Nahas, Guru Jadi Profesi Terbanyak Terjerat Pinjol Ilegal
24 November 2023 |
00:47 WIB
Guru merupakan gerbang ilmu terdepan dalam urusan pendidikan. Namun belakangan ini, masyarakat dibuat gamang dengan aspek literasi beberapa oknum guru dalam hal keuangan. Bagaimana tidak, guru yang juga merupakan teladan literasi tercatat banyak terjerat dalam kasus pinjaman online (pinjol) yang bersifat illegal.
Riset NoLimit Indonesia menyebutkan bahwa guru merupakan profesi dalam peringkat pertama yang terjerat praktik pinjol illegal dengan total 42%. Atas banyaknya kejadian ini, CEO & Principal Consultant Zapfinance Prita Hapsari Ghozie ikut menyayangkan banyaknya kasus jeratan pinjol yang menimpa guru.
Prita menyebut, ada banyak faktor dan benturan situasi yang cukup kompleks tentang mengapa guru bisa mengambil pinjaman online, mulai dari gaji yang tidak cukup, terdampak pandemi, kekurangan biaya sehari-hari, keperluan mendadak, hingga penggunaan uang yang bersifat konsumtif.
Baca juga : Simak Kiat Hindari Jeratan Pinjol dengan Gaya Hidup Frugal Living
Bagi Prita, kompleksitas alasan pengajuan kredit pinjaman online tersebut memang terbilang personal. Namun yang cukup menjadi pertanyaan adalah kesediaan para guru tersebut dalam memilih layanan pinjol yang bersifat illegal.
“Berarti artinya ada kurangnya literasi dalam guru memilih mana pinjol yang legal dan illegal,” tegas Prita dalam agenda Konferensi Pers Zapfinance Peduli Guru pada Kamis (23/11/2023). Menurut Prita, seseorang yang mengajukan pinjaman harus memahami pentingnya literasi dan risiko yang ada di baliknya.
“Jika pinjaman yang bersifat legal, maka bisa saja disebut sebagai fasilitas. Sah saja. Hanya saja dia harus tahu kapan saatnya mengambil pinjaman. Kemudian harus mengerti juga memilah mana yang legal dan illegal,” jelas Prita.
Prita menyebut, Zapfinance akan melakukan sosialisasi langsung mengenai literasi keuangan kepada guru-guru di sekolah hingga Desember 2023 mendatang.
Saat ini, Prita menyebut Zapfinance menerima banyak permintaan dan sambutan baik terkait sosialisasi ini. Namun karena keterbatasan waktu dan jarak, Zapfinance baru akan berkeliling ke beberapa sekolah di Pulau Jawa saja. Salah satu provinsi yang cukup menjadi pusat perhatian Zapfinance adalah Jawa Barat.
Sebab menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Jawa Barat merupakan provinsi peringkat pertama yang paling banyak mengunakan layanan pinjaman online dengan kisaran 3 juta lebih pengguna.
Sosialisasi akan dimulai dari Depok, Bekasi, kemudian menuju Daerah Istimewa Yogyakarta, Semarang, dan Balaraja. Karena permintaan untuk wilayah Jakarta terbilang tinggi, Prita menyebut akan membuat sesi webinar nasional yang diadakan secara online untuk sekitar 500 guru di seluruh Indonesia.
Sosialisasi akan melibatkan guru dari berbagai kalangan tenaga pendidik dari mulai TK, SD, SMP, hingga SMA. Setiap guru yang berpartisipasi juga akan mendapatkan buku mengenai perencanaan keuangan dasar dari Zapfinance.
Dengan sosialisasi ini, Prita mengharapkan literasi keuangan bagi guru akan berada di taraf yang lebih baik, termasuk juga dalam pengambilan keputusan dalam mengajukan kredit pinjaman online legal dan tidak terjebak dalam praktik gali lubang dan tutup lubang yang marak dalam dunia pinjol.
Baca juga: Survei Perilaku Konsumtif Masyarakat Indonesia, 41% Gunakan Pinjol untuk Kebutuhan Rumah Tangga & Modal Usaha
Editor : Puput Ady Sukarno
Riset NoLimit Indonesia menyebutkan bahwa guru merupakan profesi dalam peringkat pertama yang terjerat praktik pinjol illegal dengan total 42%. Atas banyaknya kejadian ini, CEO & Principal Consultant Zapfinance Prita Hapsari Ghozie ikut menyayangkan banyaknya kasus jeratan pinjol yang menimpa guru.
Prita menyebut, ada banyak faktor dan benturan situasi yang cukup kompleks tentang mengapa guru bisa mengambil pinjaman online, mulai dari gaji yang tidak cukup, terdampak pandemi, kekurangan biaya sehari-hari, keperluan mendadak, hingga penggunaan uang yang bersifat konsumtif.
Baca juga : Simak Kiat Hindari Jeratan Pinjol dengan Gaya Hidup Frugal Living
Bagi Prita, kompleksitas alasan pengajuan kredit pinjaman online tersebut memang terbilang personal. Namun yang cukup menjadi pertanyaan adalah kesediaan para guru tersebut dalam memilih layanan pinjol yang bersifat illegal.
“Berarti artinya ada kurangnya literasi dalam guru memilih mana pinjol yang legal dan illegal,” tegas Prita dalam agenda Konferensi Pers Zapfinance Peduli Guru pada Kamis (23/11/2023). Menurut Prita, seseorang yang mengajukan pinjaman harus memahami pentingnya literasi dan risiko yang ada di baliknya.
“Jika pinjaman yang bersifat legal, maka bisa saja disebut sebagai fasilitas. Sah saja. Hanya saja dia harus tahu kapan saatnya mengambil pinjaman. Kemudian harus mengerti juga memilah mana yang legal dan illegal,” jelas Prita.
Konferensi Pers Zapfinance Peduli Guru (Sumber gambar: Indah Permata Hati/Hypeabis.id)
Sosialisasi Literasi Jadi Kunci
Zapfinance sebagai salah satu platform mentor keuangan pun berupaya melakukan langkah pendampingan dan sosialisasi mengenai literasi keuangan kepada guru-guru baik di kota besar hingga ke daerah.Prita menyebut, Zapfinance akan melakukan sosialisasi langsung mengenai literasi keuangan kepada guru-guru di sekolah hingga Desember 2023 mendatang.
Saat ini, Prita menyebut Zapfinance menerima banyak permintaan dan sambutan baik terkait sosialisasi ini. Namun karena keterbatasan waktu dan jarak, Zapfinance baru akan berkeliling ke beberapa sekolah di Pulau Jawa saja. Salah satu provinsi yang cukup menjadi pusat perhatian Zapfinance adalah Jawa Barat.
Sebab menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Jawa Barat merupakan provinsi peringkat pertama yang paling banyak mengunakan layanan pinjaman online dengan kisaran 3 juta lebih pengguna.
Sosialisasi akan dimulai dari Depok, Bekasi, kemudian menuju Daerah Istimewa Yogyakarta, Semarang, dan Balaraja. Karena permintaan untuk wilayah Jakarta terbilang tinggi, Prita menyebut akan membuat sesi webinar nasional yang diadakan secara online untuk sekitar 500 guru di seluruh Indonesia.
Sosialisasi akan melibatkan guru dari berbagai kalangan tenaga pendidik dari mulai TK, SD, SMP, hingga SMA. Setiap guru yang berpartisipasi juga akan mendapatkan buku mengenai perencanaan keuangan dasar dari Zapfinance.
Dengan sosialisasi ini, Prita mengharapkan literasi keuangan bagi guru akan berada di taraf yang lebih baik, termasuk juga dalam pengambilan keputusan dalam mengajukan kredit pinjaman online legal dan tidak terjebak dalam praktik gali lubang dan tutup lubang yang marak dalam dunia pinjol.
Baca juga: Survei Perilaku Konsumtif Masyarakat Indonesia, 41% Gunakan Pinjol untuk Kebutuhan Rumah Tangga & Modal Usaha
Editor : Puput Ady Sukarno
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.