saat dia sedang mengendarai mobil. Kadar polusi udara dalam ruang mobil menetap secara konstan pada tingkat lebih dari 2.000 µg/m3 dan baru turun ketika Bima keluar dari mobil.

“Walaupun kita tidak bisa secara langsung mengendalikan polusi udara di luar, ada tindakan sederhana yang bisa kita lakukan untuk membantu mengurangi paparan polusi di dalam maupun di luar ruangan,” katanya.
 

(Sumber: Dyson)

(Sumber: Dyson)

Bima menyampaikan bahwa sekarang dia lebih berhati-hati dengan kegiatannya di ruang publik maupun dalam ruangan. Hal ini bertujuan supaya paparan terhadap polutan udara secara umum dapat berkurang. Selain Bima, sejumlah influencer lain yang sempat mencoba backpack Dyson juga mendapatkan temuan yang serupa.

Misalnya Ario Pratomo yang mengenakan backpack tersebut saat bepergian menggunakan MRT. Temuan-temuannya menunjukkan partikel NO2 meningkat di depan stasiun MRT Bundaran HI, yang terletak di kawasan lalu lintas padat. Vania F. Herlambang yang mengunjungi kawasan Blok M pada malam hari juga mencatat adanya kenaikan PM2.5 dan VOC saat melewati pedagang yang sedang membakar makanan.

Selain itu, lonjakan PM2.5 juga terdeteksi ketika F.X. Mario Hadiwono berkunjung ke pasar tradisional di Jakarta Utara yang di sekitarnya terdapat banyak pedagang merokok. Adapun kualitas udara tercatat baik ketika Bev Tan mendatangi kawasan hijau di Pantai Indah Kapuk.

Temuan-temuan tersebut menunjukkan betapa pentingnya bagi masyarakat untuk mengetahui apa yang menyebabkan polusi udara dan bagaimana ke depannya kita bisa menurunkan paparannya

Air Quality Backpack sendiri pada awalnya dikembangkan para insinyur Dyson untuk penelitian Breathe London bersama King’s College London dan the Greater London Authority. Para insinyur merancang alat portabel berukuran lebih kecil daripada generasi sebelumnya, tetapi tetap dilengkapi teknologi sensor yang telah ada dan digunakan dalam air purifier Dyson, agar dapat tetap mengukur paparan PM2.5, PM10, dan VOC serta NO2 secara akurat.

Proyek-proyek sebelumnya yang melibatkan Air Quality Backpack Dyson termasuk studi global untuk menyelidiki kadar polusi pribadi saat lockdown COVID-19 dan pemantauan paparan selama musim kabut asap di Delhi, India.

Baca juga: Daftar Aplikasi yang Bisa Dipakai Untuk Memantau Kualitas Udara 

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah

SEBELUMNYA

Yuk Cek Ranking BWF World Tour Finals 2023, Ada di Peringkat Berapa Pebulu Tangkis Indonesia?

BERIKUTNYA

Tumpang Tindih Pengelolaan TIM, DKJ Hentikan Kurasi Seni yang Dikelola Jakpro

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: